Thursday, January 28, 2010

Program 100 hari Dan Demo Mahasiswa


Di bawah adalah kutipan 19 program ekonomi yang sudah dicanangkan. Bila melihat ke-19 program tersebut nampak sudah mencakup bidang yang kritis dan menyangkut kepentingan rakyat bawah. UKM, pertanian, perikanan dan ketenagakerjaan jelas tercantum dalam program Utama ekonomi tersebut. Hanya selalu masalahnya adalah pada implementasinya, sejauh mana, apakah sudah optimal, apakah sudah dikerahkan sumberdaya untuk mencapai target.------------

VIVAnews - Jumat malam, 13 November 2009, Hatta Rajasa yang belum genap sebulan dilantik Presiden sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengumumkan Program 100 Hari. Bertempat di kantor Menko Perekonomian, Lapangan Banteng, Jakarta, Hatta menyatakan 19 program ekonomi akan menjadi prioritas kerjanya di 100 hari pertama.

Program 1: Ketersediaan Lahan dan Keterpaduan Tata Ruang
Program 2: Pembiayaan untuk Pembangunan Infrastruktur
Program 3: Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur Strategis
Program 4: Pengadaan lahan bagi pertanian, perkebunan, dan perikanan
Program 5: Iklim Investasi Pertanian dan Perikanan.
Program 6: Kesinambungan Swasembada Pangan
Program 7: Jaminan Pasokan Energi
Program 8: Sistem Harga Energi yang Kompetitif
Program 9: Ketahanan Energi
Program 10: Pengalihan Sistem Subsidi: BBM, pupuk dan listrik
Program 11: Pengembangan Energi Terbarukan Nasional
Program 12 : Revitalisasi KUR
Program 13: Pengembangan UKM
Program 14: Ketenagakerjaan
Program 15 : Kelancaran Arus Barang dan Daya Saing
Program 16: Revitalisasi Industri Pupuk dan Gula
Program 17: Pengembangan Klaster Industri Berbasis SDA fosil dan yang Terbarukan
Program 18: Aksesibilitas dan Keterhubungan Antarwilayah
Program 19: Keselamatan Transportasi --------------

Sambil barangkali menunggu pembuktian pemerintah bagaimana kiranya rakyat bisa mengukur sejauh mana hasilnya saat ini. Parameter yang langsung menyentuh kehidupan rakyat mungkin bisa dijadikan acuan.

Yang pertama adalah pangan, sudahkan semuanya tercukupi kebutuhan pangan ini. Bagaimana ketersedian dan harganya apakah cukup terjangkau atau semakin mahal barangkali untuk pangan, sebagian besar lapisan masyarakat dapat menjangkaunya. Tentu masih ada yang menghadapi kesulitan pangan ini setiap harinya. Sebuah sumber menyatakan terdapat 10 juta pengangguran. Sebuah parameter menjelaskan masyarakat dengan kemampuan belanja $2 perhari dianggap tidak miskin.

Yang kedua adalah sandang, barangkali hampir seperti pangan tadi, keduanya bisa diupayakan oleh sebagian besar lapisan masyarakat. Sebenarnya kedua factor ini adalah hal yang sangat basic bila melihat limpahan sumber daya alam yang konon gemah ripah loh jinawi, subur, tertib tenteram toto rahardjo.

Kebutuhan primer ketiga adalah papan, dan ini rasanya masih menjadi cukup beban banyak masyarakat terutama di kota besar mengingat harga property yang terus membubung. Bila dibandingkan dengan tingkat pendapatan masyarakat harga property cenderung naik lebih cepat, sehingga semakin banyak masyarakat yang berkurang daya belinya.

Biaya transportasi mestinya masuk kebutuhan tertier, namun saat ini sudah bergeser menjadi kebutuhan primer, karena tanpa belanja transportasi masyarakat tidak bisa bekerja. Bagi mereka dengan pendapatan marginal, persentase tarnsportasi ini bahkan menggerus 30 sampai 40% pendapatannya. Mungkin bagi yang berpendapatan menengah dan atas beban transportasi berkisar 5 sampai 20% dari pendapatannya.

Pendidikan dan kesehatan, meski umumnya masuk kebutuhan tambahan, namun saat ini menjadi hampir kebutuhan dasar. Keduanya jelas belum bisa dinikmati secara menyeluruh oleh masyarakat manakala biaya kedua pos tersebut semakin mahal. Tidak banyak masyarakat yang bisa menyekolahkan anaknya sampai jenjang kuliah dan berobat di Rumah Sakit yang lengkap prasarananya. Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah kesempatan kerja dan akses atas sumber daya atau aset nasional, hendaklah terbuka sama lebar bagi seluruh anggota masyarakat tanpa terkecuali.

Dengan sekian banyak ragam kekurangan, secara bijak hendaklah tidak menutup mata bahwa saat ini harga BBM relative stabil, situasi keamanan juga relative kondusif bagi investor dan pekerja. Memang terdapat masalah bidang hukum dan politik, namun hendaklah dilihat luasnya cakupan dan tanggung jawab pemerintah. Namun demo mahasiswa yang rencananya digelar hari ini secara besar-besaran juga merupakan ungkapan dan gambaran dari keprihatinan masyarakat luas. Demo tersebut hendaklah jangan dianggap ringan atau lagi-lagi menuduh ditunggangi dan seterusnya namun harus dilihat sebagai reminder dan shock therapy. Harus dilihat sebagai warning bahwa rakyat – melalui mahasiswa- tidak main-main lagi sekarang dimana pemerintah harus mempertaruhkan kredibilitas dan integritasnya untuk mensejahterakan rakyat.
Read More ..

Wednesday, January 27, 2010

Gadjahmada Dan Songuku


Kedua tokoh itu teramat jauh beda dan jamannya. Antara jaman kerajaan dan jaman modern. Antara kerajaan di tanah Jawa dan khayalan di negeri seberang. Namun ada persamaan yang bisa diambil, yakni rasa tanggung jawab besar, semangat menyelamatkan bumi dan umat manusia. Musuh-musuh Songuku heran, kenapa selalu menjadi lebih kuat dan kuat. Sekeras apapun serangan dan kekuatan musuh, Songuku mampu meredam dan mengalahkan. Gadjahmada juga dikaghumi lawan dan apalagi kawan. Sehebat apapun strategi perang selalu bisa menahan dan akhirnya mengungguli.

Rahasia keduanya ternyata bukan pada ambisi Pribadi dan ingin dipuji, namun lebih karena tanggungjawab yang tulus. Semangat ingin menyelamatkan bumi dari kehancuran yang membuat Songuku menjadi semakin kuat menggungguli lawan-lawannya. Dia tidak menggembleng diri agar badannya menjadi kuat, namun dia berusaha sekuat tenaga menyelamatkan manusia dan bumi dari serangan jahat dan kehancuran. Gadjahmada juga selalu terpacu untuk menyelematkan Majapahit, Raja maupun kawula alit, sehingga muncul kekuatan yang luar biasa.

Itulah kenapa sang angkara murka dan yang jahat selalu terkalahkan. Angkara murka ingin merampas dan membunuh. Angkara dan kejahatan ingin menghancurkan. Pahlawan sejati hanya memikirkan bagaimana melawan yang jahat, melindungi yang lemah. Itulah kekuatan tiada tara, sebagaimana Songuku mengumpulkan energinya sedikit deni sedikit dari jutaan manusia di bumi. Energi yang terkumpul laksana badai yang bisa menghancurkan musuh seberapa kuatpun.

Bagaimana Gadjahmada selalu bisa menyelamatkan pasukan dan Raja yang dilindunginya. Gadjahmada bahkan tidak pernah berpikir tentang dirinya sendiri. Di benaknya hanyalah bagaimana, negerinya selamat dari pemberontakan, Rajanya selamat, pasukannya dan juga rakyatnya terselamatkan. Itulah modal utama Gadjahmada menjadi mahapatih besar yang disegani kawan ditakuti lawan.

Semangat, tanggung jawab besar dan rasa melindungi yang membuat para petani, buruh bangunan, nelayan dan pekerja kasar bertahan dari kerasnya hidup. Demi keluarga dan anaknya mereka bekerja membanting tulang memeras keringat setiap hari. Itulah rupanya hakekat hidup dari sebagian orang. Mereka hidup dan bekerja demi pengabdian kepada keluarga, Negara atau mereka yang lemah. Pengabdian dan naluri melindungi telah menjadikan mereka lebih kuat dari kelihatannya.

Mbok mbok pedagang gatot (makanan dari singkong) di lereng Lawu kuat berjalan puluhan kilometer ke pasar di tengah malam, demi beberapa rupiah. Demi sejumput rupiah guna membeli kebutuhan dapurnya. Mereka bekerja keras membuat penganan dan menjualnya di pasar yang berjarak puluhan kilometer dari rumah demia keluarga.

Seorang ibu rumah tangga memiliki kekuatan yang sulit dibayangkan. Mengasuh anak, melayani suami dan mengatur rumah tangga mampu dilakukan dengan baik karena tanggung jawab dan kasih sayang.Tanggung jawab pula yang mendorong pemulung, pengumpul barang bekas, atau pengecer garam berjalan dan bekerja jauh melebihi kemampuan kebanyakan.

Itulah semangat yang dikibharkan Gadjahmada dan Songuku. Mereka adalah contoh pahlawan yang telah berhasil mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Masih sering manusia menganggap dirinya lemah. Berbuat ini itu serasa tidak sanggup. Segala hal dipandang sulit dan tidak mungkin.

Tidak terkecuali dengan manusia di negeri ini yang seolah p[asrah keadaan semakin sulit. Keadaan yang sudah sedemikian berat menyebabkan lemah semangat manusianya. Refleksi sepak terjang Gadjahmada bisa menjadi cambuk bahwa manusia bisa membuat perubahan besar. Sehingga manakala kita merasa lemah, tiada salahnya mencambuknya dengan rasa tanggung jawab dan pengabdian tadi.
Read More ..

Friday, January 22, 2010

Kemacetan


Tahun 2014 diperkirakan Jakarta stuck, macet dan kendaraan tidak bisa lewat. Kemacetan sangat parah bahkan jalan di depan perumahanpun akan macet. Namun melihat situasi saat ini bisa jadi kemacetan parah itu bakal datang lebih cepat, barangkali tahun 2012 jalanan pada jam sibuk- sudah tidak bisa dilalui. Kemacetan adalah masalah klasik ibukota itu selama bertahun-tahun. Saking parahnya, orang akan heran kalau jalanan lancar. Para ahli sudah banyak yang memberikan analisisnya kenapa macet dan solusi apa yang mesti dilakukan untuk mengurai dan mengurangi kemacetan. Alasan kemacetan sangat kompleks, dimulai dari pelanggaran atas tata ruang kota, perilaku pengendara, kaki lima, ulah ngetem angkutan umum, kurangnya flyover/underpass di banyak perempatan serta minimnya moda mass rapid transport.

Pemerintah sudah mencoba mengatasi kemacetan dengan membangun fly over/underpass, ring road, jalan tol, three in one dan yang terakhir adalah membangun busway. Namun dalam waktu singkat kembali kemacetan parah datang mendera. Pembangunan monorail yang sempat dimulai berhenti dengan alasan tidak adanya anggaran dan seterusnya. Akhirnya masyarakat pasrah dan menikmati saja menu kemacetan yang datang setiap hari. Saking terjadi keseharian, orang kantoran juga sudah nge-set bahwa jarak tempuh ke kantornya sekian jam, termasuk kalau pengin ke bandara, lamanya macet sudah otomatis masuk hitungan.

Di Singapura yang Negara atau kotanya membentang hanya sekitar 40 kali 50-an km, memiliki beragam angkutan nyaman termasuk mass rapidnya – MRT – berupa kereta subway. Konon pembangunan infrastruktur ini sudah dimulai sekitar 30 tahun lalu, artinya membangun system transportasi kota metropolitan tidak bisa instant saat ini. Harus dimulai jauh-jauh hari. MRT di Singapura menjangkau hampir semua sudut kota dengan elapse kedatangan kereta dalam hitungan menit, bisa hanya 3 atau 5 menit kereta datang dan pergi. Memang penduduk negeri singa itu hanya 4 atau 5 juta saja, namun moda transportasi sudah tertata rapi sejak awal ketimbang factor jumlah pengguna jalan.

Jakarta memang jauh lebih luas dan penduduknya jauh lebih banyak. Pun moda transportasinya jauh lebih parah, sehingga kemacetan hanayalah akibat alamiah dari berbagai kondisi tadi. Konon pernah ada rencana membangun subway, namun kontraktor urung melanjutkan karena tata kotanya sudah parah dan barangkali bawah tanahnya tidak memungkinkan digali untuk jalur subway. Belum lagi-lagi masalah ketiadaan anggaran. Terkadang cukup heran kenapa selalu anggaran tidak ada, padahal pemerintahlah yang mengurus semua keuangan yang berasal dari berbagai sumber daya, pajak, cukai, eksport dan lainnya.

Jika jumlah kendaraan dituding sebagai penyebab kemacetan nampaknya kurang sepenuhnya benar. Bagaimanapun kendaraan dibutuhkan oleh masyarakat dan industri. Sejauh moda transportasinya terintegrasi dengan baik jumlah kendaraan tetap akan bisa lancar mengalir. Apalagi jumlah kendaraan kita tidak lebih banyak dari yang ada di Negara tetangga.

Beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan barangkali memindahkan ibukota Negara, ke tempat yang sudah dipersiapan sarananya dengan baik. Memang ini ekstrem, butuh waktu lama dan biaya sangat besar, namun perubahan mesti dilakukan. Kemungkinan lainnya membangun jaringan transportasi terpadu antara Jakarta dan kota penyangganya, seperti Bekasi, Tangerang, Depok dan Bogor. Memang sudah ada moda busway dan feedernya, namun belum bisa mengatasi kemacetan, dan belum mengakomodir jumlah pengguna jalan.

Pemerintah harus membangun moda transportasi massal semacam monorail, kereta trem, sebagaimana di Amerika atau membangun jalur kereta lebih banyak lagi. Monorail dan moda ini akan menghubungkan semua sudut kota termasuk ke pinggiran dan kota penyangga. Anggaran harus diadakan mengingat makin ke depan kondisi fisik sudah semakin parah dan kemacetan akan tidak tertolong. Jangan sampai rencana regulasi instant semacam pembatasan tahun kendaraan, penomoran ganjil dan genap diterapkan. Hal ini akan mengusik rasa keadilan masyarakat luas.

Monorail memiliki keuntungan dengan daya angkut yang besar namun tidak mengurangi volume jalan, karena dibangun di atas jalan. Sementara kereta trem juga memiliki daya angkut besar tanpa mengurangi jalan yang bisa dilewati kendaraan lain. Kereta juga terbukti menjadi tumpuan pengguna jalan, hanya kenyamanan dan jumlahnya perlu ditingkatkan. Peraturan yang tegas juga bisa diterapkan bagi pengguna jalan seenaknya, asal serobot, ngga mau antri, kaki lima, kendaraan roda dua, angkot, metro mini dan kendaraan lainnya. Bila perlu pelanggar rambu lalu lintas dicabut SIM-nya.Kenapa, karena kondisi saat ini sudah sangat rawan dan kritis. Bila pelanggar rambu dibiarkan maka akan sangat mengganggu kelancaran berkendara. Guna mengerem si kaya memiliki lebih banyak kendaran, pajak progressive juga bisa diberlakukan.
Read More ..

Wednesday, January 20, 2010

Pendidikan & Pengangguran


Adalah cukup memprihatinkan melihat jumlah pengangguran yang semakin meningkat. Angka pengangguran mendekati 10 juta orang pada 2009. Bila anda sudah berkeluarga, memiliki dan menyekolahkan anak, sering terlintas, bagaimana kelak mereka akan mencari pekerjaan. Saat ini saja banyak lulusan sekolah bahkan universitas kesulitan mencari pekerjaan. Setiap tahun selalu ada gap antara jumlah lulusan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Ironisnya sering dunia kerja menuntut dan menilai lulusan universitas tidak memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan.

Dunia pendidikan sudah begitu lama menghadapi permasalahan bagaimana mendidik dan mencetak lulusan yang siap kerja. Bahasa keren-nya bagaimana lulusan dapat memenuhi link and match dengan dunia kerja. Memang tidak mudah karena ini menyangkut sumber daya dan proses yang sangat panjang. Konon jenjang sekolah sudah sedemikian lama dan menyita umur dari siswa didik. Bila dirunut seorang anak mesti mulai dari playgroup/TK, SD, SMP, SMU dan Universitas. Total waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 19 tahun. Andaikan seorang anak mulai masuk TK umur 4 tahun maka ia akan lulus setelah usia 23 tahun. Begitu lulus masuklah dia pada kelompok pencari kerja. Belum tentu dalam dua atau tiga tahun pekerjaan bisa diperoleh, ibaratnya biaya sekolah yang dikeluarkan belum ada return-nya.

Jumlah pekerjaan yang tersedia umumnya tidak sebanding dengan pencari kerja, sehingga timbul pengangguran. Tidak jarang terdapat pekerjaan tertentu yang membutuhkan kulifikasi sulit sehingga tidak semua lulusan memenuhi persyaratan. Permasalahan bertambah manakala biaya pendidikan saat ini semakin mahal. Jangankan biaya sekolah SMU atau Universitas, biaya sekolah TK atau SD pun semakin mahal. Sekolah berebut memasang biaya mahal bagi calon siswanya. Anda barangkali masih ingat pemerintahan terdahulu menjanjikan biaya SD gratis, yang kemudian akan disusul dengan SMP dan SMU digratiskan biaya sekolahnya. Saat ini janji itu tinggalah janji dan jauh dari kenyataan.

Dunia pendidikan memang bukan bisnis atau industri, namun globalisasi telah menggesernya ke arah domain bisnis dan industri. Sekolah saat ini dikelola secara bisnis dengan tujuan optimlaisasi sumber daya dan menghasilkan output yang lebih baik. Seorang dosen senior di Jogya mengatakan besarnya biaya mahasiswa per tahun sekitar 20 juta rupiah. Sementara besarnya SPP sebuah universitas negeri hanya berkisar 3 atau 5 juta per tahun, meski memang ada biaya pangkal saat masuk. Tetap masih terdapat selisih biaya yang harus ditutup universitas. Beruntung bila status universitas tersebut negeri artinya mendapat subsidi dari Negara. Kurangnya tinggal mencari sendiri dari berbagai sumber. Tidak jarang sebuah universitas membuat unit bisnis untuk mendukung pendanaan pendidikan. Jer basuki mawa bea, ujar bijak dari jawa, bahwa untuk mencapai suatu tujuan diperlukan biaya. Dalam hal ini sekolah swasta menanggung beban yang lebih besar. Mereka harus memenuhi biaya operasional tanpa bantuan dari Negara.

Kembali kepada link dan match antara dunia pendidikan dan dunia kerja, adalah kondisi yang ideal. Namun belum seluruh lulusan dari berbagai jurusan di universitas yang mencapai tahap tersebut. Meski memang ada KKN dan praktek bagi mahasiswa namun porsinya relative kecil dan ibarat baru sebatas permukaan dari dunia kerja yang sangat luas. Itulah kenapa dunia kerja biasanya menyediakan berbagai pelatihan bagi karyawan yang direkrut. Rasanya dunia pendidikan di Negara maju-pun belum bisa memenuhi kondisi ideal yang dituntut dunia kerja.

Bicara kondisi pendidikan dan pengangguran sekaligus cerminan tingkat kesejahteraan rakyat. Konon batas mereka dikatakan miskin adalah bila konsumsi per hari di bawah 2 dollar atau sekitar 20 ribu rupiah. Maka bila seseorang mampu membelanjakan diatas 20 ribu per hari sudah termasuk bukan miskin. Batas ini sungguh sangat rendah dan memprihatinkan.

Akhirnya bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama keluarga, masyarakat dan Negara. Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Masih banyaknya anak yang tidak bersekolah adalah tanggung jawab Negara. Menjadi tugas yang berat meng-elaborate pendidikan yang bermutu dan kesempatan pemeratannya bagi seluruh masyarakat. Makin meningkatnya jumlah pengangguran juga menjadi tanggung jawab pemerintah. Setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Dus, begitu berat tugas dari Negara ini, sehingga semestinya tidak ada waktu lagi bagi aparat Negara kecuali bekerja dan melayani warganya. Namun bila hari ini mereka sibuk dengan berbagai urusan dan maneuver yang jauh dari misi pemerataan kesempatan pendidikan dan pekerjaan sungguh patut menjadi keprihatinan.
Read More ..

Tuesday, January 12, 2010

Mahasiswa Mengingatkan


Baiklah, dari media area diberitakan 10 ribu mahasiswa siap mengepung istana pada 28 Januari, yakni tanggal dimana Pemerintah yang baru genap berusia 100 hari. Tuntutan mahasiswa adalah penegakan hukum oleh pemerintah dan aparat hukum. Salah satunya adalah pengusutan kasus bail out bank century. Mahasiswa, sebagai bagian dari masyarakat juga- yang terdidik tentunya, melihat aparat hukum dan Pemerintah tidak serius mengusut kasus bank century yang konon sudah merugikan Negara hampair 7 trilun rupiah. Hukum juga dilihat kurang memihak rakyat kecil seperti fenomena kasus Prita dengan sebuah rumah sakit, atau kasus nenek yang mengambil 3 butir buah kokoa. Hukum juga terkesan bisa dibeli di negeri ini, seperti banyak diberitakan seorang tahanan mendapatkan fasilitas kamar yang mewah di sebuah penjara.

Mahasiswa yang berasal dari 30 kampus di Jakarta dan Banten bertekad akan mengepung gedung DPR dan Istana pada akhir januari, bila kasus bank century tidak secara serius diusut. Melihat kasus bank century memang cukup memprihatinkan. Meski pihak Pemerintah sudah menjelaskan bahwa bank century layak dibantu karena keruntuhannya akan menyebabkan efek domino dunia perbankan, namun tidak urung keadilan rakyat turut dipertanyakan. Apakah memang sedemikian gawat untuk menutup sebuah bank kecil, ketimbang menalanginya dengan uang rakyat senilai trilyunan rupiah.

Secara awam bisa dilihat bila sebuah bank tidak mampu membayar nasabah artinya dananya kan tidak ada. Yang pertama harus dilihat dulu dana ini kemana, dikelola bagaimana, dan kenapa sampai berkurang/hilang. Apakah pengelolaan dan penggunaan dana milik nasabah bagi bisnis bank sudah sesuai prosedur dan tata kelola bank. Adakah penyimpangan dan fraud disana. Barangkali ini yang perlu dibuka secara gamblang. Kemana dananya, siapa yang bertanggung jawab mengelola, dan kenapa dana tersebut menjadi tidak ada. Bisnis bank kan bukan magic atau sulapan, dari dana riil tiba-tiba menjadi hilang/tidak ada, semua harus ada hitungannya.

Jika memang bank tersebut gagal membayar dana nasabah, maka secara normal asetnya harus dijual untuk menggantinya. Bilamana ternyata kurang, ya inilah resiko bisnis yang harus diterima perbankan- termasuk resiko nasabah-nya. Terkecuali bank tersebut dibawah penjaminan perbankan nasional barangkali, ada pihak yang akan nombokin.

Nah berikutnya ada dana yang disuntikan mengganti dana yang hilang tadi- agar bank tetep operasi dan tidak ditutup. Besarnya hampir 7 triliun tadi. Memang, akhirnya bank tetap beroperasi, namun tentu perlu dirinci disini mengingat uang tombokan diambil dari uang Negara yang notabene uang raklyat Indonesia. Sehingga seolah terjadi talangan atas mis kelola dana bank swasta tersebut. Bukannya PIC- pengelola bank dan jajaranyan yang dimintakan pertanggung jawaban, seolah rakyat yang justru harus menanggung atas kinerja buruk –under performance- bisnis perbankan.

Barangkali memang kasus bank century tidak sesederhana kelihatanya dan cukup complicated. Namun- tetap keadilan harus ditegakkan dan berapa sen-pun uang rakyat teralokasi harus cukup jelas justifikasinya.
Read More ..

Thursday, January 07, 2010

News

BERITA EKONOMI NASIONAL
• Harga Properti Naik 20%
• Produk China Mulai 'Kuasai' Lampung
• PLN Optimis Peroleh Utang Rp21 Triliun
• IHSG Dibuka Naik Tipis 0,07%
• Perum Bulog Siap Lakukan Operasi Pasar Beras

BERITA EKONOMI INTERNASIONAL
• Minyak Tembus US$83
• Harga Minyak Stabil di Perdagangan Asia
• Di AS, Penjualan Ford Alami Kenaikan
• Dapat Insentif, Penjualan Mobil di Jepang Meroket

Bila anda buka sub menu ekonomi di kapanlagi.com hari ini maka akan muncul headlines tersebut. Property naik 20%, apakah pernah harga rumah turun selama ini. Naiknya harga rumah praktis akan memberatkan beban masyarakat. Kenaikan wajar namun dengan rates 20% akan cukup memukul pendapatan masyarakat. Beberapa kebutuhan pokok seperti rumah, pakaian dan makanan merupakan prioritas masyarakat dalam belanja mereka. Andaikan kenaikan di bawah 10% maka dapat mendongkrak belanja tersebut. Kenaikan property akan menguntungkan siapa ? pengusaha dan barangkali perbankan.

Lagi-lagi produk China merajalela. Bukan salah mereka bila produknya booming. Effort mereka jauh lebih besar untuuk bersaing di sini. Sebagai tuan rumah, justru kita patut bertanya kenapa kalah bersaing dengan produk impor. Untuk memasarkan produknya ke sini saja mereka harus memikirkan dan menanggung biaya transportasi, distribusi dan pergudangan. Fenomenanya sudah lama terjadi, berbagai produk seperti buah, elektronik dan tekstil membanjir di pasar local. Apakah kita hanya ingin menjadi pengguna dan penonton saja. Apakah perlu dilakukan proteksi atas barang import disaat pasar bebas semakin digalakkan. Yang fair tentu harus bersaing secara sehat. Tingkatkan mutu produk agar bisa bersaing di pasar. Sederhana namun perlu effort yang konsisten dan serius. Bila hanya begini-begini saja produk kita bakal kelibas.

Hmm PLN mendapat utang baru. Barangkali memang dibutuhkan untuk investasi dan memperbesar volume layanan. Namun hutang tetaplah hutang. Bagaimana bila operasional tidak kunjung efisien sementara cicilan hutang harus dibayar. Akankah harga listrik juga akan dinaikkan. Ibarat BBM, listrik adalah komponen utama barang dan jasa. Setiap sen kenaikan listrik tentu akan berdampak atas harga barang dan jasa. Kembali kepada PLN apakah memang mereka perlu hutang baru sebesar itu, atau jumlah yang terkontrol sambil meningkatkan efisiensi operasionalnya.

IHSG naik tipis, berarti pasar modal jalan. Umumnya kenaikan pasar modal lebih dipilih ketimbang penurunan. Artinya investor aktif dan sibuk di dalamnya, manakala IHSG mengalami kenaikan. Mestinya ini merupakan sinyal yang baik bagi dunia usaha dan perekonomian.

Sementara Bulog bersiap melakukan operasi pasar. Harga beras dikhawatirkan naik sehingga perlu campur tangan Bulog. Saat ini lagi-lagi produk beras mulai didominasi beras import. Beras local harus bersaing ketat melawan beras dari Thailand. Mestinya kenaikan beras akan menguntungkan petani. Namun nyatanya petani tetap miskin. Jadi ada pihak yang mendapat keuntungan atas kenaikan beras ini. Apakah itu agen, penyalur atau distributor. Yang jelas kenaikan harga beras selama ini belum menguntungkan petani. Jadi bagaimana sebaiknya harga beras relative tetap atau naik. Sebaiknya kesejahteraan petani-lah yang semakin meningkat. Tugas pemerintah semakin berat atas misi mensejahterakan petani dan bersaing atas serbuan beras import.

Sementara dari ekonomi internasional harga minyak dan penjualan otomotif mengalami peningkatan. Apakah ini sinyal yang bagus, mungkin relative. Kenaikan minyak yang terlalu besar akan merugikan Negara pengimpor minyak dan menguntungkan Negara penghasil minyak. Celakanya Negara kita saat ini menjadi pengimpor minyak. Bagaimana bila harga BBM naik, puih, ini momok bagi masyarakat luas. Kembali setiap rupiah kenaikan harga BBM akan membebani masyarakat. Mudah-mudahan kenaikan harga minyak dunia hanyalah fenomena harga minyak yang normal. Naiknya penjualan otomtoif juga pertanda berjalannya ekonomi di Amerika dan Jepang tersebut. Beberapa waktu belakangan kedua Negara, penopang Utama ekonomi dunia itu sempat dilanda krisis yang mendera.

Jadi bagaimana gambaran ekonomi di tahun baru ini. Lagi-lagi akan lebih bijak bila melihat kekuatan dan kelemahan serta focus. Bila kita kuat di pertanian, perikanan dan UKM misalnya maka seyogyanya bidang ini yang mendapat perhatian. Juga mesti lebih bijak dalam berhutang. Jangan asal mendapat tawaran hutang lantas terus menumpuk hutang. Yang tidak kalau penting adalah integritas dan tekad pemerintah menghapus atau mengurangi kebocoran uang Negara karena korupsi. Penyakit akut yang satu ini harus diberantas ke akar-akarnya. Selamat bekerja.

Read More ..