Thursday, February 25, 2010

Orang Sekitar


Sampai saat ini namanya bahkan belum tahu, ia disebut pak tua, begitu saja. Tinggalnya di kampong sebelah, memiliki beberapa anak dan hidup sangat sederhana. Awalnya pak tua bekerja sambilan membersihkan rumah tetangga. Karena kesibukan maka sekalian minta tolong pak tua membersihkan juga rumah kontrakan yang sudah beberapa bulan ini menjadi tempat berteduh. Kata tetangga honornya sebulan 100 ribu – itu jumlah yang setiap bulan diberikan. Namun saat diminta sekalian membersihkan rumah, taman dan halaman pak tua hanya bilang, mohon bisa ditambah lagi honornya dari jumlah tadi. Berapa pak, pak tua jawab, tambah sepuluh ribu lagi, jadi 110 ribu per bulan. Akhirnya jadilah pak tua sebagai tukang kebun Pribadi. Mestinya garapan pak tua dua rumah dan menerima honor 210 ribu per bulan, namun sebulan terakhir tetangga pindah, karena rumahnya dalam proses dijual, jadilah pak tua tinggal membersihkan satu rumah. Maka setriap pagi pak tua datang dan membersihkan semuanya, mulai dari halaman depan, samping, belakang, kamar mandi dan rumah. Sejak hadirnya pak tua semuanya jadi bersih dan rapi, sangat berbeda ketika awal-awal tinggal, rumput tinggi, bunga liar, dan daun-daun berserakan.

Lain lagi, ibu gendong itu jam 7 pagi selalu mampir dan datang. Jamunya mas, beras kencur, kunir atau yang pahit. Ibu itu datang tidak hanya menawarkan jamu, tapi juga memetik daun sirih buat campuran jamunya. Kebetulan rumah tetangga menanam pohon sirih yang lebat daunnya, jadilah ibu gendong mampir tiap pagi meminta daun sirih. Critanya ibu gendong jamu ini berasal dari solo, keluarganya sekalian pindah dan kerja seadanya. Saat ditanya bu, punya hp tidak, kalau nanti pengin pesen jamu. Bu gendong bilang tidak punya, tapi anaknya punya, nanti akan diberikan nomornya. Hanya sampai saat ini lupa terus, dan belum kunjung memberikan nomor hp-nya. Ketika tetangga pindah, dan rumahnya sempet kosong, beberapa hari terakhir ibu gendong jamu tidak menampakan diri. Entah masih jualan atau sedang mudik.

Pak sopir itu berpenampilan rapi dan ramah. Setiap malam dan pagi pasti sudah stand by di seberang rumah. Rumah itu besar sekali, berada di huk, kelihatanya seperti digunakan untuk kantor atau usaha. Setiap hari ada tiga mobil hitam, 2 innova dan 1 picanto. Kadang banyak mobil lainnya dijejer di jalan buntu sebelah rumahnya- barangkali mobil perusahaan. Setiap malam pak sopir mengandangkan semua kendaraanya dengan rapi, menguncinya dan pulang. Rumah besar itu nampak dijaga oleh satu dua pembantu. Setiap paginya pak sopir sudah datang dan mencuci mobil, mengeluarkan dan menyiapkan mobil untuk digunakan. Bila berpapasan pak sopir itu akan tersenyum ramah.

Sementara tukang tahu sumedang yang sering teriak menjajakan tahunya, hanya datang dua kali seminggu. Datangnya setiap pagi dengan tahu yang masih hangat. Tahu tahuuu teriaknya, dengan biasanya kostum kaos, bercelana tanggung dan diiikat sarung. Tahunya enak dan gurih. Bila anda beli 10 ribu maka akan dapat sekantong ukuran sedang, dimakan sendiri ngga bakal habis, karena cukup banyak. Biasanya selebihnya dibawa ke kantor dan rekan kantor yang menghabiskan. Pak jualanya tiap hari apa, tukang tahu bilang antara rabu atau kamis. Oh ya, ntar kalau lewat mampir ya, ia hanya mengangguk. Entah minggu ini kok tidaik jualan, terakhir beli sudah dua minggu kemarin dan sempat ketemu saat jalan memamnggul bakul tahunya di jalan menuju perumahan.

Kalau mbak-mbak itu nampak ngga nyaman disuruh nemenin jalan anjing herder yang besar. Rupanya dari keluarga berpunya, buktinya miara anjing mahal itu tidak hanya satu, kelihatanya ada beberapa. Anjingnya sebesar kambing, dan kebayang biaya makannya berapa, pasti jauh melebihi honor mbaknya. Satu pack makanan anjing harganya berapa, tiga kali makan, maka jatahnya bisa sekian lipat gaji mbaknya. Si kaya pastilah, karena rumahnya besar dan mewah, mobilnya banyak. Pagi tadi mbaknya kesulitan mengajak si anjing belok di persimpangan jalan. Anjing pengin ke kanan, mbaknya membujuk ke kiri, sampai anjingnya duduk. Akhirnya setelah dibujuk-bujuk barulah anjingnya mau nuruti belok kiri. Badan anjingnya itu lebih besar dari mbaknya, sehingga pastilah mbaknya takut dan hanya bisa membujuk anjing herder yang di angon.

Sekelompok satpam penjaga komplek di depan tidak kalah menarik-nya. Sebulan mondar mandir setiap hari terus ditanya pengin ke blok mana, kok ngga hapal-hapal. Lebih dari sebulan barulah mereka hapal dan langsung buka pintu tanpa menginterogasi lagi Badannya besar dan tampangnya dingin, he he, siap menghardik siapapun yang masuk perumahan elite ini. Critanya ini komplek yang termasuk elit-lah- lha wongharga rumha termurah 700 juta lho, banyak yang milyaran wah wah. Kalau anda hanya mengendari roda dua jangan harap mendapat sambutan satpam. Satpam ini nampak akan hormat kalau anda lewat bermobil, dan apalagi mobilnya keren. He he nampaknya bukan anda yang dihormati tapi mobilnya, itulah satpam komplek.

No comments: