Wednesday, June 03, 2009

Airbus A300-200


Bisa dikatakan teknologi pesawat terbang dan ruang angkasa merupakan salah satu pencapaian tertinggi umat manusia. Kenapa - karena dengan teknologi tersebut manfaat dan kontribusi yang diberikan sangatlah besar. Manfaat itu merupakan efek domino yang mendorong manusia mencapai hasil yang lebih tinggi lagi. Kenapa efek domino, ilustrasi sederhananya begini. 20 dokter spesialis jantung dari berbagai Negara perlu meeting di genewa membahas pengembangan pengobatan jantung. Andaikan belum ada pesawat terbang, berapa lama waktu yang dibutuhkan mencapai genewa dari berbagai Negara bila lewat darat atau laut. Sudah waktu tempuh pergi dan pulang akan sangat lama karena jarak ribuan kilometer, ditambah mereka harus riset, meeting lagi dan seterusnya sehingga butuh mungkin bertahun-tahun. Dengan adanya pesawat terbang, jangankan meeting sebulan sekali, tiap minggupun dimungkinkan, sehingga waktu tempuh lebih singkat yang akan berdampak semakin cepatnya seminar, bahasan, riset dan konfirmasi lanjutan hingga mencapai hasil diharapkan guna kepentingan umat manusia.

Hal ini mendorong manusia selalu menggunakan moda angkutan udara ini manakala butuh menempuh jarak demikian jauh. Kategori jauh bisa disepakati jarak mulai dari 500, 1000, 10000 km atau lebih. Dengan pesawat terbang yang jelajahnya bisa diatas 10000 km dengan waktu tempuh 12 jam-an maka hanya inilah pilihan yang masuk akal saat ini. Barangkali untuk jarak 500 sampai 1000 km dengan tujuan santai mereka bisa saja memilih kereta api atau kapal laut. Namun guna fokus pada waktu dan pertimbangan bisnis misalnya moda udara-lah yang paling menjawab kebutuhan. Apalagi banyak pesawat terbang yang menawarkan tariff murah. Barangkali lima atau sepuluh tahun terakhir ini merupakan era penerbangan dimana tariff pesawat berlomba diturunkan hingga tidak jarang lebih murah dari tariff kereta api.

Tentu ada semacam trade off disini disamping berbagai keunggulan waktu, kenyamanan dan lainnya moda udara atas moda lainnya juga sekaligus memiliki sebuah kekurangan telak. Kekurangan disini terutama terkait dengan resiko bila terjadi kecelakaan dimana moda udara umumnya akan berpotensi kehilangan jiwa bagi penumpangnya jauh lebih besar ketimbang moda lainnya. Hal ini tak terbantahkan manakala manusia yang kodratnya hidup di darat, menghirup udara dan menopangkan pada sumber daya dari tanah mesti “terbang” di ketinggian 15000 sampai 45000 kaki. Secara alamiah ketinggian tersebut memiliki suhu sangat dingin dan tidak mungkin manusia bertahan hidup.

Sehingga kenapa berita hilangnya pesawat komersial milik Prancis jenis Airbus 330-200 rute Rio – Paris yang berjarak 9000-an km dengan 228 penumpangnya pada hari Senin, 1-Juni di atas lautan Atlantis menghenyakna banyak orang. Pesawat diperkirakan jatuh setelah terbang sekitar 4 jam dari 10-an jam seharusnya dengan kecepatan 800-an km per jam. Disamping sangat prihatin atas hilang dan meninggalnya ratusan penumpangnya dunia kembali tersadar atas “kemajuan” yang telah mereka raih dengan riset selama bertahun-tahun. Berbagai perkiraan dan hipotesa-pun mereka ajukan untuk mengetahui sebab yang paling mungkin atas hilangnya pesawat buatan tahun 2005 tersebut. Di media banyak diulas bahwa pesawat canggih era sekarang sudah didesain tahan menghadapi berbagai petir dan menghindari badai. Tentunya ditambah dengan factor manusianya seperti pilot handal dengan ribuan jam terbang, crew berpengalaman, serta navigasi canggih dan infrastrutur pendukung lainnya. Diakui bahwa moda udara masih merupakan salah satu yang teraman ketimbang moda lainnya secara hitungan statistic.

Musibah yang menimpa Airbus A330-200 kembali membuat dunia tercenung mengingat kecanggihan pesawat ini yang dikutip dari media sebagai berikut.

- Menurut Jaringan Keamanan Penerbangan, pesawat jenis ini tidak pernah mengalami kecelakaan fatal sejak uji coba pada 1994.
- Bermesin kembar, dirancang menempuh perjalanan jauh. Jet ini mampu mengangkut penumpang dengan kapasitas medium.
- Airbus A330-200 pertama kali beroperasi pada 1998.
- Jumlahnya di seluruh di dunia sebanyak 341.
- Panjang: 58,8 meter.
- Kapasitas: 253 penumpang dengan konfigurasi standar; 293 penumpang dalam konfigurasi dua kelas.
- Jangkauan maksimal: Hingga 12.500 kilometer. Ini memungkinkan menempuh perjalanan seperti Paris-Singapura, Paris-Los Angeles atau Dubai-London.
- Maskapai yang menggunakan pesawat ini termasuk Air France, KLM, Northwest Airlines, Jet Airways, Turkish Airlines, Air China, dan China Southern Airlines.

Berbagai pakar penerbangan mengajukan hipotesa bahwa kemungkina telah terjadi rangkaian kejadian yang sangat serius. Rangkaian disini ditekankan karena menjelaskan banyak musabab ketimbang sekedar petir atau arus angin yang kuat. Tentu penyebab itu akan terus dicari sampai ketemu guna antisipasi dan pengembangan penerbangan ke depan.

Memang yang namanya musibah dan hilangnya jiwa kapan dan dimanapun bisa terjadi. Jangankan di dalam pesawat yang terbang jauh di angkasa, di rumah atau di tempat tidurpun banyak manusia kehilangan jiwa-nya dengan berbagai sebab. Namun yang terpokok lainnya adalah kembali manusia diingatkan bahwa betapa kecil dan lemahnya mereka di depan Tuhan Yang Maha Besar. Bagaimana bumi, tata surya dan galaxy yang manusia bahkan belum dapat membayangkan luasnya merupakan ciptaan-NYA. Disinilah Tuhan seolah menegaskan hak mutlak NYA sebagai Maha Pencipta dan Maha Berkuasa atas hidup seluruh umat manusia. Kembali diingatkan setinggi dan sehebat apapun pencapaian manusia ternyata masih sangatlah rapuh dan jauh dari kesempurnaan.

No comments: