Ada apa dengan Jawa. Orang jawa, sebenarnya sama dengan puluhan atau ratusan suku yang ada di tanah air. Orang jawa ini, kebetulan jumlahnya paling banyak diantara suku lainnya. Saking banyaknya hampir tidak ada tempat di tanah air yang tidak ada orang jawanya. Semisal di sony, sebuah pabrik elektronik yang berlokasi di Bekasi, terdapat gambaran ini- betapa banyaknya orang jawa. Dalam meeting antara karyawan lokal dengan orang jepang tentu menggunakan bahasa inggris. Namun manakala berbincang sesama, dalam ruang yang sama, yang jepang menggunakan bahasa jepang, sementara yang local menggunakan bahasa jawa, bukan bahasa Indonesia. Mungkin ini kebetulan banyak orang jawa di pabrik tersebut. Jadi dalam meeting tersebut sering muncul guyonan Japanese versus jawanese.
Bahasa jawa ini biasanya digunakan oleh mereka yang tinggal di Jawa timur dan Jawa tengah. Sementara di jawa barat digunakan bahasa sunda dan bahasa Indonesia. Barangkali saat ini pengguna bahasa sunda dan Indonesia di Jabar hampir seimbang. Berbeda dengan bahasa Jawa, dimana bertemu mereka sering menggunakan bahasa Jawa ini. Bahasa jawa ini juga kaya, unik dan cukup sulit dipelajari. Bila dibandingkan bahasa Inggris, konon bahasa Jawa jauh lebih sulit. Jenis bahasa Jawa diantaranya kromo inggil, kromo dan ngoko. Ada juga jawa kuno. Selain Melayu, Kanji, Rusia, Arab bahasa Jawa juga memiliki huruf tersendiri. Biasanya disebut juga dengan Honocoroko.
Dari ranah Jawa ini juga kaya dengan ragam kebudayaan dan peninggalan bersejarah. Mulai dari tarian, sastra, wayang kulit, ludruk, kethoprak, istana, candi, arca dan masih banyak budaya lainnya. Tidak ketinggalan pula berbagai tembang jawa turut memperkaya.
Saking kaya ragam budayanya banyak orang tertarik mempelajari berbagai budaya Jawa ini. Bahkan banyak dari mereka merupakan warga asing yang belajar menari, wayang, tembang maupun budaya lainnya. Borobudur, Prambanan, Kraton Solo, Kraton Jogya adalah peninggalan budaya yang terletak di pulau Jawa. Dari fisik peninggalan tersebut diyakini bahwa nenek moyang berasala dari masyarakat yang sudah maju. Buktinya mereka bisa menghasilkan karya besar yang diakui oleh dunia.
Meski penutur bahasa Jawa kadang berbeda, namun bahasa ini paling luas digunakan hingga saat ini. Logat jawa Solo berbeda dengan logat Banyumas atau logat Surabaya. Bahkan dari logat bicara akan bisa ketahuan darimana orang itu berasal.
Sejak jaman penjajahan, kebetulan banyak pembangunan fisik dilakukan di pulau Jawa, sehingga secara nasional di pualu Jawalah yang memiliki prasarana dan infrastruktur paling lengkap. Terdapat banyak jalan tol, rel kereta api, bendungan, jembatan, perkotaan yang tersebar luas di pulau ini. Ketimbang pulau lainnya prasarana pulau Jawa dianggap paling lengkap. Hal ini yang kadang mendorong dilakukannya pembangunan secara merata tidak hanya di Jawa namun juga Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan sebagainya.
Dari budaya timbul dan mendorong ramainya dunia pariwisata. Terdapat barangkali puluhan atau ratusan tempat pariwisata di pulau Jawa. Baik itu yang dikelola dengan rapi maupun yang terlantar apa adanya. Beragam candi, bendungan, bangunan, situs banyak ditemukan di Jawa. Bahkan yang terakhir berdiri dengan megahnya jembatan terpanjang di tanah air yakni Suramadu, yang menghubungkan Jawa dan Madura.
Umumnya keindahan alam, orang akan menunjuk Bali atau Padang. Namun di pulau Jawa ternyata tidak kalah banyak tempat yang sangat indah. Selain kaya akan gunung, bukit, dataran tinggi-rendah, juga banyak pantai yang bagus di Jawa. Sebutlah gunung Bromo, Lawu, Merapi-Merbabu, Sindoro-Sumbing maupun lainnya. Sebutlah pantai parangtritis dan pantai sepanjang selatan pulau Jawa. Berbagai lokasi tersebut akan menyuguhkan pemandangan yang exotis dan jarang dijumpai di tempat lainnya. Meski tentu saja banyak tempat indah di pulau lainnya.
Bicara ragam kelebihan Jawa akan terdengar naïf, manakala pulau lainnya justru mengalami kekurangan prasarana. Sebagai satu tanah air, tentunya terpisahnya antar pulau menjadi hambatan besar bagi berlangsungnya kehidupan social dan ekonomi. Kebutuhan pulau lainnya akan komoditas dari Jawa mesti dikirimkan melalui laut atau udara yang membutuhkan waktu dan biaya yang mahal. Juga sebaliknya komoditas unggulan dari luar Jawa yang dibutuhkan mengalami mahalnya biaya distribusi ini. Andaikan semua pula sudah tersambung jalan darat tentu bakal mendorong kencangnya roda ekonomi.
Barangkali jembatan Suramadu menjadi semacam langkah awal tersambungnya akses Jawa Madura. Entah apakah Jawa Sumatera bisa teruwujud sambungan akses dengan mega rencana membangun Jembatan di Selat Sunda. Barangkali ini PR besar yang mungkin untuk dilakukan. Penyambungan akses dengan pulau lainnya nampakanya akan cukup sulit terwujud mengingat besarnya hambatan jarak di atas lautan. Yang lebih mungkin adalah menggenjot pembangunan fisik dan sarana di semua pulau seperti Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Ini lah pekerjaan besar yang bisa dilakukan seluas-luasnya. Jadi sungguh memprihatinkan bila kiprah pembangunan seolah berjalan di tempat. Semisal perawatan jalan pantura pulau Jawa yang dari waktu ke waktu tidak pernah tuntas. Habis ditembel, rusak, ditembel lagi rusak lagi, dan seterusnya sungguh menguras energi, waktu dan biaya dan menghambat kesempatan pembangunan pulau lainnya mendapat giliran.
Thursday, February 04, 2010
Jawa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment