Wednesday, April 05, 2006

Travelin’

Banyak dari kita yang menyukai kegiatan yang satu ini yakni bepergian. Tidak masalah bepergian bersama keluarga, handai taulan maupun teman sekantor. Traveling tetaplah mengasyikan. Dengan traveling kita melupakan sejenak rutinitas, melihat view yang tidak biasa dan menghirup lebih banyak udara segar. Banyak dari kita yang lebih menyukai bepergian ke pantai misalnya, atau ke gunung yang banyak pepohonan atau ke perkebunan teh, kopi, karet, kelapa dan sebagainya. Namun bagi yang tinggal di daerah yang setiap harinya melihat gunung, pohon atau pantai tentunya lebih menarik pergi ke kota yang gemerlap, banyak tempat hiburan, mall, gedung megah nan tinggi maupun angkutan kota yang canggih.

Tentunya traveling tidak tepat kalau dilakukan terlalu sering, jadinya malah kurang menarik. Misalnya sopir antar kota yang setiap hari melihat sawah, pohon, bukit, sungai dan sebagainya. Pada saat masuk kota sang sopir gantian melihat keramaian kota, gemerlapan, gedung, supermarket dan sebagainya. Bagi pak sopir bus tadi travelingnya tentulah tempat yang tidak biasa dikunjungi. Jadi traveling akan lebih menarik bila dilakukan misalnya setahun dua kali atau sekali saja.

Traveling juga hendaknya dilakukan dengan rencana yang matang, karena akan menyangkut biaya yang tidak sedikit. Agar traveling benar-benar nyaman maka kita sebaiknya membawa cukup uang guna dibelanjakan dan memanjakan kita sekeluarga. Dengan frekuensi setahun sekali, bisa saja kita mengumpulkan sedikit uang kita dan mewujudkan kegiatan ini. Dus, negara kita kaya akan tempat-tempat yang indah dan menarik. Ingin ke pantai banyak yang menarik semacam pantai di Bali, pantai di Jawa maupun tempat lainnya. Gunung? Wah banyak pula ada Bromo, Lawu, lembah Dieng dan sebagainya. Masih banyak obyek lainnya semacam museum, candi, tempat bersejarah dan sebagainya.

Belakangan ini bagi kaum muslimin, ada juga wisata dikombinasikan dengan ziarah ke tempat-tempat bersejarah agama. Ada misalnya sekelompok pengajian di Jawa Tengah yang mengadakan traveling ke Demak, dimana banyak terdapat makam para wali pendakwah agama. Untuk lingkup lebih luas, ada juga ibadah Umroh yang tujuannya ibadah namun bisa sekaligus sebagai ajang traveling. Di Eropa juga tentunya terdapat banyak paket-paket wisata yang dikemas menarik dengan pelayanan yang menyenangkan. Sudah jamak bagi warga dari negara maju yang taraf hidupnya tinggi, traveling tidaklah sebatas bepergian dalam negaranya, namun lebih jauh ke negara lain atau bahkan keliling dunia. Hal ini juga menjelaskan mengapa di Bali banyak turis asing yang umumnya datang dari negara maju.

Semakin marak dunia traveling juga berdampak sektor pariwisita menjadi penting dan menghasilkan makin banyak devisa. Apa jadinya Bali tanpa ada wisatawan? Di banyak negara, pariwisata semakin diperhitungkan dan diperhatikan. Bagaimana dengan kita, apakah pariwisata sudah secara optimal dikelola? Jawabnya tidaklah sederhana. Namun secara umum masih banyak yang bisa dilakukan dengan sector pariwisata kita. Ketimbang pusing memikirkan komoditas barang yang persaingannya sangat ketat, pun kita tertinggal teknologinya, kenapa tidak coba mengoptimalkan sumber daya pariwisata kita. Kita memiliki comparative advantage bidang ini ketimbang negara lainnya. Kita punya pantai, gunung, museum, tempat bersejarah, perkebunanan dan sebagainya. Bahkan sejak dulu kita memiliki menteri yang khusus menangani pariwisata, jadi kenapa kita tidak menggalakkan bidang yang menarik ini.

Traveling - suatu kegiatan yang sehat, bisa dibuat tidak mahal, bermanfaat bagi banyak orang dan dapat mempertebal semangat nasionalisme, patut kita lakukan secara teratur dan ditularkan ke anak cucu kita.