Pernahkah anda memperhatikan keadaan sekitar anda. Gampangnya keadaan dari rumah sampai kantor anda. Pernahkah anda memperhatikan dua atau lima tahun terakhir. Bila anda katakanlah dari rumah ke kantor pada tahun 2003 apa yang anda ingat. Jalanan macet dan semrawut. Tranportasi buruk, armada bus, kopaja, angkot juga saling serobot. Pernahkah anda merenungkan keadaan itu sekarang. Selain kesemrawutan dan buruknya armada transport sekarang ditambah rusaknya jalan dan merajalelanya kapling jalan atas nama busway. Jalan yang hanya tiga atau bahkan dua lajur-pun dikapling buat busway. Konon busway ini mengadopsi kesuksesan serupa di Bogotta. Namun sebuah sumber menjelaskan keberhasilan busway di Bogotta karena salah satunya kondisi jalan di sana begitu lebar, sampai enma belas lajur, jadi kalaupun diambil satu kapling buat busway tidaklah bermasalah. Berbeda dengan kita yang semua menyadari busway bukanlah solusi mengatasi kemacetan akut, namun tetep dipaksakan. Di Koran orang pinter bilang solusinya adalah menambah ruas jalan, mengatur tegas perilaku pengendara dan membangun mass rapid transport- MRT. Istilah MRT biasanya mengacu entah itu kereta bawah tanah/subway atau monorail di atas jalan. Artinya moda ini tidak mengganggu jalan yang sudah ada. Ada juga semacam kereta-traim yang rel-nya di tengah jalan dan masih bisa dilewati kendaraan lain. Lha kalau busway kita ini caranya mbeton jalan je,,dan banyak motor terjengkang saat menyeberang beton pembatas. Siapakah busway itu yak ok begitu kuasa dan melebihi kepentingan rakyat sekalipun.
Itulah pembangunan fisik dan prasarana yang nampak tidak berubah dan yang ada justru makain merana. Kita seolah tidak berbuat sesuatu kecuali saling berlomba, cakar mencakar, sodok menyodok sehari-hari mencari nafkah. Beban ibuko Negara ini semakin berat harus menanggung dua puluh juta rakyat yang setiap hari berlomba mencari nafkah karena pekerjaan yang sulit, kemakmuran hanya mimpi dan banyak yang bunuh diri karena lapar dan malu.
Barangkali dua puluh tahun silam bilapun keadaan masyarakat tidaklah makmur namun sumber daya alam masih banyak. Lha sekarang, yang bernama hutan saja setiap hari konon hilang sebanyak enam lapangan bola atau 360000 meter persegi, gila ya. Kita adalah perusak hutan nomor wahid di dunia ini. Tidak ada nilai tambah dan inovasi yang kita lakukan kecuali secara tamak menebang dan menjual gelondongan kayu hutan untu segera menjadi uang dan penopang konglomerasi mereka yang memiliki hak pengelolaan hutan. Lha ini hutan milik rakyat dan anak cucu kok dikapling dan dikelola seenaknya, gabungan antara penguasa dan pengusaha, enak yaa. Ntar kalau sudah negeri ini hancur, carut marut dan rakyat marah karena perut lapar, mereka tinggal lari tunggang langgang ke china, singapura atau Malaysia. Hmm nggak ada rasa kebangsaan sedikit pun yaa. Lha hutan sendiri saja dirampok untuk kepentingan golongan dan Pribadi emang mana punya rasa kebangsaan . Sangat-sangat minus.
Pajak yang dibayarkan pada kemana yaa. Konon bayarkan pajaknya dan awasai penggunaannya. Gimana caranya, kalau bayar jelas memang kata saktinya adalah kewajiban rakyat, tidak bayar pajak artinya nggak patuh hokum. Lha ngawasi penggunananya gimana caranya, gimana salurannya, gimana aksesnya. Coba hitung di satu kabupaten saja ada berapa ratus ribu roda empat dan berapa juta roda dua. Pernah dihitung secara mudah sebuah daerah memiliki 500 ribu kendaraan mobil dan dua juta roda dua. Dengan pajak mudahnya dua ratus ribu untuk motort dan sejuta untuk mobil maka sudah akan terkumpul 900 milyar rupiah per tahun. Ini hitungan mudah lho. Dan daerah tadi hanya menganggarkan di bawah 10 milayr untuk perbaikan jalan. Ya pantaslah kalau 70% jalan menjadi makin rusak, berlobang dan bila hujan mirip bendungan menggenang. Hanya 10 milyar saja dan tidak jelas berapa yang bener untuk menambal jalan dan berapa lagi yang dikorupsi. Yang 890 milyar itu kemana yaa, apa hilang ditelan bumi. Coba hitunglah secara sederhana pendapatan pajak hanya dari kendaraan bermotor. Belum dari PBB dari PPN dan seterusnya, semuanya dipajakin namun nggak jelas keman perginya.
Tahun 1980-an masih terlihat pembangunan jalan, pembangun sekolah, kantor, pasar, pertokoan maupun fasilitas umum lainnya. Nampak alamiah dan ada Harapan manakala ada pembangunan fisik bagi masyarakat luas. Lha sekarang pembangunan apa yang dilakukan ya. Itu monas sudah ada sejak Soekarno, Gelora Senayan juga, Semanggi juga. Jadi apa yang dibangun, oh paling hanya mall dan perumahan yang semuanya tidak melalui amdal yang layak sehingga berdampak makin memacetkan jalan dan menambah banjir manakala hujan karena resapan tanah berubah fungsi.
Tidak ada Harapan apaun saat ini. Hingar bingar pilkada, pilpres dan sebagainya hanyalah pesta sekelompok kecil orang yang rebutan jabatan belaka. Manakala menjadi bupati, gubernur atau presiden tindakannya sama saja dan tidak ada yang membangun untuk rakyat. Makin banyak rakyat golput dan tidak melihat manfaat bagi mereka artinya pilkada pilpres ini itu. Ketimbang nyoblos mending waktunya buat narik becak atau nguli untuk makan hari itu. Terlampau banyak rakyat lapar dan pusing sekedar memastikan hari ini bisa makan.
Tiga tahun lagai jalanan bakal tidak bergerak karena memang jalan banyak rusak dan makin semrawut. Jangan salahkan pertambahan mobil karena itu terjadi dimanapun. Jangan mengkambinghitamkan sebagian rakyat makin banyak beli mobil hingga jalan ngga bisa nampung, namun coba Tanya pada perencana jalana, pengelola jalan. Dan bagaimana pekerjaan mereka lima atau sepuluh tahun lalu. Tidakkah mereka mempersiapkan dan mengantisipasi sedemikian jauh-jauh hari dan membangun infrastruktur. Kita hanyalah menyerap 400 ribu setahun mobil dan 5 juta motor. Sementara Negara lain ada yang sejuta, lima juta atau bahkan lima belas juta per tahunnya. Jadi bandingkanlah juga dengan Negara lainnya. Jangan kuper kumpret dan selalu menyalahkan hal lain manakala pemerintah dan pengelola negeri ini yang memang salah. Tidak beces mengantisipasi dan membangun. Itulah hakekat adanya sebuah Negara, yakni membangun agar rakyatnya sejahtera.
Lihatlah sekitar, Malaysia, singapura, Taiwan, korea, china, Thailand dan bahkan Vietnam. Semuanya maju dan terjadi pembangunan besar-besaran. Negara itu sudah mulai memetik hasilnya. Jalanan lebar dan mulus, jalan tolo banyak sekali. Prasarna melimpah dan rakyatnay bias bekerja tenanag karena memang banyak lapangan kerja dan investor masuk. Berbanding 900 derajat dengan kita. Makin suram, rakyat lapar, investor tidak mau masuk, pejabat rebutan jabatan dan pilkada ini itu dan puncaknya adalah rusaknya moral, amburadulnya pengelola Negara, menumpuknya hutang, kacaunya birokrasi, habisnya hutan, tambang dan minyak kita tanpa bekas sedikitpun !!
Tuesday, April 22, 2008
Doin’ Nothing
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment