Atas kebaikan perusahaan, saya dan beberapa rekan lainnya berkesempatan mengunjungi sebuah pabrik di Singapura. Factory visit ini dilakukan menyusul kerjasama instalasi suatu produk safety di perusahaan. Setelah memperpanjang passport dan menyiapkan segala sesuatunya kami segera terbang dari Cengkareng ke Changi. Kunjungan yang singkat yakni 3 hari tentunya tidaklah cukup menyerap dan melihat negara kota tersebut.
Meskipun sebuah negara kecil yang bahkan akrab disebut dengan negara kota, terlampau banyak yang bisa dipelajari dan dicontoh dari sana. Pertama kita akan terkesima begitu meninggalkan bandara Cengkareng kita yang terkesan bangunannya kelam, proses boarding lama, kenyamanan hmm biasa saja sontak akan langsung berubah manakala menginjakkan kaki ke Changi. Bandara Spore tersebut, meski ini kali kedua saya datang, begitu nyaman, canggih dengan proses check ini dan boarding yang cepat serta begitu luas. Bersih dimana-mana, staf bandara nan professional serta kita akan nyaman berkeliling ke sudut manapun. Brosur pariwisata melimpah dan gratis, bisa minum gratis dengan air minum di berbagai sudut. Itulah bandara yang konon termasuk salah satu yang terbaik di dunia, termasuk jajaran penerbangan mereka -- Spore Airlines yang beberapa kali kabarnya menyabet gelar penerbangan terbaik dunia.
Hal yang menyita perhatian lainnya adalah mass rapid transport terpadu nan canggih. MRT ini umumnya berupa kereta bawah tanah yang menjangkau hampir semua bagian Negara dari ujung- ke ujung. Dari obrolan dengan warga setempat diketahui bahwa MRT ini sudah beroperasi hampir sepuluh tahun terakhir. Kita begitu dimanjakan dengan adanya MRT ini yang berbiaya murah nan cepat. Keberangkatan kereta hanya dalam hitungan 2 atau 3 menit dimana kita juga dapat berpindah jalur lainnya. Stasiun bawah tanah ini lagi-lagi begitu nyaman, luas dan bersih.
Yang muncul dalam benak kita barangkali siapakah yang merancang MRT terpadu nan canngih ini, kapan dan biayanya berapa besar. Konon saya dengar mantan PM Lee Kuan Yew adalah tokoh dibalik keberhasilan Spore menjadi kota dengan infrastruktur terbaik. PM Lee adalah tokoh pemerintahan, legenda hidup juga seorang alumni dari Harvard University yang disebut sebagai arsitek pembangunan Spore.
MRT bukan satu-satunya urat transportasi, di atas tanah terbentang jalan mulus nan luas dan tersedia berjibun sarana yakni busway maupun private taxi Mercy atau Toyota yang kesemuanya beroperasi dengan lancer, cepat dan jarang mengalami kemacetan jalan. Konon lagi, masayarakat tidak perlu membeli mobil yang pajaknya mahal karena transportasi sudah sedemikian nyaman, cepat dan murah. Dari obrolan dengan seorang sopir private taxi saya dengar bahwa dari ujung barat ke timur jaraknya sekitar 50 km sementara dari utara ke selatan sekitar 40 km-an dan dapat ditempuh rata-rata 40 menit. Ini jarak tempuh di atas jalan, sementara jarak tempuh MRT bawah tanahnya bisa lebih cepat lagi.
Hmm kebersihan baik, ketertiban pejalan kaki bagus ditunjang trotoar nan luas dan juga camera surveillance dimana-mana cukup menjamin keamanan warga setempat. Jarang ditemukan adanya polisi berkeliaran karena berbagai kegiatan warga berjalan tertib dan rapi. Konon bila diketahui kamera atau petugas baik meludah sembarangan, membuang sampah atau menyalakan korek gas akan didenda sekitar 500 sampai 1000 dollar. Hmm memang hukum harus ditegakkan bila menghendaki masyarakat tertib.
Kita setidaknya bisa bercermin dan melihat beginilah potret keteraturan dan keharmonisan masyarakat sebagai warga yang harus dilayani kebutuhan fasilitas umumnya. Sementara di pihak lain pemerintah mengatur sungguh-sungguh, mengelola pajak dengan benar—mengembalikan manfaatnya kepada wajib pajak serta mengutamakan kepentingan kesejahteraan rakyatnya.
Wednesday, September 20, 2006
MRT
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Hmmm kapan ya Indonesia seperti Singapur???
Post a Comment