Monday, February 13, 2006

Hutang

Hutang merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari baik perorangan, perusahaan dan bahkan negara. Hampir semua orang/keluarga mengenal dan terkait dengan hutang ini. Baik hutang uang pada perusahaan tempat kerja, institusi, organisasi ataupun hutang pinjaman pembelian barang berupa peralatan rumah tangga, kendaraan maupun rumah. Dengan hutang dan cicilan akan memungkinkan kita memiliki barang yang kita butuhkan dengan pembayaran berskema angsuran maupun cicilan. Tentunya ada biaya yang harus ditanggung baik itu biaya administrasi, biaya bunga maupun biaya yang terkait lainnya.

Sebenarnya hutang merupakan peluang yang memberikan manfaat kepada kita, sejauh kita lakukan dengan benar dan sesuai kemampuan. Bayangkan kalau untuk membeli kendaraan atau rumah yang harganya mahal kita tidak boleh berhutang pada bank. Puluhan tahun bekerja belum tentu kita mampu membeli rumah, karena harganya akan naik lebih cepat dari pendapatan kita. Pihak pemberi hutangpun sejak awal sudah menggariskan aturan main yang jelas. Agar bisa disetujui, kita haruslah melengkapi semua administrasi yang diminta serta besarnya cicilan harus sesuai dengan kemampuan kita.

Bila kita berhutang dengan benar, maka sejauh tidak ada hal luar biasa, kita akan bisa melunasi hutang kita sesuai waktu yang ditentukan. Namun bila hutang kita lebih besar dari kemampuan, hal ini berakibat kita akan menanggung angsuran lebih besar dan resiko macet sangatlah besar. Bila macet, maka asset kita bakal disita dan kita masih harus menutup kekurangannya. Alih-alih kita memiliki barang yang diinginkan, asset kita justru diambil dan kita akan harus menanggung segala resiko dan biaya yang timbul kepada pemberi hutang.

Mengelola hutang haruslah disiplin. Bila tidak akan banyak godaan tawaran hutang dari berbagai penjuru. Baik hutang untuk kebutuhan konsumtif maupun hutang dalam bentuk tunai/kas. Tentunya semuanya akan dikenakan biaya bunga yang tidak kecil. Nah bila kita tergoda mengambil berbagai hutang yang ditawarkan, maka bersiaplah untuk tidak bisa tidur karena dikejar berbagai cicilan tadi. Konsep bijaknya masih seperti tadi- berhutanglah sesuai kemampuan. Jangan berhutang sesuai kebutuhan, karena kebutuhan kita bakal tidak terbatas kan.

Bagaimana dengan hutang suatu perusahaan. Biasanya sifatnya agak berbeda dengan hutang perorangan/keluarga. Hutang perusahaan akan digunakan untuk kegiatan yang produktif yang menghasilkan laba. Bahkan biaya bungapun akan dihitung dan dibebankan ke produknya. Konsepnya sama, perusahaanpun harus melihat kemampuan dalam berhutang. Bila perusahaan berhutang jauh melampaui kemampuannya, hal ini sudah merupakan indikasi penyimpangan. Biasanya akan terjadi kredit macet di sini. Namun berhati-hatilah karena aturan perundangan sudah menjangkau hal ini. Bila kredit macet, tidak cukuplah hanya memasang badan dan tinggal bilang usaha kita tidak berhasil silakan ambil yang tersisa. Perundangan memungkinkan mengejar asset pribadi dari pengusaha bila jumlah asset perusahaan tidak mencukupi. Pada akhirnya pengusahapun terancam hukuman pidana atas hutang-hutangnya. Hotel prodeo-pun sudah menunggu.

Betul, bahwa hutang ibarat dua mata pedang. Bila dikelola dengan benar kita akan mendapat manfaat. Namun bila disalahgunakan bersiaplah kita bakal terbabat habis.