Selama tiga hari kemarin kembali kami satu tim kecil mengadakan perjalanan seputar Solo dan Yogya. Kami berangkat pagi sekali yakni jam 5.55 dengan Garuda. Saking paginya saya mesti bangun jam 3.15 dan naik taxi jam 3.45. Sengaja pagi sekali karena hari itu senin dan situasi di jalan sulit diprediksi.
Biasanya senin pagi antrean ke Bandara sering padat karena banyak orang pengin terbang dengan first flight. Cuaca pagi yang umumnya cerah juga menambah peminat terbang pada jadwal pertama ini. Ditambah saat ini sedang musim hujan yang sering hujan lebat dan angina. Saking paginya jadwal satu teman tertinggal dan terpaksa ikut penerbangan berikutnya ke Solo. Karena jadwal hanya dua kali terbang sang temen terpaksa baru bisa mengudara jam 16.00 sore. Bayangkan sepuluh jam bengong di Bandara. Kami bertiga mendarat di Bandara Adisumarmo jam 7.00 dan langsung menuju kantor cabang. Perlu sedikit diskusi sebelum akhirnya kami memulai perjalanan seputar Solo. Berhubung di pesawat hanya mendapat snak dan kurang nendang kamipun mampir wisata kuliner bentar he he latah ya. Target kami adalah soto kuali depan Stasiun Balapan. Meskipun lokaisnya sederhana di pinggir jalan sotonya cukup enak dan juga murah. Terakhir saya makan di sini sekitar empat tahun silam. Rasanya saat itu potongan dagingnya besar-besar dan empuk, kemarin menjadi lebih kecil he he. Wajar barangkali karena pedagang harus menjaga harga jual sementara harga daging makin mahal. Usai sarapan kamipun melanjutkan kegiatan yang sudah dijadwalkan. Tiba siang hari kamipun coba mencari makanan khas setempat. Hmm kami sempat mampir ke home industri pembuat makanan kerupuk yang dibuat dari bahan beras. Nama setempat dari kerupuk ini adalah karak. Satu plastic besar dijual seharga 8 ribu rupiah. Dimakan berlima baru habis dua hari, kebayang kan berapa banyaknya. Akhirnya kami menuju suatu tempat di Solo selatan yang menjual makanan bernama Selat. Tentunya makanan ini umum saja karena di resepsi pernikahan banyak dihidangkan. Kembali kami melanjutkan kegiatan meskipun diiringi dengan cuaca buruk dan hujan. Jam tigaa-an kami baru sempat check ini di Novotel Solo. Habis istirahat dan mandi kami menyusun target untuk makan malam he he kayak perang ya. Kali ini karena suasana malam di Solo agak lengang karena hari kerja dan cuaca hujan kami ambil yang mudah. Apalagi kalau bukan nasi liwet khas kepabron Solo. Makanan tradisional ini banyak disukai artis dari Ibukota dengan banyaknya tanda tangan mereka yang dipajang. Nasi liwet dipadu sayur labu, suwiran daging ayam dan telur ditambah cabe rebus hemm benar-benar lezat. Kita sampai nambah satu pincuk lagi saking enaknya. Minumnya paling pas ya wedang sekoteng yakni minuman panas yang diramu dari jahe, kacang gula dan lainnya. Kami tidur pulas malamnya karena capek dan baru bangun setelah jam 8 pagi. Habis sarapan kami lanjut ke Yogya dan seperti biasa kami menuju kantor cabang dulu. Kali ini kami melakukan kegiatan seputar Yogya. Jam makan siang rasanya cepat sekali dan kali ini tidak ada yang lebih tepat kecuali menyerbu nasi gudeg Yogya. Bagi pembaca yang barangkali belum sempat mencicipi gudeg tradisional silakan dating di Nasi Gudeg Yu Jum yang berlokasi di seberang rektorat UGM. Dijamin anda bakal puas dengan rasa gudeg Yu Jum. Parkiran penuh dan banyak yang membeli bungkusan sampai ratusan ribu rupiah. Nah habis makan ini kami meluncur ke Parangtritis. Setelah selesai kegiatan di sana kami sempatkan mampir ke pantai parangtritis. Kata rekan sih bagian pantai yang kita datangi adalah parangkusuma. Jalurnya tidak melewati loket/gerbang yang menuju parangtritis namun sebelum loket tersebut kita belok kanan. Jalanya memang agak kecil namun hotmix mulus. Seratus meter sebelum pantai kita dicegat petugas pemda minta restribusi, namun dengan menyebut nama perusahaan kita diizinkan masuk, alias gratis he he. Jangan berprasangka dulu ya, critanya kita cukup banyak memberikan support kepada daerah setempat sehingga mereka mengganti dengan menggratiskan kita masuk. Pantai ini sungguh bagus dan indah dan boleh dibilang salah satu pantai terindah yang ada, he he kayak puisi. Yang jelas memang indah dengan ombaknya khas pantai selatan dipadu perbukitan, pohon-pohon dan pasir hitamnya. Hanya pengelolaannya masih relative tradisional dan tidak ada tanda-tanda dikelola secara modern. Padahal pantai ini sungguh layak dijual keindahannya sampai ke manca Negara. Andaikan dikelola secara optimal, dibangunkan akses jalan lebar, dibangun banyak hotel modern termasuk modernisasi pasar ikan yang ada serta dengan promosi yang meluas dan komprehensif tidak mustahil menjadi obyek pariwisita menarik.
Thursday, November 08, 2007
Parangtritiskusuma
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment