Beberapa waktu belakangan banyak perusahaan saling berlomba melakukan kegiatan Corporate Social Responsible (CSR). Secara harfiah bisa diartikan ini merupakan bentuk tanggung-jawab social perusahaan atau tanggung jawab kepada masyarakat dimana perusahaan dan asetnya berada. Artinya bahwa keberadaan perusahaan haruslah memberi manfaat kepada masyarakat di sekitarnya. Bila paham kapitalisme menekankan exploitasi atas sumber daya atau profit oriented maka CSR justru mencoba mengoreksi dengan mengedepankan benefit oriented.
Saya rasa akar dari permasalahan tersebut adalah kejujuran dan goodwill perusahaan. Keberadaan perusahaan bukanlah terlepas dari masyarakat sekitarnya bahkan haruslah menyatu dan melibatkan peran masyarakat secara proporsional. Terlampau banyak keberadaan perusahaan entah industri maupun jasa sering melupakan lingkungan sekitarnya yang notabene adalah masyarakat luas. Limbah industri justru mencemari sungai dan lingkungan. Yang belum lupa adalah kasus Newmont di Sulawesi yang limbahnya mencemari laut, ekosistem dan berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat.
Hakekat kejujuran tersebut adalah bahwa sudah terlampau banyak perusahaan menghisap sumber daya yang ada dan mendapatkan keuntungan yang besar. Namun karena tidak jujur maka selalu keuntungan besar tadi akan dialokasikan baik untuk pengembangan atau diversifikasi usahanya. Perusahaan lupa bahwa mereka bisa besar dan mekar adalah karena peran salah satunya lingkungan sekitar tersebut. Tidakkah terpikir bahwa masyarakat sekitar perusahaan menanggung resiko baik terganggunya kenyamanan hidup maupun resiko berbagai polusi dan pencemaran lingkungan hidup yang mengancam kualitas kehidupan.
Tentunya kita bisa menyebutkan sederet dampak dari kelalaian perusahaan lainnya yang membuat masyarakat menderita. Dalam tataran global, kebocoran nuklir Chernobil misalnya menyapu habis kehidupan sekitar pabrik dan menyebabkan ribuan orang meninggal dan cacat. Asap akibat dari pembakaran hutan oleh pelaku pemegang hak pengelolaan hutan juga mencemari udara dan menyebabkan masyarakat terganggu kesehatan dan kehidupannya. Terlampau banyak contoh lain yang bisa disebutkan betapa selama ini perusahaan lebih memegang egoisme dan misi profit orientednya.
Kita salut dan pantas menghargai beberapa perusahaan sudah mulai menyadari pentingnya kewajiban memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Banyak kegiatan yang dilakukan guna membantu kesulitan masyarakat. Sebuah perusahaan jamu sudah beberapa kali memberikan bantuan angkutan bus gratis mudik bagi penjual jamu gendong. Perusahaan lainnya lagi memberikan bantuan kepada komunitas kampus/sekolah baik berupa sarana penunjang maupun dana. Yang belakangan cukup ramai adalah bagi-bagi bensin gratis bagi pemegang kartu bank tertentu. Berbagai bentuk kegiatan tentunya sah-sah saja sejauh menguntungkan dan membantu kehidupan masyarakat banyak.
Kesemuanya tidak lain adalah upaya mengedepankan adanya manfaat keberadaan perusahaan bagi lingkungan luas.. Bila hal ini berjalan secara menyeluruh maka ujungnya yang diuntungkan adalah peruashaan itu sendiri. Masyarakat yang sudah tumbuh kepercayaan dan kesetiannya merupakan asset berharga bagi existensi dan masa depan perusahaan. Konon slogan pelanggan merupakan mitra perusahaan begitu dipuja maka kenapa masyarakat luas yang merupakan penjabaran dari pelanggan itu sendiri justru tidak dirangkul sejak awal.
Friday, November 17, 2006
Corporate Social Responsible
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment