Tuesday, October 30, 2007

Medan and Toba



Ke Medan lagi, itulah yang terakhir saya lakukan. Bukan untuk lainnya kecuali memang dari kantor yang menugaskan. Hmm ticket PP Garuda sebesar 2 jutaan dan hotel berbintang rates 600 ribuan per malam jelas terlampau berat saya tanggung sendiri.

Untunglah semuanya memang kantor yang nanggung jawab, saya? Hmm bermodal bonek doang he he. Kita memang berdua berangkat ke kantor cabang. Sampai di sana biasa saja bertemu dengan rekan di sana meeting dan dilanjutkan pekerjaan lainnya. Apa ya yang kita ingat dari Medan hmm ada beberap sih seperti lampu lalu lintas yang ukurannya besar-besar sehingga nyalanya terang benderang. Juga di sana ada angkutan umum yakni bettor kepanjangan dari becak motor dimana sebuah sepeda motor dirangkai dengan roda dan dimuatin 2 penumpang. Cukup banyak bettor ini dan dipastikan menyumbang kesemrawutan jalanan tentunya. Kebetulan kami datang hari jumat dan siangnya jumatan di basement hotel Novotel. Kegiatan ibadah ini tentunya umum dan biasa saja kecuali ketika menyerahkan infaq. Jadi ada 2 tahap infaq dalam jumatan ini yakni ketika awal pembukaan oleh pemandu ibadah infaq bisa diberikan yakni dengan cara melempar ke depan, wah baru tahu saya. Jadi infaq pokoknya kita lemparkan ke depan nanti akan disampaikan kepada pemandu ibadah tadi. Setelahnya langsung dihitung dan diumumkan perolehan infaq tadi. Namun ketika proses ceramah oleh ustad tetap diedarkan kotak infaq, barangkali maksudnya bagi mereka yang tadi belum sempat infaq karena sedang sunah. Malamnya usai melakukan kegiatan dan badan cape kita langsung tertidur tentunya setelah mandi. Hmm bangun jam 21-an perut berasa lapar. Mau telpon sopir kasihan juga karena seharian kita sudah dijalanan, akhirnya berdua kita jalan menyusuri sekitar hotel. Hmm ternyata banyak jajaran warung yang buka malam dan salah satunya adalah nasi goring yang buka 24 jam nonstop, he he unik juga. Dua penggorengan besar penuh dengan nasi goring mengepul ditempatkan di dapur dan terlihat oleh pengunjung. Hujan rintik-rintik makin menambah aroma. Maka pesan 2 porsi nasi goring dan satu sate padang di sebelahnya. Menu nasi gorenynya unik, yakni nasi ditumpangi telur dadar dan daging kambing. Rasanya nikmat dan dimakan bareng kerupuk dan acar. Tiga hari di Medan memang tidak cukup apalagi kalau agenda kita jalan mengelilingi kota Medan. Kami menyusuri Deli Serdang, Belawan, Johor dan bahkan sampai Binjai. Di Deli Serdang ada gudang tembakau yang dibangun Belanda dan diantaranya ada yang dibangun tahun 1889 dan masih berdiri kokoh. Hanya konon tidak banyak lagai tanaman tembakau dibudidayakan padahal kita tahu bahwa kualitas tembakau kita merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Kami juga menyusuri daerah hamparan perak dimana bernaung banyak orang Melayu. Melihat kehidupan dan adanya pesta perkawinan mengingatkan adat dan kehidupan di semenanjung Malaysia. Berikutnya kami juga menyusuri kampong Jawa dimana banyak orang berasal dari Jawa dan tinggal di daerah tersebut. Semula kami merencanakan pergi ke danau toba namun jarak tempuh 3 jam sekali jalan menyurutkan niat kami karena keterbatasan waktu dan pekerjaan yang harus diselesaikan. Akhirnya kami kembali setelah tiga hari di sana. Belum lama pesawat Boeing 737-300 take off, sekitar 15 menit setelahnya pramugara memberitahukan pemandangan di sebelah kanan kita. Nampaklah danau toba yang megah, luas dan indah dari ketinggian 30 ribu kaki. Kebetulan samping saya seorang dokter yang dinas di medan sempat menjelaskan alangkah sayangnya danau semegah itu namun minim pengelolaan dan perawatan, akibatnya debet kedatangan turis tidaklah maksimal. Marilah hendaknya siapapun terutama pemerintah daerah atau pusat, hargai dan rawatlah obyek pariwisata kita yang begitu banyak, kaya dan indah. Jangan sumber daya alam yang begitu hebat dan merupakan anugerah bangsa ini makin terpuruk.

1 comment:

tuhu said...

Wahhh asyixx dong jalan-jalan keliling Indonesia