Cuaca buruk. Sejak malam hujan. Pagi hari mendung dan kadang hujan serta angin. Udara begitu dingin. Banyak anak tidak bisa bermain di jalan. Meski ini hari minggu. Kucingpun enggan berkeliaran. Hanya melengut di tempatnya yang hangat. Meski perut kucing itu lapar namun hujan rintik-rintik yang dinginnya menyentuh tulang sebabkan dia malas. Mendung tebal menggantung. Belum ada tanda-tanda hari cerah. Matahari bersembunyi dan tidak nampak sejak pagi.
Menit berlalu, jam dan sekarang sudah jam 15.00 sore. Nuansa masih diwarnai rintik-rintik ketika sebuah kendaraan mengarah ke sebuah kolam renang. Kolam renang itu cukup ramai. Banyak anak-anak, remaja dan dewasa. Namanya kolam renang Maharani. Lokasinya di sebelah perkampungan yang masih hijau. Maharani memiliki area yang luas. Ukuran kolam renang sendiri tidaklah terlalu luas, sekitar sepertiga area. Hanya sekitar sepuluh kali dua puluh lima meter saja. Pengunjungnya banyak sehingga kolam menjadi ramai. Dari pintu masuk langsung bertemu ruang tunggu. Ada dua ruang tunggu, yang beratap dan yang diudara terbuka. Banyak kursi dan meja diatur disana. Sebelah kiri ruang tunggu ada kamar mandi, mushola, ruangan fitness dan gudang. Sebelah kanan ada jajaran kantin yang menjual mie, bakso, minuman, jajanan anak-anak dan perlengkapan renang.
Di depan ruang tunggu yang beratap ada lapangan basket. Di depannya lagi ada panggung dimana sekelompok pemusik menyanyi diiringi lengkap keyboard, guitar dan drum. Sebelah kanan adalah kolam renangnya. Masuk ke kolam renang alas kaki harus dilepaskan ditaruh di rak yang disediakan. Di pinggir kolam diatur meja kursi. Ada juga tempat duduk dari semen permanent. Di sudut pinggir kolam renang ada penyewaan segala kebutuhan renang. Di sebelahnya adalah gudang tempat disimpan kapur dan obat-obat untuk perawatan air kolam. Di sebelahnya disambung ruangan mandi bagi yang selesai renang. Bagian laki-laki terpisah dengan bagian perempuan.
“Mba pesen mie bakso dua dan air mineral ya,” teriak seorang Bapak yang duduk di kursi di pinggir kolam. Bapak itu habis berenang, badan dan rambutnya basah.
Ada beberapa anak kecil dengan orang tuanya lalu lalang di pinggir kolam. Mereka menunggu anggota keluarga lain yang sedang berenang. Pengawas kolam renang sibuk melihat dan memperhatikan ke tengah kolam, dimana banyak orang berenang.
“Silakan bagi yang ingin menyumbang lagu,” suara teriakan keluar dari speaker yang terpasang di panggung musik. Penyanyinya sudah menyajikan beberapa lagu dan ingin minta partisipasi pengunjung untuk menyanyi.
Hujan yang sesekali turun tidak berpengaruh bagi mereka yang asyik berenang. Di dalam air tidak terlampau dingin dan hujan justru menambah keasyikan anak-anak.
Jam sudah menunjukkan jam 17.30 sore ketika kendaraan tadi meninggalkan kolam renang. Jalanan berlobang dan banyak genangan air. Pengendara harus hati-hati karena banyak genangan air dalam.
Kendaraan itu menuju sebuah warung mie yang berjarak satu kilometer dari kolam renang. Tempat parkir warung mie hanya terisi tiga mobil. Sebuah avanza warna silver dan biru serta sebuah innova hitam. Dalam warung mie terdapat empat meja lesehan dan enam meja dengan kursi. Dua meja lesehan dan satu meja tinggi sudah terisi.
“Pesan apa pak, ada mie rebus, goreng, bihun dan kweetiu,” jelas sang pedagang. Warung mie itu sudah di sana beberapa tahun terakhir. Dagangan unggulannya adalah mie jawa dan teh poci dengan gula batu.
Sepasang bapak dan ibu lahap menikmati mie rebus yang masih mengepul sementara anaknya yang masih kecil berdiri memegang sepotong kerupuk. Mie jawa adalah mie yang ukurannya besar. Dimasak dengan telur dan daging ayam. Bagi yang suka bisa ditambah kecap, saus dan acar. Banyak pengunjung yang makan sambil menggigit cabe. Ada pula yang makan dengan kerupuk. Keringat mengucur dari muka dan leher mereka. Mie panas cocok dimakan disaat hujan dan udara dingin. Ditambah minum teh poci dengan gula batu yang dihidangkan dengan cangkir dan teko terbuat dari tanah liat. Kegiatan renang satu jam setengah menjadikan perut keroncongan. Sajian mie jawa dan teh poci nampak merupakan kombinasi yang nikmat untuk mengisi sepotong sore yang dingin itu.
Monday, February 18, 2008
A Piece Of Afternoon
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment