Infrastruktur dipilah menurut Faisal Basri menjadi Infrastruktur keras fisik seperti jalan raya, rel kereta api, bandara, dermaga dan pelabuhan, bendungan serta irigasi. Berikutnya infrastruktur keras nonfisik seperti ketersedian air bersih, instalasi pengolahan air dan jaringan penyaluran, pasokan listrik, jaruingan telekomunikasi, pasokan energi seperti minyak bumi, biodiesel dan gas berikut jarinagannya. Yang ketiga adalah infrastruktur lunak seperti atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja), norma (hokum dan perundangan) serta kualitas pelayanan umum.
Dari bahasan infrastruktur fisik keras, persepsi internasional tentang kualitas Infrastruktur keras fisik di sejumlah Negara Asia dengan skala 0 = terbaik dan 10 = terburuk di beberapa Negara. Singapura, Taiwan dan Hongkong berada di kuadran 0.0 atau yang terbaik. Jepang dan Korea Selatan berada pada kuadran 2.0. sementara kuadran 4.0 dihuni oleh Malaysia, Thailand dan RRC. Filipina, Vietnam dan India di kuadran 6.0. dan Indonesia berada di kuadran 8.0 atau yang terburuk dari lainnya.
Total anggaran pembangunan Infrastruktur dalam persentase terhadap Gross Domestic Product menempatkan Indonesia kurang dari 2%, Albania 3%, Rusia dan Kamboja 6%, serta 4% untuk Kazakhtan. Dari gambaran ini Indonesia memiliki anggaran terkecil ketimbang Negara lainnya. Sementara bila diambil perbandingan belanja infratruktur sejumlah Negara Kamboja 2,3, Indonesia 2,7, Filipina 3,6, Laos 4,7, China 7,3, Vietnam 9,9 dan Thailand 15,4.
Perbandingan lainnya adalah keteresediaan jalan tol per sejuta penduduk dimana Jepang memiliki 92 km, China 77 km, Korea Selatan 56 km, Malaysia 55 km sementara Indonesia hanya 2,5 km. terlihat jelas sangat mencolok ketersediaan jalan per sejuta penduduk dimana Indonesia hanya memiliki sekitar 5% dari yang dimiliki Malaysia. Data ini diambil pada tahun 2002, namun sampai saat inipun tidak banyak jalan tol yang dibangun.
Bila dibandingkan panjang jalan maka Jepang memiliki 1.166.340 km arteri dan 11.520 km tol, Korea Selatan 88.775 km arteri dan 2.600 km tol, Malaysia 64.949 km arteri dan 1.230 km tol, China 1.700.000 km arteri dan 100.000 km told an Indonesia dengan 26.000 km arteri dan hanya 520 km tol. Inipun sebagian besar jalan di Indonesia kondisinya rusak.
Bila menilik infrastruktur kereta api yang dimiliki Indonesia ternyata terus menyusut, dimana tahun 1939 terdapat 6811 km rel, tahun 1955 tinggal 6096 km serta tahun 2000 tersisa 4030 km. Terdapat pengurangan sekitar 2700 km panjang rel dalam kurun waktu 61 tahun. Hal yang aneh adalah bukannya jumlah rel dirawat dan dipertahankan apali ditamabah yang terjadi adalah makin berkurang. Sementara jumlah stasiun pemberhentian kereta tahun 1955 berjumlah 1516 lokasi namun tahun 2000 tinggal 571 lokasi. Jumlah lokomotif tahun 1939 sebanyak 1314 unit dan tinggal 530 unit tahun 2000.
Itulah sekelumit kondisi infratruktur yang dimiliki Negara besar dengan luas 2jt km2 dengan penduduk 240 juta dan GDP sekitar 5T. Terlihat jelas bahwa asset infratrsuktur semakin sedikit dan bila tidak segera dibenahi dengan langkah riil bukan tidak nmungkin akan semakin habis dan mandeg. Tantangan bagi pemerintah dan pengelola negeri ini !
Friday, August 20, 2010
Infrastruktur Fisik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment