Thursday, November 16, 2006

Seorang Tamu,,,

Untuk apa dia datang. Sang pemimpin yang tega memerangi negara berdaulat lain. Mana datangnya bikin heboh pun menghabiskan biaya milyaran. Dia musuh umat beragama kenapa malah diundang datang, demikian keyakinan banyak teriakan. Sang tamu konon bakal datang tanggal 20 Nopember, atau empat hari mendatang.

Maka ramailah demo dan penolakan kepada sang pengheboh, pemimpin dari negara yang beken disebut polisi dunia. Ya dialah George Walker Bush sang tamu negara itu, anak mantan presiden periode sebelumnya ~ George Bush, kenapa namanya sama ya, hanya beda Walker saja.

Mahasiswa, santri, tokoh masyarakat semua menyatakan genderang penolakan datangnya sang tamu. Meski masih seminggu lebih rencana kedatangannya, namun irama dan semangat penolakan sudah begitu gencar dan heboh. Tidak kurang dari media nasional berlomba mengulas dan melaporkan gelombang demo dari berbagai tempat di tanah air.

Sementara, seolah tidak terjadi apapun, persiapan terus dilakukan termasuk membangun landasan helicopter. Semula berbagai asumsi mengatakan bahwa keamanan sang tamu haruslah diutamakan dan khawatir terjadi penyerangan sepanjang jalur darat atau jalan yang dilalui sepanjang Jakarta ~ Bogor. Akhirnya guna menghindari resiko dibuatlah landasan heli. Nampaknya terjadi perubahan dari semula konvoi jalan darat menjadi mode angkutan udara.

Protokoler dari negeri paman sam tersebut tidak kalah serunya. Segala tempat disterilkan guna menghindari kemungkinan sang pengacau. Konon berbagai perangkat keras/lunak telekomunikasi di area yang dilalui bakal dimatikan, rute angkot diatur dan sebagian ditutup. Anak sekolah diminta diliburkan dan seabreg instruksi aneh lainnya.

Hmm benarkah sebegitu terancamnya keselamatan sang tamu. Pernahkan dan adakah dalam sejarah negeri ini masyarakat kita menyerang atau bahkan membunuh seorang tamu negara? Bila pernah siapa tamunya dan kapan? Rasanya belum pernah. Lantas kenapa begitu hebohnya rencana kunjungan tamu negara tersebut.

Patut dilontarkan satu hal, perlukah segala thethek bengek kehebohan dan lontaran penolakan kita curahkan. Bukankah hal ini membosankan, capek, ribet, buang energi serta benar-benar tidak perlu. Apakah lantas bila kita berhasil katakanlah membatalkan, menyerang atau bahkan menyakiti sang tamu, segala permasalahan bakal usai? Toh masalah yang ada jauh lebih dasyat dari sekedar datangnya seorang tamu negara dan ngototnya penolakan itu sendiri.

Ada banyak perspektif yang patut direnungkan. Bagi sang tamu, nampaknya kurang cukup peka dikala tentaranya usai menaklukan sebuah negara berdaulat lain lantas berkunjung ke sini, yang mana terdapat kesamaan dalam mayoritas agama yang dianut. Bagi pemerintah kita juga sami mawon, masih belum optimal rasa kepekaan dan emphaty-nya terhadap masyarakat yang sekian lama hidup susah serta menahan gelora duka-lara melihat saudara di negara lain disakiti.

Selanjutnya bagi kita semua, masyarakat yang kondang dengan watak keramah-tamahan, nampak semakin perlu untuk merenungkan lebih dalam. Bila kita telah percaya pemerintah, bila kita menaruh amanah pada pemimpin negeri ini, dan sang pemimpin mengundang tamu Negara, tidak berlebihankah hal ini dibiarkan saja agar dapat berjalan lancar.

Terlepas dari begitu besar hasrat menolak, tetaplah jiwa besar lah yang bakal terhormat dan bakal menang. Wani ngalah dhuwur wekasane, kata bijak ranah jawa bahwa mengalah justru menunjukan kebesaran jiwa.

Sehingga perlahan kita hendaknya menjadi makin dewasa dan matang sebagai baik masyarakat negara maupun dunia yang mampu menyikapi berbagai hal secara bijak.

Bagi anda Mr Bush, anda adalah seorang pribadi hebat yang dianugerahi memimpin negara adidaya di alam ini hendaklah dapat lebih arif di masa-masa mendatang. Ingatlah bahwa nilai seorang manusia adalah sama mulianya dimanapun baik mereka sebagai rakyat anda maupun rakyat dari negara lain.

Bagi pemerintah negeri ini hendaklah enough is enough. Rakyatlah pemegang kedaulatan tertinggi sehingga selalu utamakan kesejahteraan hidup mereka. Konsep utamanya adalah p[ermanen yakni pemerintah-lah sebagai pelayan dari rakyat hendaklah tidak sekedar terucap namun wajib dilakukan sepenuh hati.

No comments: