23-Juni-2007 pagi jam 10.00 suasana di SMP Al Azhar Legenda terlihat sibuk. Hari ini adalah pengumuman kelulusan SMP. Ujian nasional yang sudah dilaksanakan tiba waktunya diumumkan. Semuanya tentu berharap bisa lulus dan melanjutkan sekolah. Acara diadakan di aula dengan menggelar karpet dan panggungnya juga di bawah. Hanya selembar kain hitam yang bertuliskan Khotmul Qur’an dan Kelulusan berwarna kuning serta nama sekolah berwarna hijau dan tahun ajaran 2006/2007 berwarna merah.
Wali siswa yang terdiri dari bapak dan ibu duduk lesehan di karpet di seberang panggungnya. Siswa SMP Al Azhar mengenakan baju koko untuk Putra dan baju mukena untuk siswa putri. Semuanya berwarna putih. Sekitar tiga puluh siswa duduk di depan dalam posisi berdoa. Guru-guru berkelompok di samping kiri dan kanan dari ruangan aula.
“Bapak ibu wali murid yang terhormat, hari ini kita akan melaksanakan acara pengumuman kelulusan ujian nasional tahun 2007,” kata pembukaan oleh salah seorang guru.
Selanjutnya susunan acara-pun berjalan lancar. Mulai dari pembukaan, pembacaan ayat-ayat suci. Pengarahan dari pihak sekolah dan terakhir adalah penumuman kelulusan. Suasana menjadi tegang manakala dijelaskan kelulusan tidak 100%, namun hanya 93,75 %. Bila dihitung nampaknya bakal ada dua orang yang tidak lulus.
Ketegangan tidak hanya melanda orang tua siswa namun juga siswa itu sendiri. Meksipun masih tingkat SMP namun arti dari kelulusan dan tidak lulus cukup bisa dipahami mereka. Tidak lulus artinya mengulang setahun. Akan banyak waktu, tenaga, biaya yang mesti ditanggung manakala harus mengulang. Belum beban emosi terhadap teman-temannya karena tinggal kelas.
Detik-detik pembagian amplop pengumuman makin dekat. Beberapa wali murid sempat berkali-kali menahan napas. Lainnya sibuk berdoa dengan khidmat. Para guru dengan wajah serius dan tanpa senyum jelas terlihat oleh para murid dan orang tua murid.
“Baiklah Bapak Ibu sekalian, saatnya kita mengumumkan kelulusan anak-anak kita dalam ujian nasional SMP,” terdengar suara memecah kesenyapan yang dilontarkan kepala sekolah.
Dipanggilah satu persatu siswa yang sudah satu jam setengah berada dalam ruangan tersebut. Setiap siswa mendapat amplop berwarna putih dan tersegel. Amplop belum boleh dibuka sampai semuanya menerima. Pembukaan amplop dilakukan serentak dengan membaca Basmallah.
Mulailah suasana heboh dan histeris.
“Hore saya lulus,” teriak siswa Putra sambil melonjak gembira. Disusul teriakan gembira siswa lainnya.
Ada juga yang langsung sujud dan menangis. Satu dua siswa sempat kebingungan karena dalam amplop kata lulus dan tidak lulusnya ternyata masih ditutup selotip warna biru. Selotip harus dilepas agar terlihat hurufnya. Lima menit berlangsung dan akhirnya semua amplop sudah dibuka oleh siswa. Ternyata seluruh siswa mendapatkan kelulusannya atau 100%.
Barulah kepala sekolah menjelaskan bahwa dua orang yang semula dipikir tidak lulus adalah siswa yang pindah sekolah beberapa bulan sebelumnya. Namun dua orang siswa ini tetap dimasukan perhitungan
Wednesday, February 13, 2008
The Exam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment