Jawa Tengah dan DIY memiliki populasi dan luas yang kurang lebih setara dengan Jawa Timur maupun Jawa Barat. Namun, bisnis dan perputaran uang diyakini beredar di Jakarta dan Sekitarnya. Sebutan yang umum adalah Jabodetabek atau Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi. Entah 60 atau 70% perputaran uang konon berada di area Jabodetabek ini. Dengan jumlah populasi sekitar 15 sampai 20 juta memang area ini patut menjadi sebuah megapolitan dengan potensi bisnis luar biasa. Pembangunan prasarana yang lebih banyak disini merupakan salah satu penyebab berkumpulnya industri dan pusat bisnis. Dipastikam setiap unit bisnis nasional memiliki kantor atau perwakilan di sini. Infrastruktur, kantor pemerintahan, perijinan dan sarana penunjang cukup lengkap mendorong investor dan pebisnis membuka pabrik dan kantornya di area ini.
Bicara bisnis adalah bicara peluang. Manakala peluang dan persaingan di Jabodetabek semakin meningkat dan tajam pebisnis mulai melirik daerah lainnya. Indonesia bukanlah hanya Jakarta dan sekitarnya namun masih ada puluhan propinsi lainya yang berpotensi. Pulau Jawa sendiri terdapat beberapa propinsi selain DKI Jakarta Jumlah populasi di jawa yang umumnya padat merupakan pasar yang potensial. Sebutlah Jawa Taengah dan DIY. Propinsi ini memiliki peluang dan potensi yang tidak kalah menarik. Sebutlah Jogyakarta sebagai kota pelajar, budaya dan pariwisata. Atau Semarang yang merupakan salah satu kota terbesar nasional.
Esia, sebuah produk dari PT Bakrie Telecom Tbk, dengan cermat tidak melewatkan peluang untuk ekspansi di area Jawa bagian tengah ini. Seiring dengan diperolehnya licensi nasional akhir 2006 segera ESIA masuk dan membangun jaringannya di sini. Setelah menjadi market leader di Jakarta dan sekitarnya untuk produk telepon limited mobile berbasis CDMA, Esia secara berkelanjutan melebarkan sayapnya.
Langkah awal adalah membuka tiga kota terpenting di Jawa Tengah yakni Semarang, Solo dan Yogyakarta. Sekitar akhir tahun 2007 dibukalah komersialisasi di ketiga kota utama tersebut. Dengan potensi demografi yang cukup padat dan pendapatan masyarakat secara nasional diatas rata-rata diperhitungkan area ini akan memberikan peluang cukup baik. Perhitungan ini tidak terlalu meleset manakala sambutan pasar atas Esia cukup antusias dan responsive. Terutama Yogyakarta yang merupakan kota pelajar dimana ratusan ribu pelajar dari berbagai daerah termasuk dari luar negeri datang dan belajar di kota gudeg ini. Esia yang kesohor dengan tariff murahnya berhasil membuat gebrakan dan mendapat porsi market yang memadai di New Area Launch.
Semarang dan Solo yang merupakan kota bisnis, budaya, pariwisata dan industri juga menjanjikan potensi yang besar. Dalam beberapa bulan komersial terlihat peningkatan jumlah pelanggan yang cukup significant. Mendapat sambutan yang positif langkah ekspansi terus dilakukan. Tidak kurang dari 12 yang terdiri dari kota kecil, kabupaten dan kotamadya digarap dan dilakukan komersialisasi. Setelah tiga kota utama tersebut menyusul 4 kota menengah dibuka dan dilayani penyediaan produk telekomunikasi-nya yakni Wonosari, Klaten, Boyolali dan Salatiga. Empat kota penyangga tersebut meruopakan area yang mendukung dan menyambungkan tiga kota utama yang pertama.
Selanjutnya Esia meluaskan jangkauan dan sayapnya ke kota yang merupakan cluster bagian barat selatan yakni Purwokerto. Kota ini merupakan kota perdagangan yang cukup sibuk dan membutuhkan mobilitas tinggi. Esia dengan produk telepon handal namun ekonomis nampak dapat menjawab kebutuhan telekomunikasi masyarakat maupun pebisnis area Banyumas dan sekitarnya. Berikutnya menyusul sebuah kabupatan di bawah karesidenan Surakarta yakni Wonogiri-pun dibuka dan dilayani. Wonogiri juga merupakan kota dagang dan pertanian dengan mobilitas tinggi. Banyak warga kota ini yang datang dan pergi ke kota besar lain termasuk Jakarta.
Cluster area utara barat yang belum digarap adalah Tegal dan sekitarnya. Secara alamiah ekspansi-pun bergeser ke area ini. Tegal adalah salah satu kota di area pantai utara pulau jawa yang menopang arus distribusi barang pulau Jawa. Tentu saja Tegal merupakan kota yang potensial dan membutuhkan layanan telekomunikasi secara luas.
Lima kota kecil dan sedang yakni Magelang, Muntilan, Temanggung, Batang dan Pekalongan adalah kota berikutnya yang dilayani. Lima kota selanjutnya yang akan “diserbu” adalah Kudus, Jepara, Demak, Kendal dan Weleri sehingga keseluruhan akan berjumlah dua puluh kota. Tiga kota pertama tersebut merupakan kota wali, pariwisata dan industri. Terdapat industri rokok, banyak pesantren dan industri furniture di tiga kota Kudus, Demak dan Jepara. Sementara Kendal dan Weleri adalah kota pendukung jalur distribusi utama Jawa ruas Tegal, Pekalongan dan Semarang. Operasional dan komersialisasi selama setahun akhirnya berhasil menggarap dan melayani sekitar dua puluh kota utama dan pendukung di propinsi Jawa Tengah dan DIY.
Pertumbuhan industri telekomunikasi terbukti mampu menopang dan mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat. Media komunikasi adalah media utama dalam menjalankan baik kegiatan bisnis maupun sosial. Tidak dipungkiri bahwa perusahaan telekomunikasi merupakan pendukung perekonomian nasional. Esia menyadari hal ini dan tidak setengah-tengah menggarap dan menggelar jaringannya secara nasional termasuk area Jawa Tengah dan DIY. Target perusahaan tentunya menjangkau semua kota yang ada. Masih terdapat beberapa kota yang belum dilayani yang diperhitungkan akan segera dijelajahi dalam waktu yang tidak terlalu lam.
Dari release resmi perusahaan disebutkan pencapaian jumlah pelanggan sesuai dengan target yakni sampai September 2008 telah berhasil diperoleh enam setengah juta pelanggan secara nasional. Target perusahaan adalah sebanyak tujuh juta pelanggan sampai akhir tahun 2008. Peran Jawa Tengah DIY tentu diharapkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal atas target nasional ini.
Tuesday, November 25, 2008
ESIA GEBRAK JATENG & DIY
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment