Dari salah satu sumber, kita melihat bahwa pendapatan perkapita kita sekitar 3600 dollar per tahun. Maka bila kita kalikan dengan jumlah penduduk yang jumlahnya 250 juta akan terkumpul jumlah nominal sebesar 900 milyar dollar atau setara dengan 9,100 triliun-an rupiah. Bayangkan dengan jumlah penduduk kita sebesar itu maka terhimpun suatu jumlah agregat sebesar lebih dari sembilan ribu triliun. Satu triliun saja kita belum pernah melihat banyaknya apalagi ini ribuan triliun. Ya tentunya jumlah itu bukan total berupa uang namun memang seluruh produk baik barang maupun jasa nasional kita yang umumnya dikenal dengan istilah Produk Domestik Bruto. Kita tidak hendak membahas hal ini secara rinci dan akurat sekali sebagaimana kuliah di fakultas ekonomi namun lebih secara garis besar dan secara santai.
Bila kita melihat bentuk usaha di negara kita dikenal semisal perorangan, CV/PT, BUMN maupun asing. Semua produk katakanlah sebagai perorangan kita menjual jasa kita sebagai karyawan, atau kita punya sambilan mengkreditkan baju yang artinya kita juga menjual produk. Hal yang sama juga berlaku bagi bentuk usaha CV atau PT, bahkan usaha modal asing maupun BUMN-pun sama pada dasarnya menghasilkan baik produk jasa maupun barang atau keduanya. Nah dalam bentuk produk baik barang atau jasa yang ditransaksikan tersebut akan muncul pula berbagai pajak. Akrab dikenal pula yang namanya value added atau nilai tambah guna penghitungan produk dasar menjadi produk jadi serta menghindari penghitungan berulang barang yang sama.
Konon dari seluruh jumlah produk barang dan jasa tersebut munculah jumlah keseluruhan dalam nominal, sehingga muncul jumlah sembilan ribu-an triliun tadi. Jumlah ini merupakan keseluruhan barang dan jasa nasional. Bila jumlah ini dibagi dengan jumlah penduduk kita maka keluar angka pendapatan per kapita. Makin besar pendapatan per kapita suatu negara maka semakin besar pula jumlah produk Negara tersebut. Secara umum makin besar perkapita maka semakin makmur negara tersebut. Misal-nya Luxemburg per-kapitanya mencapai 66 ribu per tahun tentunya penduduknya sedemikian makmur. Amerika dengan pendapatan perkapita mencapai 41 ribu dollar per tahun, atau Jepang dengan sekitar 31 ribu dollar, Singapore dengan 28 ribu, atau Malaysia dengan 12 ribu dan seterusnya menggambarkan proporsi kemakmuran masing-masing.
Kembali pada kasus kita, kalau rata-rata pendapatan kita adalah 3600 dollar atau setara dengan lebih dari tiga puluh dua juta rupiah per tahun maka kita bisa berhitung sendiri dimana posisi kita. Bila gaji kita sejuta per bulan (empat juta bila anggota keluarga kita empat orang) serta ditambah THR dan uang cuti -- jika ada -- artinya kita menikmati 56 juta per tahun, dan ini kita artinya berada di atas rata-rata kemakmuran. Atau singkatnya bila kita balik saja, bahwa bila sebuah keluarga total pendapatan per tahun sekitar 32 juta maka mereka berada pada rata-rata pendapatan.
Kita teruskan menarik angka-angka tadi, misalkan dari sumber di BPS yang mengatakan bila seseorang berpendapatan kurang dari 175 ribu ditambah sekitar 400 ribu rupiah (hitungannya bisa kita cari tahu ke BPS), jadi totalnya 575 ribu rupiah per-orang maka akan digolongkan sebagai penduduk miskin. Dalam konteks tadi bila sekeluarga terdiri dari empat orang maka kita mendapat jumlah sama yakni 32 juta per tahun. Jadi dari hitung-hitungan kasar tadi kok ketemu ya, antara kriteria keluarga miskin kita versus rata-rata perkapita. Artinya bahwa secara umum dengan per kapita 3600 dollar, kita ini pada dasarnya masih termasuk kategori negara miskin. Padahal kita tahu belaka bahwa orang atau keluarga yang memiliki pendapatan 32 juta per tahun ini-pun sudah relatif jarang. Hampir dikatakan bahwa sebagain besar mereka berpendapatan di bawah angka tadi.
Hal ini sekaligus menggambarkan bahwa hanya sekelompok kecil dari kita yang berpendapatan luar biasa besar sehingga sebaran katakanlah di atas 80% penduduk berpendapatan di bawah 32 juta rupiah per tahun terdongkrak oleh pendapatan luar biasa besar sekelompok kecil tadi. Konon lagi ada angka begini -- bahwa kurang dari 10% penduduk kita menguasai asset lebih dari 90% asset nasional. Terjadi gap sedemikian lebar luar biasa yang mencerminkan bahwa hasil-hasil pembangunan sangat belum merata dan baru dinikmati hanya oleh sekelompok kecil penduduk kita.
Monday, October 02, 2006
Per Kapita
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment