Wednesday, November 18, 2009

Another Trip (#275)


Bila anda traveling dari semarang – pekalongan – banjarnegara – purbalingga – purwokerta – kebumen – purworejo - magelang dan kembali ke semarang, akan banyak yang bias anda temukan dan alami. Yang pertama adalah ruas ke pekalongan, anda akan melewati ring road Kendal dan weleri. Meski hanya kabupoatan dan kecamatan kedua kota kecil itu memiliki jalan lingkar/ring road yang dilengkapi dengan lampu jalan. Bila malam hari jajaran lampu ini cukup eksotis dan tentu saja membantu pengendara berjalan dengan aman. Selepas weleri sebelum batang, anda bias mendapatkan madu asli, karena daerah tersebut kesohor dengan budi daya madu. Ada madu super, kopi, kapuk atau pollen. Aslinya madu bias anda buktikan adanya alat pemeras madu beserta tong-tong madu yang belum dikemas yang masih banyak lebah terapung dalam cairannya. Anda bebas mencicipi berbagai madu yang baru diambil dari hutan dan kebun. Konon madu banyak mengandung zat yang menyehatkan badan. Anda bias belanja madu pollen dan kapuk hanya dengan 40 ribu rupiah saja dengan kemasan setiap botolnya 600ml. lepas weleri anda disambut kontur naik turun hutan roban. Saat ini sedang semi sehingga hutan jati di kanan kiri jalan terlihat hijau dan segar. Biasanya pengendara bias istirahat di sepanjang alas roban sambil minum kelapa muda yang banyak dijual.

Eksotisme berikutnya adalah ruas Pekalongan – Banjarnegara yang melewat jalur tengah pula Jawa. Hamparan hutan karet membantang hijau melingkupi jalanan naik turun dan berkelok. Jalanan terlihat lembab usai hujan dengan pagar beragam tumbuhan hutan, hijau, adem dan segar. Selain hutan karet milik PTP di jalur ini juga terdapat kebun the yang sangat luas. Kebun the disini memasok kebutuhan minuman favorit ini ke kota di sekitarnya. Bila anda mengendarai kendaraan meski AC mobil anda dingin, sebaiknya matikan AC dan buka sedikit kacanya. Hembusan hawa segar akan menerpa dan menyejukan paru-paru anda yang sekian lama dipenuhi udara kerin dari AC mobil. Saat anda membelah hutan karet dan teh yang eksotis ini, sejenak anda melupakan gaharnya dan hebohnya beragam masalah yang menerpa negeri ini. Anda juga akan teringat lagu nya koesplus bahwa negeri ini ternyata memang kaya raya dengan ragam sumber daya alamnya. Barangkali anda sejenak akan tidak percaya bila masih banyak yang kelaparan sementara tanah begitu subur, padi menghijau dan menguning, sayuran tinggal memetik dan anda hidup tenang diantara alam, diantara gemericik air di perbukitan. Bukan lautan hanya kolam susu, air dan jala cukup menghidupimu, bla bla bla. Tongkatpun bila dilempar konon akan tumbuh menjadi pohon, saking suburnya. Lagi-lagi, segarnya alam terganggu disana sini, bukit mulai dibabat dijadikan lahan pertanian. Hijaunya hutan di perbukitan perlahan diterpa gundulnya tanah yang disiapkan untuk lahan tanaman. Mudah-mudahan mereka masih ingat dan membatasi lahan demi anak cucu kelak.

Masuk ke banjarnegara anda disambut jalanan yang berkabut tebal. Jarak pandang hanya beberapa meter saja. Namun hiruk pikuk masyarakat tetap ramai di pasar dan sepanjang jalanan perkotaan. Uniknya di pinggiran kota terdapat lapangan bola dan saat itu sedang ada pertandingan bola. Jadilah mereka bertanding diantara kabut, layaknya di Negara Eropa saja yang sering dipenuhi salju. Di salah sati pom bensin terdapat kolam dengan 3 ekor ikan air tawar yang berukuran besar. Konon ikan ini berasal dari sungai di Amerika Latin Sono. Ukurannya barangkali lebih dari 2 meter panjangnya dan badannya lebih besar dari manusia. Nampaknya salah satu ikan itu sudah melahirkan anaknya karena sekarang mereka menjadi 4 ekor, dimana salah satunya lebih kecil. Makanan ikan-ikan itu ya ikan yang lebih kecil seukuran ikan lele atau gabus.

Ruas banjarnegara purbalingga anda akan disuguhi beragam produk keramik yang dijajarkan di gerai sepanjang jalan. Keramik itu sudah disulap menjadi hiasan yang indah dan berharga cukup mahal. Barangkali kalau anda tidak sempat belanja keramik ke china atau hongkong, anda bisa mengunjungi sentra keramik disini. Berikutnya sampailah anda di Purwokerto, kota berhawa dingin di jalur tengah Jawa. Di kota ini anda bias berburu tempe mendoan dan mencari hawa segar di baturaden. Jalanan menuju baturaden cukup mulus dan ramai dengan berbagai hotel, vila dan beragam tempat hiburan. Jalur menuju gombong anda bias berbelanja beragam gethuk goring maupun kukus. Anda juga bisa menikmati berbagai masakan bebek, seperti sate, kuah maupun goreng. Bila anda teruskan menuju Kebumen anda bias berbelanja buah bengkoang yang sangat murah meriah. Buah yang tenar untuk lulur dan mengandung banyak serat dan air ini dijual di sepanjang jalan. Anda juga bias mencari minuman Dawet Ireng maupun Dawet Ayu. Dawet Ireng ini cendolnya berwarna hitam dengan ketan hitam, santan dan gula kelapa. Rasanya hmm segar dan manis.sementara di kebumen sendiri banyak sentra genting soka. Tanah liat sebagai bahan pembuatan genting soka tejntunya mudah diperoleh di daerah ini. Jalur selatan jawa ini memang hanya dua lajur, namun tidak membosankan karena hamparan sawah dan hijaunya bukit. Di purworejo anda akan menemukan stasiun buntu. Stasiun ini terhubung ke Kutoarjo, sehingga penumpang kereta yang akan ke Jakarta diangkut oleh 2 gerbang dari purworejo ke kutoarjo. Mestinya ada lajur kereta dari purworejo ke magelang, namun ternyata sudah terputus. Memang yang membangun rel kereta adalah penjajah yakni Belanda, namun sangat disayangkan ruas ini terputus, mengingat vitalnya moda transportasi. Lagi-lagi inilah profil kita, sudah tidak membangun, merawatpun kedodoran.

Di magelang anda akan melewati akademi militer yang bangunanya sangat luas dan terhampar di sekitar bukit tidar yang dipenuhi hutan pinus. Konon bukit tidar inilah adalah poros dan pakunya pulau Jawa karena berlokasi tepat di tengah pulau Jawa. Tidak banyak landscape seperti magelang ini dimana terdapat sebuah bukit di tengah perkotaan. Di magelang anda bisa mencoba makanan khas yakni tahu kupat yang rasanya gurih. Selepas kota anda bisa mengarah ke semarang, dimana anda bisa menyisir beragam menu seperti iwak kali, iwak enthok, kopi banaran, kopi klothok, maupun buah klengkeng. Tidak terasa anda sudah menempuh jarak sepanjang 700 km dalam dua hari. Sungguh anda mesti bersyukur dikarunia alam yang sedemikian kaya. Hanya kenapa begitu banyaknya ragam kekayaan alamnya, negeri ini masih tetep miskin - kemanakah kekayaan itu hilang.

No comments: