Tuesday, August 18, 2009

Hari Kemerdekaan RI 64


Apa makna hari peringatan kemerdekaan bagi anda. Apakah sekedar rutin ikut upacara bendera di kantor atau institusi anda. Ataukah menyaksikan melalui TV ritual upacara bendera nan megah di Istana Negara. Atau kebetulan anda sebagai pejabat yang memberikan remisi pengurangan hukuman narapidana. Atau barangkali sebagai pengusaha yang memberikan paket potongan harga barang dan jasa pada hari kemerdekaan. Ataukah anda terlibat penuh kegiatan hari kemerdekaan di kampung atau di perumahan anda. Menjadi panitia lomba, panitia panggung gembira, mengisi malam perayaan kemerdekaan sampai membereskan dan merapikan panggung keesokan harinya.

Apakah makna hari kemerdekaan bagi buruh pabrik, buruh bangunan, petani, nelayan, atau bahkan bagi pengangguran. Cukupkah makna bagi mereka yang bangga melihat anaknya berseragam dan ikut upacara bendera sementara tidak kuasa menanggung biaya sekolah yang semakin mahal. Bermakna-kah peringatan kemerdekaan bagi mereka pengangguran yang setengah mati mencari sekedar pekerjaan buat penghidupan. Apakah upacara hanya bermakna mengenang jasa pahlawan yang telah berkorban merebut kemerdekaan. Bagaimanakah dengan pahlawan lainnya, guru - pahlawan tanpa tanda jasa, tkw - pahlawan devisa, atau kaum buruh – pahlawan keluarga.

Di hari yang sakral ini, tukang bangunan di samping kompleks bahkan tetap menyusun bata dan menyemen. Pemulung tetap berkeliaran tengah malam mengorek tong sampah. Di hari ini bahkan masih terjadi tawuran pelajar. Sementara bus kota jurusan senen tetap berjejal penuh penumpang. Mesin bus tahun 70-an semakin terengah-engah mendorong berjejalnya penumpang. Demikian juga ribuan angkot di kalimalang dan tempat lainnya, sesak dan panas. Meski tarif terus menerus naik kondisi transportasi tetaplah jauh dari kenyamanan.

Memang upacara dan beragam kegiatan memeriahkan peringatan kemerdekaan perlu sebagai attribute. Namun tetap pesan dan muatan mengisi kemerdekaan yang lebih esensial. Menjawab seabreg kebutuhan jutaan rakyat tidaklah sederhana. Untuk itu jawabnya bukan sekedar saat ini, namun waktu kemarin, sekarang, ke depan dan seterusnya.

Fasilitas umum yang layak, hmm memadaikah. Apakah pejalan kaki bisa nyaman berjalan. Bagaimanakah kondisi trotoar di jalan-jalan protokol dan pedagang kaki lima. Bagaimanakah kondisi wc umum, sanitasi, drainase atau ruang hijau. Mudahkah anak-anak kita bermain aman di taman umum. Cukup tersediakah ruang publik di berbagai sudut. Kita semua menyadari fasilitas ini masih sangat minim. Bagaimana pula kesadaran membuang sampah, cukup tersediakah tempat sampah, kebersihan sungai serta banjir yang selalu melanda.

Pembangunan dan kesejahteraan rakyat, terpahamikah pesan ini di setiap dada mereka yang upacara. Beban hidup keluarga yang semakin berat, kenaikan harga di hampir semua kebutuhan dan membludaknya para pencari kerja. Apakah pemerintah sudah sedemikian maksimal memperjuangkan kesejahteraan rakyat – namun hasil minim atau masih terus berkutat di ranah politik. Beragam pilkada dan pemilu menyita banyak energi, waktu dan biaya. Apakah sebenarnya motif berpolitik mereka, memperjuangkan kesejahteraan rakyat, kepentingan golongan atau memperkaya diri.

Pemenuhan kebutuhan dasar rakyat berupa pangan, sandang dan papan. Apakah kebutuhan pokok ini sudah tercukupi bagi 230 juta rakyat Indonesia. Harus diakui masih banyak mereka yang belum bisa memenuhinya. Bagaimanakah dengan pemenuhan kebutuhan lainnya seperti kesehatan, pendidikan, dan kemampuan menabung. Berapa persen jumlah masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasar-nya, kebutuhan tambahan atau kebutuhan di masa tuanya. Sudahkan semuanya terjamin, ada gambaran atau bahkan tidak jelas sama sekali, tanpa mengecilkan keberhasilan yang dicapai- anda bisa menjawabnya.

Manakala banyak Negara lain berkutat dengan teknologi, daya saing, dan visi jauh kedepan, seyogyanya kita jangan berkutat masalah yang sama. Urusan politik perlu namun tidak mesti bertele-tele dan menyita banyak pemikiran. Energi utama haruslah dipusatkan buat kepentingan rakyat. Sumber daya alam yang semakin habis patut menjadi perhatian. Menata ulang strategi ekspor dan nilai tambah produk menjadi sangat penting. Gunakan sisa sumber daya alam bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Terdengar klise, namun itulah yang belum terwujud. Masyarakat harus sejahtera dulu, baru melanjutkan visi lainnya.

Peran pemerintah untuk menyediakan infrastruktur dan memperjuangkan kesejahteraan. Peran menyediakan lapangan kerja, pendidikan yang layak, fasilitas kesehatan, akses dan distribusi sumber ekonomi secara adil dan merata bagi rakyatnya. Fungsi nan berat ini tentunya hanya bisa dilakukan manakala Pemerintah berintegrasi, jujur, bersih dan sungguh-sungguh.

Memang bekerja dan berkarya merupakan tugas dan tanggung-jawab semua warga Negara. Berkarya termasuk bagi mereka loper koran, buruh bangunan, penyapu jalan dan bahkan murid sekolah luar biasa- tuna rungu, tuna wicara. Semua menjalankan peran masing-masing. Bagaimanakah dengan birokrasi, sudahkah mereka melayani secara tulus atau malah minta dilayani. Masih adakah biaya sosial dan ekonomi yang mahal, birokrasi nan rumit, bila bisa dipersulit kenapa dimudahkan, sebuah mindset kuno. Mental dan moral aparat, sudahkah berangsur membaik. Korupsi, kolusi dan nepotisme yang konon sudah membudaya, bisakah dikikis habis.

Juga kepatuhan dan kesadaran dari warga Negara itu sendiri. Sudahkah mereka patuh atas berbagai peraturan, kesadaran akan hak dan kewajibannya. Kesadaran dan kerelaan manakala asetnya digunakan bagi kepentingan umum, bagi jalan dan pembangunan prasarana. Patuh atas rambu-rambu jalan, etika, perilaku dan sikap berkendara. Lagi-lagi pemerintahan yang jujur, menjadi tauladan dan berwibawa yang bisa mendorong rakyatnya. Konon rakyat akan mengikuti tauladan pemimpinnya.

Ideology, politik, sosial, budaya, hukum dan ekonomi. Sudahkah semua bidang mendapat perhatian yang cukup. Berpolitik secara fair dan elegan, siap kalah dan menang serta menjauhi dendam. Sosial menjaga keseimbangan hak dan kewajiban, keseimbangan kepentingan individu, keluarga, golongan dan Negara. Budaya, mempertahankan, mengembangkan dan melestarikannya termasuk mematenkan budaya dan membela manakala produk budaya diaku oleh Negara lain. Penegakaan hukum atas semua golongan, memberikan hukuman bagi yang bersalah, kepastian hukum serta tidak membisniskan hukum. Ekonomi, akses dan distribusinya secara adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada akhirnya itulah makna kemerdekaan bangsa ini yakni, makna berke-Tuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan bangsa, kesejahteraan dan kedaulatan rakyat. Itulah lima sila yang selalu dikumandangkan di setiap upacara, disebutkan dalam pelajaran sekolah dan dihapal oleh seluruh warga Negara. Sangat mudah menghapal dan mengucapkannya namun sangat susah mengamalkannya. Ya kesejahteraan dan kedaulatan rakyat adalah makna utama kemerdekaan Indonesia. Jangan biarkan ibu pertiwi menangis bersusah hati karena rakyat-nya tidak kunjung sejahtera. Selamat memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke-64, dirgahayu bangsa dan rakyat Indonesia.

No comments: