Kompas hari ini memberitakan industri garmen kita yang sekarat karena serbuan produk tekstil China yang berharga murah dengan kualitas yang baik. Diberitakan juga salah satu industri plastik kita yakni Maspion yang perlahan mulai menutup beberapa pabriknya karena kalah bersaing dengan produk serupa dari China dan negara lainnya. Dampak dari berbagai produk import adalah semakin mengecilnya volume industri local kita dan ini artinya akan banyak pengusaha kita yang menutup pabriknya/kantornya dan merumahkan karyawannya.
Produk import sudah sangat meluas di kita. Tidak hanya produk garmen atau barang plastik, namun juga mulai dari komoditas seperti beras, terigu, cengkeh, buah-buahan sampai dengan berbagai makanan siap saji di mall-mall. Hal ini cukup ironis dan konyol, dimana untuk mengkonsumsi buah kita harus makan buah import, bahkan nasipun dari beras import dan sebagainya.
Mengapa terjadi import? Jawabnya bisa banyak sekali, mulai dari harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, kemasan lebih menarik maupun factor ekonomis lainnya. Terjadinya import juga dapat disebabkan karena industri kita yang kalah maju, biaya produksi lebih mahal, perizinan lebih lama, birokrasi lebih rumit dan berbagai factor penghambat lainnya yang umumnya lebih banyak ketimbang yang ada di negara pengekspor tadi.
Perdagangan global ibarat pasar yang luas dimana pembeli bebas membeli barang yang lebih murah, lebih baik dan lebih memenuhi kebutuhannya. Tentunya pasar dimana barang dibuat dengan efisien dengan hasil yang lebih baik yang akan diserbu pembeli. Di sini berlaku hukum alam dimana yang kuat, yang efisien, yang lebih baik akan memenangkan persaingan.
Namun pasar global dengan berbagai negara terlibat dengan berbagai kemampuan yang terbatas dari rakyatnya tidaklah bebas lepas tanpa batasan. Ada batas-batas negara di sana yang bisa turut mempengaruhi dan mengatur agar kepentingan pasar local yang melibatkan penduduk local perlu dilindungi. Ada instrumen bea, pajak dan regulasi import di sana yang bisa diterapkan guna melindungi industri local. Tidak lucu kan bila industri local perlahan ambruk dan pengangguran makin meluas karena imbas dari barang import tadi.
Negara, sebagai regulator dan fasilitator dari industri local hendaknya secara maksimal melindungi kepentingan dalam negeri. Jangan sampai pasar dipenuhi dengan barang import sementara barang local makin menghilang. Namun tidak berarti semua produk di pasar haruslah barang local, karena hal ini bisa berakibat kita hanya menjadi jago kandang semata. Diharapkan barang buatan local pun bisa menembus pasar global. Jadi ada keseimbangan dimana pasar local dan global akan tersedia oleh baik barang local dan global pula.
Kalau kita melihat neraca pembayaran luar negeri, di sana ada pembayaran dari luar negeri karena eksportir kita, serta ada juga pembayaran ke luar karena import tadi. Idealnya pembayaran kita haruslah surplus dimana total pembayaran ekspor lebih besar dari import. Nah hal ini tinggal kita lihat saja di anggaran negara, bagaimana posisi pembayaran luar negeri kita. Defisit atau surplus.
Bila negara sudah menjalankan tugasnya dengan baik untuk membela industri local, maka pihak industripun jangan manja dan hanya menjadi jago kandang. Mentang-mentang dilindungi dengan bea masuk besar, maka pembuatan produk tidak makin efisien dan akibatnya konsumen membayar lebih mahal dari semestinya. Contohnya industri otomotif kita yang selama 35 tahun dilindungi bea masuk besar, namun industrinya sendiri tidaklah berkembang, sehingga harga mobil semakin mahal dan semakin jauh selisihnya ketimbang kenaikan pendapatan konsumen.
Jadi barang import tidaklah salah sejauh tidak mematikan barang local. Yang penting tetap terjaga keseimbangannya serta berjalannya roda kegiatan industri pasar, dan konsumen-nya.