Friday, November 10, 2006

Paten

Menurut kamus Oxford Advanced Learner’s patent is an official document giving the holder the sole right to make, use or sell an invention and preventing others from copying. Cukup jelas bahwa paten diartikan memberikan hak bagi pemegang paten untuk membuat, menggunakan atau menjual temuan dan melindunginya terhadap orang lain yang berniat mengkopi. Bila kita mempunyai suatu produk baik barang atau jasa yang murni adalah temuan kita maka mengacu penjelasan tersebut kita bisa mematenkan produk kita tersebut. Kadang-kadang ada keterlibatan royalty di sana yakni membayarkan sejumlah tertentu kepada pemegang paten karena kita menggunakan produknya.

Ketika marak motor china menyerbu pasar nasional menguak insinden dari kubu Honda yang menuntut produsen motor china karena telah meniru produk yang dipatenkan. Entah sampai dimana polemic tersebut karena tentunya cukup rumit penyelesaiannya dan apalagi terlibat adanya persaingan bisnis di sana. Sering dalam surat kabar tercantum pengumuman mengenai hak paten atas produk tertentu dan larangan meniru atau mengkopi produk tersebut. Bahkan logo-pun sering harus dipatenkan sehingga pihak lain tidak mudah begitu saja meniru logo tersebut.

Kita mestinya tersentak ketika sebuah harian media memberitakan bahwa angklung akan dipatenkan oleh Malaysia. Malaysia mengklaim bahwa di Johor-lah permaian angklung berawal. Padahal menurut tokoh angklung Indonesia yang pernah ke Johor tahun 80-an (?) tidak menemukan adanya angklung di sana. Disamping masyarakat Johor masa itu bahkan tidak mengenal permainan angklung. Nampaknya bahwa angklung sebenarnya adalah murni berasal dari Indonesia. Bahan pembuatan angklung adalah bamboo dan tidak semua Negara memiliki pohon ini. Sejauh ini juga kita tidak pernah mendengar ada Negara, kecuali Malaysia tadi, yang mempertontonkan permainan angklung ini. Pemerintah sebaiknya segera mengklarifikasi hal ini dan secepatnya mengajukan paten.

Barangkali ini nampaknya kali kesekian kita kecolongan. Tentunya kita masih ingat bahwa tempe sudah dipatenkan oleh Jepang, sementara kita juga memiliki produk ini. Trus batik kalau tidak salah juga sudah didahului oleh Malaysia dalam mematenkan produk. Lantas nantinya apa yang tersisa dari kita kalau semua item satu persatu diaku dan dipatenkan oleh Negara lain?

Teman kantor saya pernah diundang yahoo ke Jepang selama seminggu atas temuannya mendesain permainan dakon dalam games yahoo. Artinya permainan dakon sebenarnya adalah murni milik kita. Ada baiknya segera dipatenkan agar tidak terjadi pembajakan oleh pihak lain.

Bahwa sumber daya yang kita miliki begitu melimpah namun pengelolaanya masih amburadul. Kita diberikan tanah sampai seluas hampir 2 juta kilometer persegi sementara Singapura hanya punya 600 kilometer persegi. Belakangan Singapura sibuk membuat daratan baru atau reklamasi pantai yang konon menggunakan pasir yang digali dari pulau kita di sumatera.

Kita juga dilimpahi dengan hutan dan kayu luar biasa luasnya sementara pengusaha dan pemerintah hanya mampu menjual dalam bentuk gelondongan tanpa sedikitpun ada nilai tambahnya. Kita menangkap kesan bahwa berbagai sumber daya kita yang melimpah seolah dipakai “bancakan” oleh sekelompok orang entah itu pemegang hak atau pengusaha, termasuk belakangan marak insiden illegal logging.

Kita harus segera bangkit dan mengelola semua sumber daya yang kita miliki lebih optimal. Bila produk yang kita miliki memang genuine dan berpotensi kenapa tidak segera mempatenkan ke badan paten internasional. Kasus rebutan pulau sipidan ligitan yang akhirnya dimenangkan Malaysia membuktikan lemahnya kita adalam mengelola sumber daya. Haruskah angklung kembali berhasil dipatenkan Malysia, atau dakon dipatenkan Jepang?

Sekedar menyebut sumber daya berpotensi bisa kita sebut seperti wayang kulit, wayang golek, campur sari, berbagai makanan khas serta seabrek kekayaan asli Indonesia lainnya.

1 comment:

Anonymous said...

You have to express more your opinion to attract more readers, because just a video or plain text without any personal approach is not that valuable. But it is just form my point of view