Asmaraman S Kho Ping Hoo merupakan penulis produktif pada jamannya. Puluhan judul sudah ditulisnya dan umumnya beredar luas di pasaran. Buku karangannya biasanya bersumber dari Sejarah dan dikembangkan dengan cerita Silat dan Filsafat. Banyak petuah dan nasihat kehidupan di sana dan diselipkan dalam cerita silatnya.
Bagi orang Solo dan sekitarnya umumnya tahu belaka buku-buku silat karangan Kho Ping Hoo.
Cerita yang ditampilkan bersumber dari Sejarah China dan dikembangkan dengan imajinasinya berupa cerita silat. Misalnya dua seri yang terkenal adalah Serial Bu Kek Siansu atau Suling Emas dan Serial Pedang Kayu Harum. Tidak terhitung juga cerita lepas dan juga cerita yang bersumber dari Sejarah Nasional.
Saya pernah bertatap muka langsung dengan almarhum di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Ketika itu diadakan suatu pameran dan beliau diundang ke kampus. Dalam kesempatan tersebut dilakukan Tanya jawab seputar hasil karyanya. Waktu itu sekitar tahun 1991 (maaf kalau lupa) dan saya sempat memberikan sebuah pertanyaan seputar penulisan bukunya.
Beliau menjelaskan bahwa semua cerita adalah hasil improvisasi yang mengalir deras dari imajinasinya. Jadi dari sumber sejarah entah China atau nasional, beliau mengembangkan dengan nalarnya sendiri. Sebagaimana penulis lainnya bahwa inspirasi menulis kadang dating kadang juga buntu. Nah ketika datang meski tengah malam sekalipun beliau langsung bangun dan mengetik.
Kalau kita baca bukunya terdapat banyak pesan dan nasihat diantaranya bahwa hidup adalah ibarat kegiatan menanam. Siapa menanam baik bakal menuai bahagia sementara yang menanam kejahatan bakal berakhir sengsara. Beliau juga menegaskan pemahaman mengenai Cinta, Benci, Dendam, Setia, Khianat dan banyak sifat lainnya. Ego seseorang juga banyak digambarkan dan diilustrasikan dalam bukunya.
Hal yang dijunjung tinggi dalam banyak bukunya adalah mengenai sifat ksatria.
Dijelaskan bahwa sekali kita mengucapkan janji/kata maka harus ditepati dengan taruhan nyawa sekalipun.
Beliau lahir tahun 1926 dan meninggal tahun 1994 atau pada usia 68 tahun. Setahu saya beliau tinggal di lereng gunung lawu, dan kebetulan bertetangga dengan saya karena saya lahir dan tinggal di kabupaten yang sama.
Saya tidak tahu persis apakah buku karya beliau didokumentasikan di perpustakaan nasional atau tidak. Namun kalau boleh mengajukan saran baiknya didokumentasikan karena bernila sejarah dan filsahat kehidupan yang tinggi.
Meskipun terdapat banyak penulis besar lainnya Kho Ping Hoo bagaimanapun memiliki cirri khas dan warna tersendiri dalam khasanah penulisan buku. Sebagai orang timur beliau cukup sopan dan terjaga dalam setiap penulisan bukunya. Kita pantas dan wajib menghargai karya-karya besar beliau. Selamat jalan Bapak Kho Ping Hoo, namamu dikenang abadi oleh pecinta karyamu.
Wednesday, February 28, 2007
Kho Ping Hoo
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment