Friday, June 09, 2006

Pembangunan Fisik

Lebih dari enam dekade sudah kita menikmati udara kemerdekaan. Kita selalu ingat bahwa sejarah kita mengalami penjajahan yang cukup lama baik oleh Portugis, Belanda, Inggris maupun Jepang. Negara penjajah tersebut umumnya mengeruk dan menghisap kekayaan alam kita. Mereka juga membuat kita bodoh dan tertinggal dengan negara lainnya dalam membangun dan memakmurkan rakyatnya. Akhirnya kita berhasil menikmati udara kebebasan dan bahkan sudah berjalan puluhan tahun.

Dalam era kebebasan kita telah memiliki beberapa presiden, mulai dari Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gusdur, Megawati sampai yang sekarang Pak Susilo Bambang Yudhoyono. Tentunya dalam era kepemimpinan sekian presiden tersebut tidak sedikit pencapaian yang telah diraih. Ini bila kita hanya melihat sempit sebagai satu bangsa yakni kita sendiri. Namun bagaimana kila kita melihat perbandingan/benchmarking dengan negara lainnya. Sudahkah pencapaian tersebut seimbang dan sejalan dengan kemajuan bangsa lainnya. Ternyata kita semua tahu bahwa kita sangatlah jauh tertinggal.

Sekedar mempermudah perbandingan tersebut marilah kita mengambil contoh yang mudah dimulai dari berapa panjang kita berhasil membangun jalan tol. Ternyata sekian puluh tahun merdeka kita baru berhasil membangun jalan tol sepanjang 600-an kilometer. China konon berhasil membangun 10 ribuan kilometer. Malaysia dan Thailand juga membangun lebih panjang dari kita. Jangan dikata Jepang dan Amerika yang tentunya memiliki jalan tol jauh lebih panjang lagi.

Stadion bola yang kita miliki-pun sangatlah minim. Kita Cuma punya stadion gelora bung Karno senayan yang sedikit pantas sebagai stadion. Lainnya di Surabaya atau di Medan hanyalah stadion kelas biasa. Sebentar lagi bakal hadir pesta akbar piala dunia 2006 di Jerman dan kita bisa melihat Jerman memiliki tidak kurang dari dua belas stadion berkelas internasional. Demikian juga negara Eropa dan Asia yang umumnya memiliki stadion sepak bola bertaraf internasional.

Jembatan panjang yang kita miliki barangkali adalah jembatan sungai musi di Sumatera, atau jembatan di kepulauan Batam. Dari dulu kala bermimpi ingin membuat jembatan di atas selat sunda dan madura, namun mimpi tinggalah mimpi. Malaysia memiliki jembatan sepanjang lima belas kilometer yang menghubungkan pulau Penang dan Daratan Malaysia. Jangan dikata negara lainnya semacam Jepang, Inggris, China, Amerika atau Australia yang infrastrukturnya sangat hebat, termasuk jembatan dan sarana transportasi lainnya.

Kota metropolitan yang kita punya ya Jakarta. Inipun nggak jelas arahnya sebagai kota yang nyaman. Bisakah ditunjukkan dimana pejalan kaki bisa berjalan dengan nyaman di kota Jakarta? Rasanya sulit karena kota sudah sangat semrawut dengan kemacetan lalu lintas, kaki lima, jutaan sepeda motor maupun pengaturan lalu lintas yang tidak kunjung disiplin. Sepuluh tahun terakhir praktis tidak banyak perubahan di kota kebanggaan ini kecuali kemacetan yang makin tidak manusiawi dan pembabatan jalur hijau yang berdampak semakin panasnya udara ibukota kita ini. China, yang beberapa tahun terakhir menggeliat dengan pembangunan fisik luar biasa. Hal ini berkat dukungan dari pemerintah yang bersih, disiplin, tegas serta kepatuhan hukum. Alhasil banyak kota metropolitan yang hebat dibangun di China. Shanghai, dimana sering kita lihat di TV merupakan kota nyaman bagi pejalan kaki, ruangan hijau namun tetap menampakan sebagai kota modern dengan jalan lebar dan gedung tinggi. Hongkong, Beijing dan kota-kota lainnya-pun yang tidak kalah modern dan nyaman.

Pembangunan fisik adalah bentuk nyata dari hasil pembangunan suatu pemerintahan. Bila pada awalnya negara kita melimpah dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia, namun kenapa pembangunan fisiknya sangat minim. Kemanakah larinya sumber daya alam yang kita miliki dulu. Kemana raibnya? Jadi enam puluh tahun merdeka, enam rejim presiden dan tak terhitung kekayaan alamnya hanyalah menghasilkan banyak penduduk miskin, pengangguran, kesenjangan dan kesemrawutan sosial pada hari ini. Pesimis? Jawabnya ya tergantung, masih adakah sisa hati nurani dan moral untuk menyelamatkan bangsa ini agar tidak semakin terpuruk.

1 comment:

tuhu said...

sedih juga kalo berpikir tentang bangsa ini..