Tuesday, March 18, 2008

The Richest Province

Pesawat boeing 737 seri 400 itu siap lepas landas. Pilot sudah mengatakan take off position dan dua mesin roll royce dari boeing mulai menggemuruh. Pesawat dengan 126 penumpang itu sudah mengarah runway dan siap terbang ketika terdengar gemuruh roda yang direm mendadak oleh pilot. Pesawat urung take off dan kembali memutar ke jalur antrian. Terdengar pilot menjelaskan permintaan maaf melakukan abort dan menjelaskan perlu mengecek sesuatu. Seorang laki-laki berjas hitam dengan rambut pendek bertanya heran kenapa pesawat batal terbang. Setelah memutar melewati jalur antrian pesawat kembali bersiap take off. Kali ini berlangsung mulus dan terbang dengan ketinggian 32 ribu kakipun berjalan mulus. Cuaca sedikit buruk dengan beberapa kali awan menghadang yang menyebabkan laju pesawat tergoncang.

Perjalanan Jakarta – Pekanbaru ditempuh selama satu jam tiga puluh menit. Tidak ada perbedaan waktu antara kedua kota jelas pramugari. Pekanbaru adalah kota yang menarik dan berlokasi di pula Sumatera bagian tengah. Peknabaru bisa ditempuh dari Padang selama lima jam perjalanan darat atau sembilan jam dari Palembang. Konon orang menyebut Pekanbaru adalah Malaysia-nya Indonesia. Seperti Medan disebut sebuah kota kembar dengan Penang di Malaysia (?).

Yang menarik dari Pekanbaru tentunya tidak macet seperti Jakarta. Sebagai kota propinsi yang konon terkaya Pekanbaru sibuk berbenah dan mempercantik diri. Gedung Gubernur terlihat megah di tengah kota. Hotel berbintang seperti Pangeran dan Gran Yuri sibuk menerima tamu setiap harinya. Tamu berdatangan dari Jakarta, Malaysia dan bahkan Singapura.

Hotel Pangeran terletak tidak jauh dari Bandara sementara hotel Gran Yuri dikelilingi keramaian seperti cafee dan tempat hiburan malam. Tempat hiburan itu bagaikan remaja yang tidak pernah tidur. Jam 12 siang sudah mulai dibuka dan menerima tamu sampai dini hari. Ada berbagai hiburan yang disuguhkan seperti karaoke, caffe dan hiburan lainnya.

Seorang rekan menjelaskan bahwa pendapatan daerah jauh lebih besar dari anggaran belanja. Apakah karena terdapat pusat pengolahan minyak Dumai-nya atau perkebunan kelapa sawitnya yang membuat Pekanbaru merupakan salah satu propinsi terkaya.

Dua hari berkeliling kota jarang mendapatkan jalanan bergelombang, umumnya beraspal hotmix mulus. Pusat perbelanjaan dan pertokoan mendominasi jalan protokol. Jangan pernah ke Pekanbaru tanpa mencobai ikan patin, begitu saran seorang rekan. Padahal jelas Pekanbaru bukanlah kota pantai. Apakah ikan patin bisa dibudidayakan di air tawar.

Tiga orang itu penasaran dan mencoba menu ikan patin di sebuah restaurant. Memang rasanya lezat dengan duri yang besar. Gulai ikan patin disajikan dalam piring besar. Semua bagian ikan itu mengeluarkan rasa yang lezat dengan tulang belulang besar yang mudah dibuang.

Cobalah juga menu daging rusa. Ada sebuah restaurant yang menyajikan menu ini. Konon daging rusa mirip daging kambing. Bila mengkonsumi maka badan akan berasa panas dan darah segera naik.

Ada juga pisang goreng pontianak yang kesohor itu. Padahal jarak kedua kota jauh banget ya, namun pisang goreng ponti dapat dijumpai di sini.

Lampu lalu lintas di pekanbaru mirip yang terdapat di Padang. Ukurannya lebih besar dari lampu lalu lintas umumnya.

Orang asli Pekanbaru memang terlihat seperti orang Malaysia. Seorang perempuan muda berusia 26 tahun bernama Santi yang asli Pekanbaru datang ke lobbi. Perempuan itu cantik dengan dandanan yang minim. Setelah berbasa-basi Santi minta sebatang rokok Marlboro dan menyulutnya. Santi bercerita dia memiliki seorang anak, namun sudah berpisah dengan suaminya. Anaknya ditinggal bersama neneknya sementara Santi sibuk mencari nafkah. Santi larut dalam hingar bingarnya malam.

No comments: