Thursday, March 18, 2010

Jayanegara


Majapahit mengalami pemberontakan. Sekumpulan winehsuka yang dianugerahi kemuliaan oleh raja memberontak. Mereka menghasut dan membujuk prajurit untuk bersama-sama menjungkalkan Raja Jayanegara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kalagemet. Prajurit dijanjikan kemuliaan yang muluk, dan mereka yang tipis kesetiaan kepada kerajaan tergoda menyambut ajakan. Ancaman Perang pun tak terelakan antara pasukan sagelar sapapan yang terhasut dan yang masih setia kepada kerajaan. Ra kuti, Ra Yuyu, Ra Tanca, dan Winehsuka lainnya melibatkan dan mengail di air keruh. Apa daya barangkali kepemimpinan Raja incumbent yang kurang terlampau kuat menyebabkan peperangan pecah juga. Hiruk pikuk kekacauan langsung meledak dan merengsek sampai istana Raja. Semula patih sepuh Arya Tadah mencoba melerai dengan mendamaikan para petinggi prajurit yang bertikai. Manakala perdamaian hampir terwujud, Ra Kuti justru menyulut perang saudara. Pasukan sagelar sapapan yang berhadapan dengan tombak dan panah terpantang, tidak urung, meluncur deras tanpa kendali saling serang. Jadilah hiruk pikuk peperangan-pun meledak. Sebagaiaman umumnya peperangan, banyak yang terbunuh atau membunuh. Rakyat kebanyakan juga tidak berdaya. Banyak kejahatan tiba-tiba muncul memanfaatkan situasi.

Di saat yang genting tersebut, Bekel Gajah Mada, bertindak cepat. Gajah Mada segera mengungsikan puteri kerajaan, dan terutama menyelematkan Jayanegara, yang tentunya menjadi incaran dari kelompok Ra Kuti. Siasat pun diatur guna langkah penyelematan keluarga kerajaan. Karena kalau sampai tertangkap oleh pemberontak dipastikan akan dihukum mati, dan puteri Kerajaan terancam diambil istri oleh Ra Kuti, yang memang telah lama memendam rindu dendam. Untunglah nasib masih berpihak kepada Gajah Mada, sehingga di saat genting bisa menyelamatkan keluarga Kerajaan. Melalui pasukan khusus yang disebut Bhayangkara, strategi mengungis diambil. Bahkan Jayanegara harus menyelamtkan diri melalui lorong bawah tanah yang dibangun untuk jalur penyelematan di saat darurat. Dengan perlawanan gigih dari pasukan Bhayangkara maka orang-orang penting kerajaan berhasil menyelamtkan diri. Gajah Mada langsung mengawal Jayanegara, sendirian, memastikan sang Raja bisa menghindar dari kejaran pemberontak. Peran dari pasukan Bhayangkara, pasukan elit kerajaan, yang dibentuk oleh Bekel Gajah Mada terlihat dominant dalam situasi ini. Dengan ketrampilan dan keprajuritan diatas rata-rata maka setiap Bhayangkara mampu memberikan perlawanana kepada pasukan pemberontak.

Kenapa Ra Kuti tega memberontak dan berkhianat kepada Rajanya sendiri, adalah sifat dasar manusia. Apalagi Ra Kuti yang sejak awal memang gemar menjilat dan mengambil muka Raja. Setiap menghadap tekukan kepalanya dilipat paling dalam, terlihat gaya menjilatnya dan ternyata menyimpan ambisi Pribadi. Ra Kuti memimpikan bisa menjungkalkan Raja, membunuh Raja, mengawini putri dan berkuasa. Untuk mewujudkan ambisio besarnya maka digandenglah kepala dan pasukannya dengan iming-iming kedudukan tinggi, kelak saat dia menjadi Raja. Namun dalam kekacauan perang pemberontakan tersebut sebatang panah sempat menembus tangan Ra Kuti, dan nyawanya dapat terancam kecuali diselamtakan Ra Tanca yang ahli racun dan pengobatan.

Telik sandi atau mata-mata, ternyata turut berperan besar dalam pemberontakan tersebut. Sehari sebelum pecah perang Gajah Mada kedatangan orang bertopeng yang mengisyaratkan bakal adanya pemberontakan yang akan menggilas istana.namun sebelum sempat mengetahui siapa orang bertopeng dan kebenaran beritanya, Gajah Mada sudah kehilangan orang tersebut yang berkelebat cepat. Ternyata benar apa yang dikabarkan oleh orang misterius tadi bahwa pasukan dalam jumlah besar menuju istana. Untunglah Gajah Mada sudah mengatur segala sesuatunya, terlambat sedikit saja keluarga kerajaan bakal tidak selamat. Dalam hati kecilnya Gajah Mada sangat berterima Aksih atas informasi pria bertopeng itu. Pasukan ini sebenarnya pasukan kerajaan juga, namun sudah terbuai bujuk rayu Ra Kuti untuk berkhianat dan menjungkalkan Jayanegara. Sebaliknya upaya penyelematan Raja juga berkali-kali mengalami kebocoran rahasia. Pasukan di bawah Ra Kuti berkali-kali menemukan tempat persembunyian yang dirancang Gajah Mada dan dirahasikan hanya kepada prajurit terpilih dari Bhayangkara, Lembang Laut dan Gagak Bongol. Praktis disamping terjadi hiruk pikuk peperangan, juga terjadu adu telik sandi dan mata-mata dari kedua belah pihak. Yang mengganjal Gajah Mada siapakah orang bertopeng yang memberikan rahasia pemberontakan namun menghilang cepat.

Berkat kegigihgan Gajah Mada dan pasukan Bhayangkara, akhirnya sang Raja berhasil diungsikan ke tempat yang jauh dari kota raja. Sementara Majapahit sekarang memiliki Raja baru, Ra Kuti yang berhasil mengambil kekuasaan dengan kekerasan. Namun ternyata Ra Kuti tidaklah berbakat menjadi Raja, karena ternyata banyak protes dan keberatan dari kawula yang merasa diperlakukan semena-mena oleh pasukannya. Keamanan menjadi semakin rawan, banyak perampokan, pencurian, pembunuhan dan bahkan pemerkosaan. Rakyat kawula alit semakin menderita di bawah Raja yang baru dan merindukan ayoman Raja Jayanegara dan jajarannya. Ternyata diantara prajurit Bhayangkara terselip juga telik sandi. Hal ini kenapa selalu tempat persmbunyian Raja yang dirancang Gajah Mada secara rahsia selalu bocor. Seorang telik sandi bahkan berhasil dibunuh oleh Gajah Mada saat di terowongan nan gelap, sang poengkhianat tersebut mencoba membunuh Jayanegara.

Untuk sejenak Gajah Mada dan Jayanegara berhasil mengungsi di kelurahan yang jauh dari Majapahit. Ternyata sampai sedemikian jauh masih terdapat seorang mata-mata Ra Kuti yang merupakan prajurit Bhayangkara. Itulah kenapa selalu tempat tujuan mengungsi bocor dan ketahuan oleh pihak Ra Kuti. Puncaknya manakala dalam perjalanan sang telik sandi mengirimkan pesan melalui burung dara. Kecurigaan semakin besar namun terdapat kesulitan memastikan siapakh pelaku atau telok sandi yang sedemikian jauh berhasil mengelebui Gajah Mada dan Bhayangkara. Dengan pengalaman dan intuisis luar biasa akhirnya Gajah Mada berhasil mengetahui siapakh telik sandi yang selama ini menyamar. Orang itu tidak lain adalah Singa Parepen yang sudah dihasut Ra Kuti untuk mendapatkan kedudukan tinggi dan tega berkhianat kepada pasukannya. Singa Parepen berhasil dibunuh oleh prajurit Bhayangkara dan disusunlah rencana penyerangan ke kota raja. Dengan mengunmpulkan sisa pasukan yang setia, pasukan Bhayangkara, dan para kepala pasukan yang sedang bertugas di Bali, maka diaturlah strategi pengambil alihan kerajaan. Dengan pengaruh dangkal atas pasukan dan ancaman kemarahan rakyat, Ra Kuti ternyata tidaklah mengakar dan menjadi Raja karena orang takut padanya. Akhirnya saat gabungan pasukan berhasil dihimpun Gajah Mada, serta dilakukan serangan balik, tidak butuh terlalu lama, maka Ra Kuti dan kelompoknya bisa dicerai beraikan. Banyak pasukan Ra Kuti yang terbunuh dan kaget menghadapi serangan balik Gajah Mada. Ra Kuti tidak kuasa lagi melarikan diri dan harus menghadapi kemarahan dari pasukan elit Bhayangkara. Tak terelakan Ra Kuti akhirnya menghadapi kematian, terbunuh diujung panah dan pedang prajurit Bhayangkara. Semua winehsuka terbunuh kecuali Ra Tanca, yang dianggap memiliki keahlian racun dan pengobatan. Ra Tanca ini sebelumnya menjadi tabib dari Jayanegara, sebelum terhasut Ra Kuti memberontak. Ra Tanca pernah sakit hati kepada Jayanegara karena mengharapkan putri kerajaan menjadi istribya. Ra Tanca dilecehkan karena dinilai tidak sederajat dengan putri istana. Ra Tanca juga satu winehsuka yang sering mengingatkan Ra Kuti atas tindakan sewenang-wenangnya.

Usai dari pengungsian Raja Jayanegara jatuh sakit, karena kecapekan. Maka Gajah Mada memanggil Ra Tanca untuk mengobatinya. Maka diramu-lah obat oleh Ra Tanca. Saat obat siap, Gajah Mada masih curiga, jangan-jangan ramuan itu beracun. Maka dimintalah Ra Tanca mencicipi obatnya terlebih dahulu. Melihat Ra Tanca yang minum obat dan tidak mengandung racun, barulah Jayanegara meminum ramuan tersebut. Usai minum Raja langsung pucat, berkelojotan dan meninggal. Rupanya obatnya mengandung racun dan Ra Tanca memang kebal racun, sehingga tidak mempan. Secepatnya Gajah Mada menusukan kerisnya ke Ra Tanca, dan sebelum menghembuskan napas terakhir Ra Tanca membisikkan Gajah Mada dialah pria bertopeng yang memberikan rahasia pemberontakan Ra Kuti.

3 comments:

mr.boen said...

masak sih?bukannya Ra Kuti dan Ra Tanca adalah pengalasan wineh suka yang seangkatan Raden Wijaya? Apakah masih mengharapkan putri TunggaDewi/Rajadewi yang layak disebut putrinya? lalu apakah Ra tanca mempunyai agenda sendiri ketika meracuni/(dalam kisah lain menghunjamkan keris) pada Raja Jayanegara...lalu sumber sejarah mana yang lebih kuat antara Kitab pararaton dan Kidung Sorandaka?

Unknown said...

menurutku sih orang bertopeng itu Arya Kamandanu

Unknown said...

ini adminnya kayanya menceritakan buku Gajah Mada 1 deh :" karyanya Langit Kresna Hariadi itu hehe