Wednesday, March 01, 2006

Papua

Sudah beberapa hari terakhir di plaza 89 jalan kuningan Jakarta berlangsung demo warga papua yang berdomisili di Jakarta, berikut para mahasiswa asal papua. Demo mereka adalah bentuk menyuarakan keadilan akan distribusi sumber kekayaan alam yang mereka miliki, namun belum optimal mereka nikmati. Banyak dari kita tahu belaka sebuah perusahaan yakni Freeport yang bertahun-tahun melakukan penambangan emas, tembaga atau tambang lainnya di Papua. Memang ada bagi hasil dalam penambangan tersebut dimana hasil tambang dibagi antara Freeport, negara dan juga rakyat Papua dimana tambang itu ada. Hanya persentase-nya barangkali banyak orang awam yang tidak tahu, atau kalaupun pernah dengar bisa merasa kurang paham atas bobot distribusi hasilnya. Konon negara kita hanya dapat 10%, lantas rakyat Papua dapat 1% dan sisanya adalah Freeport, atau bila porsi ini benar artinya 89% buat Freeport- sang investor, suatu bobot yang sulit dipahami. Sebagai pemilik tanah, yang tentunya juga pemilik tambang, total negara dan rakyat Papua hanya menikmati 11% saja, dan memang Freeport adalah investor dan penambang, namun apakah porsi sebesar itu sudah selayaknya atau bagaimana.

Ada juga kasus minyak di blok Cepu yang bertahun-tahun digarap oleh perusahaan asing yakni Exxon. Tentunya lagi-lagi bagi hasilnya, kita sebagai pemilik tanah dan minyak mendapat porsi lebih kecil. Serta masih banyak sumber daya alam lainnya yang kita miliki namun pengelolaannya nampak kurang optimal bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat banyak, terbukti dengan semakin banyaknya rakyat miskin, kelaparan, pengangguran, tidak mampu berobat manakala sakit dan berbagai ketidakberdayaan rakyat banyak. Sungguh ironis bila kembali melihat begitu banyak kekayaan alam yang kita miliki. Sebut saja hutan, gas alam, berbagai hasil tambang, hasil laut dan seabreg sumber lainnya.

Tentunya bila pengelolaan semua sumber daya alam tadi tepat dan berorientasi pada kemakmuran rakyat, tidaklah sulit membuat masyarakat kita hidup makmur, sejahtera serta gemah ripah loh jinawi – begitu slogan dari nenek moyang kita dulu. Namun mengapa dengan besarnya kekayaan alam tadi, keadaan masyarakat kita justru semakin terpuruk dan belum juga meningkat kemakmurannya. Tentunya ada something wrong dan something missing di sini.

Kira-kira something wrong-nya apakah? Tentulah banyak penyebabnya, bisa karena pengelolaannya, transparansinya, sistemnya, niatnya, kejujurannya, komitmennya, integritasnya, nasionalisme-nya dan sebab-sebab lainnya. Ibaratnya sebuah perusahaan, kita hampir dikatakan memiliki segalanya, ya sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologinya (meski ada juga ketinggalannya), sistemnya serta prasyarat lainnya. Sehingga tinggal dibutuhkan pengelolaan yang benar, dus hasilnya akan sangat hebat dan luar biasa, sebuah masyarakat adil dan makmur sebagaimana impian kita semua bertahun-tahun.

Papua, sebuah propinsi bagian utuh dari negara kita, berlokasi diujung timur sana, namun tetap mereka saudara kita semua. Janganlah keluguan dan kepolosan mereka kita eksploitasi. Janganlah mereka kita sia-siakan dan kita anggap saudara tiri. Mereka justru haruslah mendapatkan prioritas agar bisa seperti saudara lainnya yang sudah lebih maju. Janganlah ibu pertiwi kita yang menaungi segenap nusantara, kita kecewakan untuk kesekian kalinya. Janganlah pengalaman pahit kita yang dijajah ratusan tahun, akan terus dirasakan oleh saudara-saudara kita dengan penderitaan lainnya.

Dus, benahi pengelolaan sumber daya alam kita. Hapuskan segala bentuk penyimpangan dan pengambilan keuntungan pribadi. Bila kita anggap hari ini segalanya terlambat, maka tetap berlaku it is better late than never, jadi mulailah semuanya dikoreksi dan dikembalikan arah tujuan kapal nusantara kita ini.