Friday, July 24, 2009

Hari Ini 3 Tahun Lalu


Kelahiran seorang anak manusia sungguh merupakan keajaiban. Sudah begitu canggih ilmu pengetahuan berkembang, namun tetap kelahiran anak manusia merupakan sebuah fenomena. Tentunya ini bagi yang memang memperhatikan dan berpikir. Bagi yang tidak peduli dan sambil lalu kelahiran anak adalah kejadian yang biasa, seperti kejadian sehari-hari lainnya seperti kemacetan, harga naik, penguasa korupsi ataupun pejabat selingkuh.

Dalam agama banyak dibahas tentang kelahiran anak. Termasuk rahasia berumah tangga, bahwa anak adalah mutlak karunia dari Sang Pencipta. Meski apapun ihtiarnya, kalau belum diberi, tetaplah belum memiliki. Namun tanpa effort apapun, hanya alamiah, sebuah rumah tangga bisa memiliki 6 atau 8 anak. Ini terjadi barangkali pada rumah tangga jaman dulu sebelum ada KB, saat lahan masih, jumlah penduduk sedikit dan barangkali taraf pendidikan masyarakat masih rendah. Saat ini sebuah rumah tangga modern hanya memiliki satu atau dua anak. Terdapat banyak hal kompleks yang menjadi pertimbangan untuk memiliki sejumlah anak.

Di sebuah rumah sakit ibu anak di Bekasi, saat itu seorang dokter kandungan mengatakan, hmm anaknya laki-laki nih. Namun kenapa ya, kok nampak ada kelainan. Menurut sang dokter bahwa anak ini mengalami apa yang disebut omphalocele, yakni organ perut tidak sempurna masuk. Menurut sang dokter, bahwa saat embrio berkembang, dari ukuran kecil, ada beberapa organ yang tumbuh di luar badan, seperti usus dan liver. Seiring berkembangnya usia bayi dalam kandungan, organ ini akan ditarik melalui pusar ke dalam perut. Namun karena factor tertentu, yang bukan keturunan, atau penyakit, proses penarikan ini mandeg. Akibatnya bayi akan lahir dengan sebagian organ ini di luar perut, terbungkus membrane. Kelahiran seperti ini haruslah dengan operasi, karena kelahiran normal berakibat pecahnya membrane dan akan membahayakan jiwa bayi.

Dunia kedokteran tentunya sangatlah kompleks dan sulit. Andaikan seorang montir mobil berbuat salah, mungkin mobil hanya pincang atau mogok, bisa diperbaiki dan normal kembali. Namun bagaimana dengan barangkali kesalahan yang dibuat seorang dokter- tentu akibatnya jauh berbeda karena menyangkut nyawa manusia, bukan mobil atau motor. Ini satu sisi bahwa selama ini profesi dokter kadang seperti itu. Manakala pasien sembuh, ya sudah semestinya, namun bila ada sedikit kesalahan dokter, umumnya vonisnya berat, malpraktek dan seterusnya.

Omphalocele jelas bukan karena factor dokter namun murni factor lain- factor genetika, given barangkali. Kejadian ini meski konon satu dalam 10,000 kelahiran di beberapa Negara maju terdapat asosiasinya. Andaikan proses kehamilan dengan bayi diketahui omphalocele dari keluarga cukup mampu, bisa dilakukan operasi di dalam kandungan, semisal di Singapura atau Eropa misalnya. Andaikan jenis omphalocele sudah begitu parah seperti tiadanya tangan, kaki atau hidung misalnya, maka dokter bisa mengusulkan terminate, tentu semua melalui code dan conduct medis, sepertujuan pasangan dan tetap menghargai hak hidup sang bayi.

Seorang bayi ini, yang konon kasus kedua di rumah sakit bekasi itu akhirnya lahir dengan operasi setelah 9 bulan 10 hari tepat, dan jatuh pada hari ini atau 24-Juli-2006. Bayi ini memiliki berat dan panjang normal, tangis yang nyaring dan organ yang lengkap kecuali omphalocele-nya tadi. Tidak mengecilkan pengorbanan sang ibu, karena dalam agama ditegaskan, bahwa proses kelahiran ibarat peluang setengah selamat dan setengah meninggal. Makanya Sang Pencipta memberikan jaminan mati sahid bagi seorang ibu yang meninggal saat melahirkan.

Bayi merah itu langsung dikumandangkan adzan dan qomat di kedua telinganya. Selanjutnya karena memang ada kelainan genetik, bayi langsung masuk ICU agar terhindar dari infeksi di membrane organnya. Selang lima hari, setelah dirasa kekuatan bayi cukup dilakukan operasi. Ternyata ada satu masalah manakala dokter anestesi-nya tidak cukup yakin, sehingga harus digantikan oleh sang direktur rumah sakit itu sendiri, yang kebetulan seorang anestesi jebolan negeri kangguru. Nampaknya bayi itu mendapat kehormatan dilayani langsung oleh sang direktur.

Akhirnya satu bulan penuh sang bayi harus dirawat guna memulihkan operasi dan perkembangannya. Selama satu bulan bayi harus dibantu dengan banyak sensor, termasuk pernapasanya-pun dibantu dengan mesin. Asi-pun yang susah payah disedot sang ibu, dimasukkan melalui infuse. Setelah satu minggu kondisinya berangsur membaik maka semua peralatan dilepas dan bayi akan masuk ke perina, dengan suapan susu mili demi mili. Usai satu bulan perawatan maka tinggal dilakukan rawat jalan untuk mengeringkan luka operasinya dan dilanjutkan dengan imunisasi selama satu tahun keduanya oleh dokter bedah dan anak. Tambahan, tes kromosome – yang butuh sebulan membiakan darah bayi- menjelaskan bayinya dalamn kondisi yang normal. Sebagaimana diketahui bahwa kromosome ini merupakan bawaan dan bila terjadi kelainan berakibat bayi/anak akan underdeveloped/overdeveloped. Ibaratnya ini software yang sudah dipatenkan Sang Pencipta dimana manusia tidak mampu lagi memperbaikinya.

Akhirnya bayi itu dengan tentunya hidayah-NYA bisa menjadi bayi yang sehat, meski asupan susu hanya sampai 4 bulan. Dan hari ini sang bayi sudah ceria, di sebuah playgrup, dapat ucapan selamat ultah dari teman dan guru-nya. Selamat ulang tahun nak, persembahan ultah sekedar untaian kata-kata sederhana.

“Bila anda berbuat baik, meskipun balasan belum mendatangi anda setidaknya bencana akan sudah menjauhi anda. Namun bila anda berbuat jahat/tidak baik, meski bencana belum menghampiri namun kebaikan sudah meninggalkan anda.”

Sebagai ungkapan tak terhingga atas karunia-NYA maka namamu ibarat doamu-ananda Muhammad Nur A.P., semoga ter-rakhmati dan ter-hidayahi oleh Yang Maha Kuasa maupun kemuliaan dari manusia terpilih- nabi kekasih-Nya.

No comments: