Wednesday, May 23, 2007

Homeland,,



Salah satu kegiatan yang menyenangkan adalah pulang kampung/mudik. Tentunya mudik tidak harus pada hari lebaran. Kadang kita memiliki keperluan dan harus pulang mudik ke kampung halaman. Kami adalah warga Solo yang bekerja di Jakarta. Perantauan kami dimulai tahun 1991 sehingga sudah sekitar 16 tahun kami di Jakarta dan selalu rutin pulang mudik umumnya di bulan Lebaran. Kali ini mudik memang bukan periode Lebaran namun pada liburan panjang, ya libur 4 hari-lah, ngga panjang amat sih.

Rabu malam kami siap cabut dan tepatnya jam 00 malam kendaraan kami meninggalkan rumah. Berhubung kami tinggal di daerah Bekasi Timur kami putuskan masuk tol Cikampek melalui pintu tol Cibitung, tentunya sebelumnya kami sudah memenuhi tanki bensin. Ternyata jalan tol mulai ramai dengan truk dan juga pemudik lainnya. Rupanya ritual mudik masih merupakan agenda wajib manakala datang liburan panjang. Jalan di tol ramai dan kamipun merayap pelan, bahkan kadang berhenti. Saking padatnya kendaraan beberapa kali terpaksa kami mengambil bahu jalan untuk melewati jajaran truk yang memenuhi jalan. Satu jam lebih baru kami keluar tol cikmapek dan langsung disambut antrian kendaraan yang menuju jalur pantura yakni jalur cikampek, sukamandi, balongan, cirebon. Ternyata banyak perbaikan jalan di ruas ini dan kemacetan parah tak terhindarkan. Bahkan kami sempat satu jam lebih berhenti karena antrian atau pertemuan kendaraan dari dank e Cirebon. Biasanya pada kondisi normal jam 00 dari rumah sekitar jam 04.00 dinihari kami sudah lolos dari tol palimanan Cirebon. Kali ini fajar menyingsing kami baru masuk tol, hmm 2 jam rupanya kemacetan tadi. Lolos Cirebon kami piker jalanan mestinya lancer, eh masih tersendat di beberapa titik termasuk pasar-pasar. Kami heran bagaimana pasar di jalanan yang mengambil separu ruas jalan dibiarkan selama bertahun-tahun. Bagaimana sebenarnya pemikiran dari Pemerintah Daerah melihat macetnya jalur Utama pulau Jawa ini karena pasar tumpah tadi. Mestinya jangan sampai ruas jalan dipakai untuk jualan, ngetem becak, nyebrang seenaknya sementara pengguna jalan mesti macet berjam-jam. Tidakkah ada empathy bahwa pengguna jalan sudah sekian jam lelah dan butuh kelancaran jalan. Singkat cerita lama perjalanan pulang lebih lambat 4 jam dari seharusnya. Biasanya jarak Jakarta solo bisa saya tempuh 11 atau 12 jam kali ini molor menjadi 16 jam !! Beberapa kali saya terpaksa mampir ke pom bensin untuk rebahan dan tidur singkat. Maklum nyetir sendiri begitu lama kantukpun datang menyerang. Sampai di Solo kita muter-muter bentar dan menu yang kita tuju adalah nasi liwet. Hmm mana warung tradisional di kepabron, sebelah seletan kraton mangkunegaran baru saja dibuka jadi kita leluasa milih potongan ayam yang disuka. Sampai dua kali saya nambah yak arena lapar dan juga memang enak sih. Nasi liwet dipadu sayur labu(?), kuah, telur rebus dan daging ayam kampong, nyam nyam. Minumnya ice lemon tea versi keprabon. Usai menghajar nasi liwet barulah kita menuju rumah. Singkat cerita setelah dua malam di rumah kita cabut kembali ke Jakarta. Sebagaimana kebiasaan jam 00 malam kita berangkat meninggalkan rumah tercinta menuju tempat kita bekerja. Kali ini tanpa ampun kendaraan dipacu mantap dan jarak tempuh 11 jam-pun tercapai. Tidak lupa pagi-pahi sholat subuh di Pom bensin di Tegal yang mendapat rekor dari Muri karena kebersihan dan kenyamanan toilet, tempat ibadah dan tempat rehatnya.

No comments: