Bola, bola, bola demikian agenda acara kita sebulan terakhir dimeriahkan. Mulai dari anak remaja, ibu-ibu dan jangan dikata bapak-bapak semuanya keranjingan dengan pesta akbar sebulan penuh ini. Sejenak kita melupakan berbagai masalah yang membelit. Lupakan sejenak harga bbm yang makin mahal, rutinitas pekerjaan membosankan dan kehidupan yang serba pas-pasan. Milyaran pasang mata melotot dan diberi hiburan gratis pesta bola. Ada 32 negara yang mengirimkan timya ke Germany dan unjuk kebolehan memainkan si kulit bundar.
Sepak bola memang olah raga rakyat nan murah. Hanya dengan modal bola dan lapangan atau lahan kosong maka 22 orang bisa berolah raga sehat nan meriah. Itulah sepak bola yang konon ditemukan entah di Inggris atau di Denmark. Seorang serdadu Denmark menemukan rangka kepala dan ditendang-tendang maka jadilah olah raga universal yakni sepak bola.
Media cetakpun berlomba menyajikan oplah extra khusus mengulas masalah bola. Komentator bola-pun ramai dan berlomba memberikan ulasannya. Ada komentator tamu dari tokoh atau pejabat negara yang sengaja diundang untuk memberikan analisisnya. Tidak dikata ramainya iklan dan sponsor saling berlomba turut membiayai penyiaran langsung bola dunia ini.
Kita rela mengurangi jatah tidur kita demi melihat langsung siaran bola mulai dari penyisihan 16 besar, dilanjutkan 8 besar dan terakhir sampai hari ini sudah terjaring 4 negara yang berhak menapak tahap semi final dan grand final. Tuan rumah Germany, Italy, Prancis dan Portugal adalah Negara terkuat yang berhasil memenangi saringan semi final. Ada fenomena begini, bila tempat berlangsungnya world cup didaratan Eropa, maka tim-tim Amerika Selatan tidak berhasil memenangkan entah 4 besar atau 8 besar. Sebaliknya bila berlangsungnya di Amerika Latin gantian tim Eropa yang bakal kandas di babak-babak awal. Entah ini hanya kebetulan atau memang semacam “takdir”.
Bila kita melihat suatu pertandingan bola ada yang unik di pinggir lapangan, yakni orang yang berdiri membelakangi lapangan permainan dan menggunakan rompi warna kuning/oranye. Orang-orang ini berbaris dalam jarak tertentu dan tugasnya mengawasi penonton. Barangkali ini bagian dari tim keamanan atau agen polisi, namun yang jelas sampai pertandingan usai mereka justru tidak melihat ke lapangan dan sebaliknya terus mengawasi penonton. Hmm unik juga yaa dikala milyaran orang penasaran ingin melihat langsung, justru sekelompok petugas ini mengorbankan keinginan ini. Ya itulah konsekuensi tugas dan professionalism.
Hal unik lainnya adalah spontanitas kesedihan dan airmata manakala timnya kalah dan lompatan kegirangan manakala menang. Bahkan mereka dari negara asal yang jaraknya ribuan mil dari tempat bertanding-pun turut berpesta pora manakala tim negaranya menang dan juga menangis sedih bila kalah. Ada orang pengidap jantung langsung meninggal begitu tahu tim negaranya kalah dan seterusnya.
Penyelenggaraan setiap 4 tahun sekali memang waktu yang tepat dan pas untuk piala dunia bola ini. Tidak terlalu singkat juga tidak terlalu lama. Pesta yang dimulai dari tahun 1950-an ini selalu berlangsung setiap 4 tahun sekali dan berlangsung sekitar 1 bulan. Artinya tahun 2010 adalah dimana pesta bola kembali diadakan. Kali ini kita belum tahu dari keempat negara tadi yang akan menjuarai world cup. Namun menang atau kalah bukanlah hal utama. Yang terpenting adalah sportifitas dan kebersamaan. Semangat olah raga sepak bola adalah rasa kebersamaan universal manusia. Jadikan sepak bola sebagai sarana perdamaian dan persaudaraan abadi seluruh alam semesta.
Tuesday, July 04, 2006
Gempita World Cup
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment