Wednesday, September 19, 2007

NICE PORTRAIT



Apa yang anda lakukan satu minggu terakhir? Atau satu bulan kemarin? Apakah anda menjalani rutinitas belaka atau anda mengerjakan proyek penting. Bagaimana kepuasan atas hasil yang anda capai. Berhasilkan anda memenagkan tender dari proyek anda, atau anda berhasil meyakinkan atasan akan suatu bisnis proses yang inovatif di divisi anda.

Minggu kemarin bagi saya merupakan minggu yang cukup melelahkan namun juga mententramkan. Mengemban penugasan dari perusahaan saya dan tim kecil mendarat di Surabaya. Hmm masak ke Surabaya saja melelahkan ya? Maksudnya di sana kami satu tim melakukan semacam roadshow. Roadshow bukan untuk mencari pinjaman modal atau untuk mempromosikan produk. Roadshow kami adalah kegiatan social dan khusunya pendidikan. Yup betul, tim kami menjelajah seluruh kota Surabaya untuk mengunjungi satu pesantren ke pesantren lainnya. Kami mengemban misi menjelajah 100 pesantren di Surabaya. Kami sudah melakukan selama seminggu dan berhasil mengunjungi 55 pesantren. Sisanya akan kami coba selesaikan dalam waktu dekat nanti. Apa yang coba kami ingin gambarkan adalah sekedar potret singkat dan sekelebat pesantren tersebut. Mengingat kunjungan tiap pesantren berlangsung singkat. Intinya kami menemui ketua atau kyai dari pesantren tersebut, sedikit pengantar dan tentunya sedikit sumbangsih perusahaan untuk membantu prasarana pendidikan di pesantren. Bahwa benar, begitu banyak pesantren modern yang kita lihat di sekitar kita. Namun tidak sedikit pesantren yang berjalan ala kadarnya meskipun usia pesantren ada yang sudah mencapai 100 tahun. Pesantren sudah ada sejak abad 18 dan dijalankan turun temurun. Ada banyak ragam pesantren di Surabaya yang berhasil kami kunjungi. Ada yang cukup modern dengan santri berjumlah ratusan dan prasarana modern. Namun ada juga beberapa yang santrinya sedikit dan bahkan hanya puluhan orang serta prasarana ala kadarnya. Ada santri dengan jenjang SD yang biaya pendidikannya puluhan ribu per bulan, lima belas ribu per bulan atau bahkan gratis sama sekali bagi santri tidak mampu. Bahwa potret pesantren di Surabaya lebih merupakan sebuah keluarga besar dimana mereka tinggal bersama/mondok, belajar di tempat sama dan melakukan ibadah bersama pula. Kami belum tahu persis bagaimana manajemen mereka. Apakah pembiayaan operasional pesantren murni dari pembayaran santri, atau bantuan pemerintah atau dibiayai oleh pengasuh pesantren. Yang jelas tingkat survival mereka begitu tinggi. Bila ada beberapa dari mereka bertahan puluhan tahun dan bahkan menembus seratus tahun tidakkah ini menunjukkan kekuatan mereka yang terus bertahan hidup. Pernahkah anda melihat bagaimana seorang santri makan sehari-harinya. Kami juga tidak tahu persis namun gambaran santri di sana umumnya begitu kalem, diam, dan bicara bila kita ajak dan berperawakan umumnya kurus. Kami melihat adanya suatu kepasrahan yang tinggi dari wajah-wajah santri tadi. Sebagaimana karakter yang ada di pedesaan tersirat wajah yang begitu nrimo dan tulus terpancar. Begitu kita datang, memperkenalkan diri dan beramah tamah maka suasana terasa teduh, adem dan nyaman. Kami satu tim merasakan hal yang sama setiap masuk pesantren, ditemui kyai, berdiskusi sedikit dan kadang kami turut sembahyang ketika kebetulan waktunya tiba.