Kita sangat mengenal dan akrab dengan negara tetangga dekat ini. Masih satu rumpun dan berbahasa melayu, atau sangat mirip dengan kita yakni bahasa Indonesia. Begitu banyak dari kita yang pernah pergi menginjakkan kaki ke Malaysia, baik dalam kepentingan bisnis, pariwisata atau belajar/kuliah di sana. Semasa pemerintahan pak Karno dan pak Harto, presiden pertama dan kedua kita, katanya Malaysia masih banyak belajar dari kita. Banyak dosen-dosen kita diundang dan mengajar di sana. Banyak penyanyi dan grup kesenian melakukan show ke sana. Singkatnya kita jauh lebih besar dan maju dari Malaysia, begitu kira-kira.
Waktu berjalan cepat dan tidak terasa sudah lebih dari setengah abad kita merdeka, demikian juga Malaysia. Kita lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang sementara Malaysia lepas dari Inggris. Sumber daya manusia kita sekian kali lipat dari Malaysia dan sumber daya alam kita jauh lebih banyak dan beragam. Namun kita kadang terpana bila melihat Malaysia sekarang menjadi negara yang maju pesat dan sangat diperhitungkan oleh dunia sekalipun. Malaysia memiliki segudang prestasi dan maju pesat hasil pembangunannya. Malaysia memiliki salah satu gedung tertinggi di dunia yakni gedung Petronas. Investornya gencar melakukan ekspansi bisnis termasuk ke Indonesia.
Malaysia dan kita adalah sama. Dari awal modalnya sama. Negara di Asia Tenggara, serumpun, sama-sama bekas dijajah bangsa lain serta mengandalkan sumber daya manusia dan alam yang relatif sama, bahkan kita jauh lebih luas dan banyak. Namun kerja keras, kejujuran dan hasil pembangunan ternyata berbeda. Malaysia memiliki tingkat kemakmuran jauh lebih baik dari kita. Tidak banyak derita yang dialami Malaysia sebagaimana kita alami. Bila kita diguncang berbagai bencana alam, stunami, banjir, gagal panen, berbagai wabah penyakit, krisis dan berbagai masalah pelik lainnya, Malaysia dengan meyakinkan semakin maju dan berada di posisi menuju negara maju, sejajar dengan negara lainnya.
Sekarang banyak tenaga kerja kita yang berlumba-lumba pergi dan bekerja di sana. Saking banyaknya sehingga menimbulkan eksodus tenaga kerja yang sebagian illegal. Umumnya mereka bekerja di perkebunan, pembantu rumah tangga, pelayan restauran dan profesi kasarnya lainnya yang umumnya tidak diminati warga aslinya. Sekarang kita harus mengakui bahwa mereka lebih baik dan lebih berhasil dari kita. Kira-kira kenapa demikian. Tidak sederhana jawabnya. Terlampau banyak perbedaan yang dilakukan oleh kita dengan mereka. Keterpurukan kita yang belum kunjung usai seolah makin menambah kesenjangan dengan Malaysia.
Beberapa sektor yang agak terbalik bisa kita lihat. Perkebunan sawit, dimana kita memiliki lahan luas, tanaman sawit luas, justru kalah jauh dibanding Malaysia. Pariwisata dimana kita memiliki sumber daya alam yang tidak kalah indahnya, juga nampaknya mereka lebih unggul. Malaysia berhasil membangun sirkuit balap mobil, Sepang yang menjadi sirkuit wajib untuk gelaran balap mobil setiap tahunnya. Milik kita, Sentul yang dibangun lebih awal dan konon biayanya jauh lebih besar justru belum sekalipun digunakan gelaran formula satu ini (F-1). Untungnya kemarin kita mendapat kehormatan mengadakan gelaran lainnya yakni A-1 yang levelnya tentu saja di bawah F-1, yah lumayanlah ketimbang kalah telak.
Malaysia berhasil membangun industri otomotifnya, yakni Proton yang juga berhasil meluaskan pabriknya ke Eropa. Meskipun jumlah penduduknya hanya seperempat kita namun daya serap produk otomotifnya lebih besar dari kita. Menara Petronas yang merupakan salah satu kebanggaan Malaysia merupakan salah satu pusat bisnis dunia. Infrastuktur mereka juga baik, dimana tahun 1992 ketika saya ada training di Malaysia, sudah ada jembatan antara pulau penang dan daratannya sepanjang 15 km membentang di atas laut. Kuala Lumpur dan Penang juga merupakan daerah industri dimana banyak pabrik dan industri beroperasi di sana. Dunia kependidikan Malaysia juga turut terbawa maju dan terkenal. Rasanya sudah ada kerjasama G to G antara Malaysia dengan Australia dalam dunia kependidikan ini. Malaysia terus berbenah dan pelan namun pasti segera memposisikan mereka sebagai negara yang besar dan maju.