Friday, January 22, 2010

Kemacetan


Tahun 2014 diperkirakan Jakarta stuck, macet dan kendaraan tidak bisa lewat. Kemacetan sangat parah bahkan jalan di depan perumahanpun akan macet. Namun melihat situasi saat ini bisa jadi kemacetan parah itu bakal datang lebih cepat, barangkali tahun 2012 jalanan pada jam sibuk- sudah tidak bisa dilalui. Kemacetan adalah masalah klasik ibukota itu selama bertahun-tahun. Saking parahnya, orang akan heran kalau jalanan lancar. Para ahli sudah banyak yang memberikan analisisnya kenapa macet dan solusi apa yang mesti dilakukan untuk mengurai dan mengurangi kemacetan. Alasan kemacetan sangat kompleks, dimulai dari pelanggaran atas tata ruang kota, perilaku pengendara, kaki lima, ulah ngetem angkutan umum, kurangnya flyover/underpass di banyak perempatan serta minimnya moda mass rapid transport.

Pemerintah sudah mencoba mengatasi kemacetan dengan membangun fly over/underpass, ring road, jalan tol, three in one dan yang terakhir adalah membangun busway. Namun dalam waktu singkat kembali kemacetan parah datang mendera. Pembangunan monorail yang sempat dimulai berhenti dengan alasan tidak adanya anggaran dan seterusnya. Akhirnya masyarakat pasrah dan menikmati saja menu kemacetan yang datang setiap hari. Saking terjadi keseharian, orang kantoran juga sudah nge-set bahwa jarak tempuh ke kantornya sekian jam, termasuk kalau pengin ke bandara, lamanya macet sudah otomatis masuk hitungan.

Di Singapura yang Negara atau kotanya membentang hanya sekitar 40 kali 50-an km, memiliki beragam angkutan nyaman termasuk mass rapidnya – MRT – berupa kereta subway. Konon pembangunan infrastruktur ini sudah dimulai sekitar 30 tahun lalu, artinya membangun system transportasi kota metropolitan tidak bisa instant saat ini. Harus dimulai jauh-jauh hari. MRT di Singapura menjangkau hampir semua sudut kota dengan elapse kedatangan kereta dalam hitungan menit, bisa hanya 3 atau 5 menit kereta datang dan pergi. Memang penduduk negeri singa itu hanya 4 atau 5 juta saja, namun moda transportasi sudah tertata rapi sejak awal ketimbang factor jumlah pengguna jalan.

Jakarta memang jauh lebih luas dan penduduknya jauh lebih banyak. Pun moda transportasinya jauh lebih parah, sehingga kemacetan hanayalah akibat alamiah dari berbagai kondisi tadi. Konon pernah ada rencana membangun subway, namun kontraktor urung melanjutkan karena tata kotanya sudah parah dan barangkali bawah tanahnya tidak memungkinkan digali untuk jalur subway. Belum lagi-lagi masalah ketiadaan anggaran. Terkadang cukup heran kenapa selalu anggaran tidak ada, padahal pemerintahlah yang mengurus semua keuangan yang berasal dari berbagai sumber daya, pajak, cukai, eksport dan lainnya.

Jika jumlah kendaraan dituding sebagai penyebab kemacetan nampaknya kurang sepenuhnya benar. Bagaimanapun kendaraan dibutuhkan oleh masyarakat dan industri. Sejauh moda transportasinya terintegrasi dengan baik jumlah kendaraan tetap akan bisa lancar mengalir. Apalagi jumlah kendaraan kita tidak lebih banyak dari yang ada di Negara tetangga.

Beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan barangkali memindahkan ibukota Negara, ke tempat yang sudah dipersiapan sarananya dengan baik. Memang ini ekstrem, butuh waktu lama dan biaya sangat besar, namun perubahan mesti dilakukan. Kemungkinan lainnya membangun jaringan transportasi terpadu antara Jakarta dan kota penyangganya, seperti Bekasi, Tangerang, Depok dan Bogor. Memang sudah ada moda busway dan feedernya, namun belum bisa mengatasi kemacetan, dan belum mengakomodir jumlah pengguna jalan.

Pemerintah harus membangun moda transportasi massal semacam monorail, kereta trem, sebagaimana di Amerika atau membangun jalur kereta lebih banyak lagi. Monorail dan moda ini akan menghubungkan semua sudut kota termasuk ke pinggiran dan kota penyangga. Anggaran harus diadakan mengingat makin ke depan kondisi fisik sudah semakin parah dan kemacetan akan tidak tertolong. Jangan sampai rencana regulasi instant semacam pembatasan tahun kendaraan, penomoran ganjil dan genap diterapkan. Hal ini akan mengusik rasa keadilan masyarakat luas.

Monorail memiliki keuntungan dengan daya angkut yang besar namun tidak mengurangi volume jalan, karena dibangun di atas jalan. Sementara kereta trem juga memiliki daya angkut besar tanpa mengurangi jalan yang bisa dilewati kendaraan lain. Kereta juga terbukti menjadi tumpuan pengguna jalan, hanya kenyamanan dan jumlahnya perlu ditingkatkan. Peraturan yang tegas juga bisa diterapkan bagi pengguna jalan seenaknya, asal serobot, ngga mau antri, kaki lima, kendaraan roda dua, angkot, metro mini dan kendaraan lainnya. Bila perlu pelanggar rambu lalu lintas dicabut SIM-nya.Kenapa, karena kondisi saat ini sudah sangat rawan dan kritis. Bila pelanggar rambu dibiarkan maka akan sangat mengganggu kelancaran berkendara. Guna mengerem si kaya memiliki lebih banyak kendaran, pajak progressive juga bisa diberlakukan.

No comments: