Wednesday, April 28, 2010

Zero


Karyawan demo dan anarki di pabriknya yang berlokasi di Batam. Tentu ada alasan kuat mengapa mereka berlaku demikian. Kenapa sampai bertindak fisik dan kerusakan pastilah ada penyulutnya. Konon terjadi ketidakadilan di sana. Barangkali antara karyawan pribumi dan karyawan import/asing. Barangkali perusahaan lebih menghargai dan percaya kepada karyawan asing letimbang bangsa sendiri, katakanlah demikian. Karyawan asing dinilai lebih mampu, lebih pintar dan mungkin lebih dipercaya. Terjadilah akumulasi ketidakadilan dan berakibat gerakan dari massa - karyawan - atas tempat dimana mereka justru mencari nafkah. Umumnya karyawan tidaklah begitu nekat, kecuali ada alasan yang sangat kuat.

Tahun 2001 pabrik elektronik terkemuka, Sony ditutup. Sebelum penutupan salah satu pabrik elektronik terkenal itu, terjadi konflik dan pertikaian antara karyawan dan perusahaan. Karyawan keberatan bila mereka harus bekerja merakit perangkat elektronik sambil berdiri. Sebelumnya memang karyawan itu bekerja dengan duduk di kursi. Posisi berdiri selama 8 jam kerja dianggap memberatkan dan menjadikan mereka capek. Setidaknya setelah mengalami bekerja dengan duduk bertahun tahun, persepsi itulah yang muncul saat SOP-nya diubah agar bekerja dengan berdiri. Perusahaan juga tidak habis mengerti kenapa karyawan sulit diatur. Di Negara lain tidak masalah karyawan merakit perangkat elektronik sambil berdiri, toh kompensasi jam istirahatnya akan ditambah dan tidak pernah ada kasus karyawan pingsan atau sakit hanya karena bekerja berdiri. Alasan perusahaan karena model produk semakin banyak dan standard kerja dibuat menjadi semakin dinamis dan fleksibel. Memang tentu ada permasalahan lainnya selain itu yang makin memperuncing ketidakcocokan karyawan dan perusahaan. Akhirnya setelah berbulan-bulan berunding bahkan sampai badan PBB- ILO, perusahaan memutuskan menutup pabrik. Meski tidak kurang pihak Pemerintah melalui Menteri-nya mencegah dan mencoba berunding dengan parusahaan berskala global tersebut - Sony yang memiliki sekitar 100-an pabrik di 50-an Negara tetap pada keputusannya. Akhirnya semua pihak mengalami kerugian ketimbang untung. Karyawan hilang pekerjaan, perusahaan hilang investasi dan potensi revenue, pemerintah hilang potensi pajaknya, dan pasar membayar mahal produk elektronik import.

Sebuah pabrik motor merk Kymco di Cikarang, karena produknya tidak laku, harus ditutup. Ratusan karyawan yang menggantungkan nafkahnya harus kehilangan pekerjaannya. Meski berbagai upaya dilakukan untuk menolong kondisi perusahaan apa daya kantor pusat memutuskan untuk ditutup. Saat ini bisa jadi penyelasaian dari penutupan pabrik tersebut belum tuntas. Bila anda kebetulan lewat depan pabrik maka akan ditemukan sejumlah bekas karyawan Kymco dengan seragamnya menyodorkan wadah, minta kemurahan pengendara yang lewat. Ya mereka akhirnya menyuarakan sikapnya dengan cara minta perhatian pengendara yuang lewat setiap harinya sambil menyodorkna kotak amal. Sementara di pagar pabriknya masih bertebaran spanduk bertulisakan seputar penutupan dan penyelesaian dari pabrik motor tersebut.

Sehingga kalau anda saat ini kebetulan masih bekerja dan memiliki sumber penghidupan, sungguh suatu hal yang patut disyukuri. Dalam dunia usaha yang semakin sulit dimana investor bersaing ketat memperebutkan pasar yang terbatas maka tidak dipungkiri akan berjatuhan dunia usaha. Bentuk dari syukur atas masih dimiliki sebuah pekerjaan bisa dengan bekerja sepenuh hati. Terkadang apapun yang sudah dilakukan tidaklah cukup, mengingat kehidupan dunia usaha yang semakin ketat dan berat. Harus terjadi sikap yang saling memahami diantara semua pihak, baik karyawan, perusahaan, pemegang saham, juga Pemerintah. Satu saja dari pemangku kepentingan tadi ingkar, maka keharmonisan berpotensi terganggu.

Ada satu hal yang mengatakan kehidupan ibaratnya sebuah games. Games ini bernama zero sum games. Jadi sehebat apapun usaha dan tindakan anda, pada akhirnya semuanya adalah zero. Ada mereka yang sukses dengan asset luar biasa, namun tidak pernah peduli dan memikirkan sesama. Artinya semua keberhasilan berupa materi dan sebagainya tadi tidak diimbangi bentuk peduli atau investasi terhadap dunia luar atau orang lain di luar diri dan keluarganya. Ibarat bak air, pemasukan sangat besar tanpa diimbangi dengan pengeluaran atau balance yang seimbang, maka bakal membludak atau berakibat bak-nya pecah. Bisa jadi si kaya tapi kikir tadi akhirnya mengalami hilang harta atau asetnya karena mungkin kebakaran, keluarga sakit bertahun-tahun yang menggerus hartanya atau mungkin dirampok orang dan seterusnya.

Berbeda dengan mereka yang berhasil dengan asetnya namun seimbang dengan perhatian dan kepedulian orang lain. Bisa jadi mereka akan bertahan lama Karen bak airnya secara proporsional seimbang antara masuk dan keluar.

Konon apapun dan berapapun anda keluarkan untuk kepentingan umum/sesama, kepentingan mereka yang membutuhkan, investasi itu tidaklah hilang, namun hanya berpindah tempat. Kelak, kapan anda tidak tahu investasi yang sudah anda tanam tadi akan kembali kepada anda.

Barangkali games ini berlaku juga buat entitas usaha. Bila sebuah perusahaan menangguk untung, maka karyawan harus dihargai. Bila perusahaan sedang merugi maka karyawan harus memahami.

Selamat bekerja.

No comments: