Wednesday, February 28, 2007

Hobi dan Mobil


Bicara hobi tentunya bakal tiada batasnya. Dari sekian banyak orang akan memiliki hobi yang berbeda dan beragam. Saya tidak hendak membahas hobi orang lain, wong hobi-hobi mereka, jadi lebih afdol membahas hobi sendiri-lah. Satat masih SD saya sangat terobsesi akan sosok kendaraan bus. Kelihatnnya gagah dan besar. Bila pulang sekolah saya sempatkan nongkrong di pinggir jalan mengamati bus yang lewat. Tidak jarang sama teman lainnya tebak-tebakan bus apa datang dari arah mana jam berapa.


Bahkan sempat tercetus pengin menjadi sopir bus, he he namanya juga anak-anak kan.

Ketika menginjak sekolah menengah dan terus sampai kuliah minat terhadap kendaraan meluas dan tidak hanya pada bus namun pada mobil umumnya. Dulu kala di sekitar rumah yang memiliki mobil tidaklah banyak. Tahun-tahun itu mobil yang ada di sekitar kita adalah Citreon, Peugeot, Datsun, Daihatsu, Suzuki, Toyota, Fiat maupun Mercy. Tetangga yang punya mobil datsun pick up punya bisnis penyewaan sound system dan kita – anak-anak sering diajak, wuih senangnya bisa naik mobil. Selain Datsun ada juga Chevrolet pick up yang bentuknya mirip, dan kita juga sering naik kendaraan ini, nebeng tentunya.



Saat kuliah kebetulan kita akarab debngan salah satu dosen yang memiliki mobil Daihatsu Hijet, nah pulangnya sering bareng. Saat itu hebat nian nih bisa naik minibus ini. Saat kuliah kita akarab dengan tetangga yang memiliki banyak mobil yakni Chevrolet tadi, Panther, Corolla dan sekian truk. Nah kita sering kebagian naik bila yang empunya mengajak. Kebetulan saya sangat akarab dengan keluarga tersebut dan dianggap keluarga sendiri.

Menginjak bekerja di perusahaan farmasi, kendaraan yang dikendarai , tentunya milik perusahaan adalah kijang dan katana. Kita sering jalan keluar kota seperti Magelang, Purworejo dan Cilacap. Kantor kita ada di Semarang. Wah tahun segitu naik katana dari Semarang ke Cilacap terasa gagah dan keren.

Akhirnya tahun 1992 saya menginjakkan kaki di Jakarta. Nah disinilah gudang dan pusat berbagai kendaraan. Mulai dari yang biasa sampai yang super mewah.

Beragam kendaraan pernah kita turut mengendarai, dari Minibus sampai sedan Mercy mewah. Tahun 1996, untuk pertama kali saya membeli mobil dengan cara kredit. Mobilnya adalah Suzuki Forsa buatan 1989. Mobil ini irit dan bandel. Record-nya adalah empat kali dibawa pulang ke Solo. Hanya setahun megang Forsa dan ganti dengan Starlet 1987. Mobil ini jauh lebih enak dan bandel dari Forsa. Hampir sama recordnya adalh ke Solo 4 kali. Dengan Starlet 1987 bermesin 1000 cc dan modifikasi CDI saya pernah “memecahkan” record 9 jam untuk jarak Jakarta – Solo.

Umumnya saya hanya mengendarai mobil setahun atau paling lama dua tahun. Bahkan ada sebuah mobil yang hanya enam bulan saya pakai dan kemudian ganti lainnya. Sampai saat ini saya sudah 15 kali gonta ganti mobil dimana hanya 1 kali megang Suzuki dan sisanya adalah Toyota. Saya kebetulan pemuja merk berlogo tiga elips ini. Toyota terkenal reliable, handal, tangguh, namun tetap ekonomis.

Ada kejadian cukup unik, ketika saya mudik sekeluarga mengendari Kijang Grand tahun 1992. Saat malam mengatur muatan dan memundurkan mobil terdengar suara ngik ngik. Saya piker hanya karena beban yang berat atau bushing karetnya. Tengah malam kita cabut dan lewat jalur selatan. Sampai Tasikmalaya wah suara ngik-nya makin kencang. Saya sempatkan ngintip ke kolong dan tidak mendapatkan hal aneh. Perjalanan lanjut terus dan di Yogya, kembali saya cek dan lihat ke kolong. Ternyata dudukan shockbreaker depan patah dan shocknya melesak ke bawah. Ternyata dari sini asalnya bunyi dan saya sadar selama ini batang torsi depanlah yang kerja keras menahan beban. Bayangkan mobil dengan muatan penuh penumpang dan barang bisa selamat sampai Solo. Baru paginya saya bawa ke Auto 2000 dan ganti shock depan sebesar 300 ribu dan beres.

Itulah handalnya Toyota.

Saya suka gonta ganti mobil dan kesemuanya mobil tua dan tidak ada yang baru. Mobil terbaru yang pernah saya miliki adalah tahun 1995 sementara yang tertua adalah Hartop 1977 dan Corolla 1978. Bahkan dengan Corolla 1978 saya setiap hari menempuh rute Bekasi – Jakarta selama 1 tahun dan tidak sekalipun mengalami masalah, apalagi mogok. Hebatnya mobil ini pernah menerjang banjir lebih dari setengah ban dan aman lewat. Ilustrasi adalah Toyota Land Cruiser terbaru !!

3 comments:

Anonymous said...

Saya sedang ingin punya mobil pertama. Tapi dananya terbatas cukup untuk Corolla 1978. Untuk mobil setua ini, apa saja yang perlu diperhatikan ketika sebelum membeli dan memakainya. Misal di shockbreaker, mesin, overheat dsb. Jika dipakai untuk jarak jauh, katakan Jakarta-Ciamis, apakah masih kuat?

Anonymous said...

Saya sedang ingin punya mobil pertama. Tapi dananya terbatas cukup untuk Corolla 1978. Untuk mobil setua ini, apa saja yang perlu diperhatikan ketika sebelum membeli dan memakainya. Misal di shockbreaker, mesin, overheat dsb. Jika dipakai untuk jarak jauh, katakan Jakarta-Ciamis, apakah masih kuat?

Anonymous said...

Memilih mobil bekas memang banyak yang perlu dicermati. Secara garis besar meliputi mesin dan bodi. Keduanya sebaiknya tidak menunjukkan kerusakaan parah atau bekas crash. Detailnya bisa kita baca di majalah semisal Autobild. Corolla 1978 dengan kondisi sehat tidak masalah menempuh jarak tersebut. Nice hunting.
Rgds