Kembali malam ini saya teringat seorang teman. Cantik, pintar, ramah dan sudah kenal sejak SMU. Adiknya sering main ke rumah. Bahkan sayapun begitu akrab dengannya..Siang itu saya terpana, seorang dara begitu cantik datang ke rumah naik vespa. Eh adik saya ada disini tanyanya sembari berdiri di samping vespa. Sesaat saya tidak dapat berkata-kata melihat cewek begitu cantik, bintang film-kah pikirku. Ah eh gugupku dan inikah kakaknya, hmm cantik sekali.
Begitulah, saya mulai memiliki obyek lamunan baru. Dan ternyata dia hanyalah tetangga kampong saya nun di pinggiran Solo sana. Ketika kampong kita inisiatif membuat lapangan volley baru eh ternyata dianya ikutan main juga. Jadilah ramai tiap sore main volley dengan pemain campuran mulai dari anak, remaja, maupun bapak-ibu. Ya misinya memang hanya olah raga dan keakraban warga saja. Terpenting sang dara selalu hadir, oh indahnya hidup ini.
Momen kedua adalah ketika sipenmaru dimana sekitar kampong kita tidak banyak yang berhasil lolos masuk ke Universitas Negeri di Solo (UNS). Hanya lima orang yang berhasil dan segera cepat tersebar di kisaran kampong kita bahwa si anu keterima, si fulan juga. Si dia berhasil masuk sospol, satu rekan ke hukum, satunya ke kedokteran, satunya pertanian dan saya he he bahasa inggris, jadi malu nih.
Ya sudah karena beda fakultas maka ya jarang lah ketemu. Volley sekarang menjadi hanya hari minggu. Seiring kesibukan kampus volley menjadi hanya dua minggu sekali, lalu satu bulan dan terakhir berhenti sama sekali. Disamping karena kesibukan masing-masing, lahan tempat lapangannya di cangkul sama yang punya, hayoo ngapain lagi.
Sempat satu kali saya ngampus, kebetulan gedung aku agak kebelakang eh kenapa sang dara bengong disamping kendaraan vespa-nya. Oo rupanya ngadat dan eh haii sapaku, kenapa yaa. Hmm sang temen tersenyum manisssss dan bilang nggak tahu nih tiba-tiba ngadat, suaranya merdu ditelingaku. Sebagai laki-laki wajib menolong kan, padahal sumpah ini kendaraan saya nggak ngerti babar blas. Naik aja belum pernah, selama ini paling naik motor bebek. Namun yang namanya mukjijat ada-ada saja. Sekali saya engkol langsung greng ngeng ngeng dan mesin ngibrit dah. Duh leganya bisa menolong sang impian. Daa ucapnya berterima kasih. Inilah salah satu momen termanis masa mudaku.
Momen berikutnya adalah ya kesibukan masa-masa kuliah. Berhubung kuliah di negeri, ceilee sombong yaa, tugas banyak banget dan masing-masing sibuk sendiri. Sampai suatu sore, ada seorang datang, eh Mas Ganesha (nama beken aku) ada nggak ya. Oh silakan masuk dan dag dig dug saya muncul, eh dara impian datang lagi. Hmm mas Ganesha bisa bantu Lusy ya. Ehm apaan ya geloraku membuncah. Anu hm dia sedikit gugup juga nampaknya, Bantu terjemahkan beberapa lembar literature. Pan mas Ganesha jurusan bahasa Inggris? Boleh sahutku cepat seolah takut dia membatalkan. Wah dia bilang sedikit nggak tahunya ada 30-an lembar. Ya sudah semuanya sebatas yang aku bisa aku terjemahkan hanya dalam hitungan hari, he he hebat nih kalau membantu sang impian. Tugasku sendiri malah terbengkelai.
Yah saya harus mengakui bahwa nampaknya telah tumbuh benih-benih di dasar hati ini. Tidak tahu dengan si dia, karena seringnya bila ketemu malah sama sama malu. Saya baru nyadar belakangan saya ini pemalu dan pengecut kali ya. Tidak pernah mau mengatakan isi hati dan selalu hanya malu belaka.
Entahlah saya tidak tahu selama lima tahun lebih berteman, apa feeling-nya terhadapku. Tampangku terlampau biasa, kuliah sastra pula nampak terlampau jauh dibandingkan dengan dia yang cantik, pintar, dan kuliah di sospol. Singkat waktu akhirnya usai wisuda dia dipersunting oleh orang kaya, yang ketika masa lulus kuliah sang penyunting sudah bermobil, punya kontrakan dan seterusnya, sementara saya kuliah saja naik bus umum. Berbahagialah mereka merajut mahligai rumah tangga. Sementara saya, laki-laki yang tidak tegas dan tanpa keberanian untuk menyatakan isi hati berupaya berjuang mencari peruntungan hidup.
Sampai suatu ketika, dua belas tahun sudah kita terpisah ruang dan waktu- he he terbetik kabar bahwa sang dara – yang sudah menjadi milik orang lain, yang rajin mendatangi impian tidur saya dikala mahasiswa - telah tiada dan menghembuskan napas terakhir. Saya baru tahu kalau beberapa tahun terakhir dia menempati rumah tidak terlalu jauh dari tempat saya.
Teman itu, dara itu, yang begitu cantik, bunga mimpi-mimpi telah meninggalkan dunia ini. Dia mati relative muda. Saya tidak tahu namun yakin bahwa senyumnya akan tetap bersemayam di hati. Entah sampai kapan. Sayup terdengar lagu merdu elegi esok hari-nya Ebiet, ”ijinkanlah kukecup keningmu, bukan hanya ada di dalam angan, esok pagi kau buka jendela, kan kaudapati seikat kembang merah,,,,,,”
Thursday, November 16, 2006
Seorang Teman,,
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment