Presiden terpilih Meksiko Felipe Calderon berjanji akan memotong gaji dan menterinya serta memangkas anggaran demi mengentaskan 50 juta rakyatnya yang berada di bawah garis kemiskinan. Hmm sungguh bak angin surga mendengar janji demikian keluar dari mulut seorang presiden. Meskipun masih harus dibuktikan dengan tindakan dan kebijakannya namun niat yang dikeluarkan setidaknya menggambarkan tekad presiden terpilih yang konon unggul tipis dari pesaingnya.
Meksiko adalah sebuah Negara middle income yang ada beberapa kesamaan dengan kita. Ibukotanya Mexico City merupakan salah satu kota terpadat dan termacet, mirip dengan Jakarta. Sebagian penduduknya mencari nafkah dengan migrasi ke Amerika Serikat baik legal maupun illegal. Meksiko juga merupakan Negara yang didukung industri pertaniannya, mirip dengan kita.
Janji dan tekad sang pemimpin sering terucap sebagai bentuk gambaran dan rencana ke depan karena sudah terpilih dan mengemban amanah rakyat. China pernah gempar ketika sang pemimpin terpilihnya bersumpah untuk menyediakan 1000 peti jenazah guna menghukum mati setiap koruptor. Dan sisakan satu peti bila sang pemimpin tidak memegang ucapannya atau turut kedapatan korupsi. Sumpah dari pemimpin China ini begitu kesohor dan terbukti benar dilaksanakan sesuai janji. Banyak koruptor dihukum mati termasuk keluarganya dan nampaknya efektif ketika kita melihat kemajuan yang dicapai China. Dengan penegakan hokum dan pemberantasan tindakan korupsi serta menghukum mati koruptor maka banyak investor local maupun asing percaya. Tidak terhindarkan arus investasi deras mengalir dan kita melihat China menikmat pertumbuhan ekonomi 8%-an dan sekarang menjadi kekuatan ekonomi terkuat. Kalau ada kekuatan ekonomi dan politik selain Amerika, Jepang dan Uni Eropa yaitu adalah China, yang dianggap sebagai pilar keempat dari ekonomi dunia.
Bagaimana dengan kita, sudahkan kita bertekad untuk mengentaskan kemiskinan. Relakah gaji kita dipangkas, anggaran kita dikurangi untuk membuka lebih banyak pabrik, rumah sakit atau sekolah baru demi kesejahteraan masyarakat miskin. Sudahkah kita menghukum koruptor, atau keluarganya atau kelompok kita yang melakukan korupsi?
Adakah selama ini pemimpin kita berlaku sebagai benar-benar pemimpin yakni mengayomi dan rela mendahulukan kesejahteraan rakyatnya. Bagaimana janji saat kampanye ketika mereka memperebutkan kursi atau jabatan. Tentunya kita cukup bosan bahwa semuanya hanya janji-janji belaka ketika kampanye dan semata menggalang perolehan suara. Begitu terpilih ya sudah, semuanya berjalan seperti biasa. Boro-boro memelihara anak terlantar, janda-janda tua atau kaum papa yang bergelimpangan di berbagai pinggir jalanan kota besar, bahkan korupsipun semakin deras bersimaharajalela.
Ya seorang pemimpin atau negarawan atau bapak bangsa-lah yang kita angan dan rindukan. Entah sampai kapan pemimpin atau leader itu akan datang.
Tuesday, December 05, 2006
Sang Pemimpin
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment