Tuesday, August 01, 2006

We Are (Not) What We Want

Ingatkah dikala kecil kita nitip permen ke Bapak kita namun seharian menunggu ternyata yang dibawa bukan yang kita inginkan, melainkan kue misalnya. Meskipun lebih enak dan nilainya lebih mahal sekalipun tetap kita akan kecewa. Termasuk ketika remaja kita naksir cewek dan ternyata bertepuk sebelah tangan, hmm betapa gusar dan kecewanya kita. Rasanya dunia kejam sekali bagaikan ibu tiri, he he. Seringkali kita seolah mengatakan We are what we want, jadilah semua keinginan kita mesti terlaksana atau hati ini bakal memendam derita nan hebat.

Kita sekian tahun sekolah dan kuliah dimana kita diajarkan selalu untuk merencanakan berbagai harapan, keinginan serta cita-cita kita. Segala upaya dan sumber daya yang adapun kita kerahkan guna mencapai tujuan tadi. Di SD kita ingin jadi juara kelas, di SMP atau SMU pengin masuk ranking tiga besar. Kuliah kita ingin lulus Cum Laude dengan IP di atas 3 atau mendekati 4 misalnya. Apakah segala keinginan tadi lantas pasti tercapai,, tidak mudah ternyata. Umumnya makin tinggi keinginan bakal makin tidak mudah mencapainya.

Lantas seberapa seringkah harapan dan keinginan kita tercapai tentunya berbeda satu dengan lainnya. Rasanya mustahil seseorang akan selalu terpenuhi segala keinginan dan cita-citanya. Bahkan hal yang terlihat simple dan sederhanapun tidak jarang kita gagal meraihnya. Pernahkah kita berkarir di suatu kantor sekian lama dan ketika jabatan yang kita harapkan tinggal selangkah, malah orang lain yang mengisinya. Ibaratnya daging tinggal disuap ee diserobot juga.

Sering kita didera kekecewaan begitu besar sehingga menyalahkan orang lain atau bahkan menyalahkan Tuhan. Padahal apa yang diberikan kepada kita sebenarnya sudah jauh lebih banyak. Belum tentu keinginan atau mimpi kita bukanlah yang terbaik bagi kita. Bila kita spontan bilang Tuhan idak adil maka kita harus secara cermat berani menilai kenapa kita gagal meraihnya. Bila kita secara tenang dan sejuk mendalami dan mencermati, percayalah ada hikmah di dalamnya. Ternyata masih banyak yang bisa kita lakukan meski kita tidak mendapat promosi jabatan misalnya. Kita masih bisa terus berkarya dan bekerja meski kita tidak lulus Cum Laude dari kampus.

Idealnya adalah sebagian besar keinginan kita dapat tercapai sehingga kita dikatakan orang yang sukses dan berhasil namun tetap mawas diri. Terkadang kesuksesan justru menyilaukan kita dan membuat kita lupa. Sehingga kenapa bahwa berbagai keinginan kita yang tidak tercapai sebenarnya adalah bentuk dari kasih sayang Tuhan agar kita tidak besar kepala dan mabuk kepayang. Bayangkan bila kita tidak pernah gagal, seperti apa jadinya. Kita bakal menjadi angkuh, sombong, melupakan Tuhan dan menjadi sok sempurna, hmm bakal terperosok dalam pada akhirnya. Jadi tidak salah kita selalu mengingat bahwa kegagalan kita atau tidak terpenuhinya keinginan kita juga sekaligus merupakan keberhasilan kita mendapat pembelajaran. Setidaknya kita dapat memahami arti kegagalan agar lain kesempatan memacu keberhasilan. Selamat Siang !

No comments: