Bermula dari kegiatan kampus di UNS tahun 1988-an yang merayakan dies natalis dengan mengadakan pentas musik di kampus. Saya ingat sekali ketika itu fakultas Sospol mengadakan malam dies natalis-nya dengan menampilkan band kampus. Salah satu band dengan fasih-nya melantunkan lagu-lagu the Police. Satu yang terkenal adalah So Lonely. Wabah musik rock menjalar cepat bagaikan virus. Menyusul fakultas kedokteran lalu pertanian, teknik, sastra dan hampir semua fakultas berlomba menampilkan hiburan musik. Lantas idepun berkembang dengan mengundang musik professional macam godbless, trio libel, anggun c sasmi, krakatau dan sekian grup band rock lainnya dari Surabaya, Jakarta maupun Solo sendiri.
Bagi kita mahasiswa masa itu kegiatan-pun bertambah dengan rajin menghadiri pertunjukkan musik. Lebih luas hal ini terus merambah tidak hanya lingkup kampus namun menjalar ke kampus lainnya dan bahkan kota Solo pada umumnya. Pada masa itu sangat lazim bila suatu kampus memperingati dies natalis, hampir pasti mengundang band. Bahkan pertunjukkan band-pun terus mengalir tidak hanya di kampus namun juga stadion, lapangan maupun gelora olah raga di kota Solo.
Puncaknya adalah ketika di gelora sri wedari diadakan pertunjukkan band kelas internasional yang digawangi oleh Yngwe Malmsteen, seorang dewa guitar asal Swedia. Gelora yang demikian besar pun tidak kuasa menahan serbuan puluhan ribu anak muda yang saat itu tergila-gila oleh musik rock. Tidak ketinggalan kita-kita dari kalangan mahasiswa juga meramaikan dan melihat langsung konser terbesar kala itu. Saking membludaknya pengunjung bahkan terjadi kerisuhan di pintu masuk dan terjadilah aksi dorong mendorong penonton yang kehabisan tiket melawan petugas keamanan. Untunglah kericuhan berjalan wajar dan pertunjukan musik yang menampilkan sang dewa gitar berhasil memuaskan dahaga penikmat musik rock.
Gairah akan musik rock terus membara dan menyusul konser musik di Surabaya yang menghadirkan grup musik beken juga dari Swedia, Europe. Kita bertiga dari kampus tidak berpikir dua kali langsung meluncur ke Surabaya memburu konser akbar ini. Dengan uang seadanya, bahkan masih ingat kita menonton dengan berbekal kupon tiket yang digunting dari majalah remaja “HAI” kitapun naik bus ke stasiun Pasarturi. Konser musik rocknya sendiri diadakan di stadion Tambaksari. Demi hobi yang hebat ini kita rela menunggu seharian dan tidurpun di masjid dekat stadium. Malamnya sehabis mencari makan malam murah sekitar stadion kitapun larut dan menikmati alunan dasyat lagu-lagu Europe macam Final Countdown, Carry, Cherokee ataupun Open Your Eyes. Paginya dengan sisa uang ngga seberapa kita menunggu gontai di stasiun bus. Dengan taktik bondo nekat kita dekati kondektur bus, bang bang mau ke Solo bertiga uang segini boleh ngga. Kondekturpun berlagak jual mahal, namun untung penumpang agak sepi akhirnya kitapun lolos dan berhasil pulang.
Masih ada konser gila lainnya yakni di Lebak Bulus Jakarta dan bintang rock yang diundang bikin kita merinding yakni “SEPULTURA” he he. Ini grup musik identik dengan makhluk serem-serem pada brandingnya. Ada gambar setan, gambar monster, hiiiii seyyeem deh. Kita-pun beberapa orang tetap berangkat juga. Hanya waktu itu kita sudah lulus kuliah dan kerja di Bekasi. Dasyat nian konser ini sampai pintu stadion jebol diterjang maniak rocker. Puiih lega rasanya bisa pulang dengan selamat mengingat konser diwarnai dengan aksi dorong mendorong ribuan kaum muda melawan petugas keamanan. Bahkan di dalam stadion pun situasi tidak aman dan banyak kawula muda teler terbuai lagu-lagu ganas Sepultura.
Inilah sekelumit pengalaman pecinta rocker era 1990-an. Usai itu masih ada sebenarnya konser macam Bon Jovi di Ancol dan beberapa grup jazz, namun kita hanya melihat lewat TV atau dipinjami rekaman konser dari teman yang melihat. Belakangan memang tidak banyak lagi konser-konseran karena situasi keamanan tanah air yang kurang kondusif, utamanya era 1998-an dimana Pak Harto lengser. Salam rock 4-ever !!
Monday, July 17, 2006
Musik Rock
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment