Thursday, May 31, 2007

New Thing



What supposed to do when you are getting into new world, into new environment and even into new mindset. It needs years to build our values and cultures. Our mindset already shaped anyway and you must change. Yes, we often to change to involve our new role. When you graduated then get into new job you must change.

When you are single then probably you get married then you need to change. In job community often everything to change. You may first place on marketing then you are rotated to Customer Service or Public Relation. You must change otherwise you face difficulties on activities needed. As human it is required to learn many things. You are ideally not such specialized person. You are such operators that must be ready face new thing and various role. Recently I was invited to other department. I have been years working from various field of department. I have ever been marketer, a buyer, an importer, services and more. It seems that I face new thing in the job. Everything however becomes not so hard since everyone around you care. They are such good person and good team. You are anyway just required to make little modification gradually. Person understands that you need not change extremely. It is just beginning but you convince it will be fine in the future. Optimistic and spirit are important. Once you have it you are not necessary to afraid of. We may learn from our baby. Do you remember that a baby had never been worried. Once he must move he move. Then he must learn moving around, sitting and so on. Finally he should be standing, walking and running. All the things he will act so. No worries how many times he fell down he was back trying. It is nature, isn’t it. New thing is really such not magic word or situation. If we assume we can so it will be. One of the crucial steps is a spirit. If we always have spirit then we are able to start. Starting is important. So let it start in the first chance.
Read More ..

Wednesday, May 23, 2007

Homeland,,



Salah satu kegiatan yang menyenangkan adalah pulang kampung/mudik. Tentunya mudik tidak harus pada hari lebaran. Kadang kita memiliki keperluan dan harus pulang mudik ke kampung halaman. Kami adalah warga Solo yang bekerja di Jakarta. Perantauan kami dimulai tahun 1991 sehingga sudah sekitar 16 tahun kami di Jakarta dan selalu rutin pulang mudik umumnya di bulan Lebaran. Kali ini mudik memang bukan periode Lebaran namun pada liburan panjang, ya libur 4 hari-lah, ngga panjang amat sih.

Rabu malam kami siap cabut dan tepatnya jam 00 malam kendaraan kami meninggalkan rumah. Berhubung kami tinggal di daerah Bekasi Timur kami putuskan masuk tol Cikampek melalui pintu tol Cibitung, tentunya sebelumnya kami sudah memenuhi tanki bensin. Ternyata jalan tol mulai ramai dengan truk dan juga pemudik lainnya. Rupanya ritual mudik masih merupakan agenda wajib manakala datang liburan panjang. Jalan di tol ramai dan kamipun merayap pelan, bahkan kadang berhenti. Saking padatnya kendaraan beberapa kali terpaksa kami mengambil bahu jalan untuk melewati jajaran truk yang memenuhi jalan. Satu jam lebih baru kami keluar tol cikmapek dan langsung disambut antrian kendaraan yang menuju jalur pantura yakni jalur cikampek, sukamandi, balongan, cirebon. Ternyata banyak perbaikan jalan di ruas ini dan kemacetan parah tak terhindarkan. Bahkan kami sempat satu jam lebih berhenti karena antrian atau pertemuan kendaraan dari dank e Cirebon. Biasanya pada kondisi normal jam 00 dari rumah sekitar jam 04.00 dinihari kami sudah lolos dari tol palimanan Cirebon. Kali ini fajar menyingsing kami baru masuk tol, hmm 2 jam rupanya kemacetan tadi. Lolos Cirebon kami piker jalanan mestinya lancer, eh masih tersendat di beberapa titik termasuk pasar-pasar. Kami heran bagaimana pasar di jalanan yang mengambil separu ruas jalan dibiarkan selama bertahun-tahun. Bagaimana sebenarnya pemikiran dari Pemerintah Daerah melihat macetnya jalur Utama pulau Jawa ini karena pasar tumpah tadi. Mestinya jangan sampai ruas jalan dipakai untuk jualan, ngetem becak, nyebrang seenaknya sementara pengguna jalan mesti macet berjam-jam. Tidakkah ada empathy bahwa pengguna jalan sudah sekian jam lelah dan butuh kelancaran jalan. Singkat cerita lama perjalanan pulang lebih lambat 4 jam dari seharusnya. Biasanya jarak Jakarta solo bisa saya tempuh 11 atau 12 jam kali ini molor menjadi 16 jam !! Beberapa kali saya terpaksa mampir ke pom bensin untuk rebahan dan tidur singkat. Maklum nyetir sendiri begitu lama kantukpun datang menyerang. Sampai di Solo kita muter-muter bentar dan menu yang kita tuju adalah nasi liwet. Hmm mana warung tradisional di kepabron, sebelah seletan kraton mangkunegaran baru saja dibuka jadi kita leluasa milih potongan ayam yang disuka. Sampai dua kali saya nambah yak arena lapar dan juga memang enak sih. Nasi liwet dipadu sayur labu(?), kuah, telur rebus dan daging ayam kampong, nyam nyam. Minumnya ice lemon tea versi keprabon. Usai menghajar nasi liwet barulah kita menuju rumah. Singkat cerita setelah dua malam di rumah kita cabut kembali ke Jakarta. Sebagaimana kebiasaan jam 00 malam kita berangkat meninggalkan rumah tercinta menuju tempat kita bekerja. Kali ini tanpa ampun kendaraan dipacu mantap dan jarak tempuh 11 jam-pun tercapai. Tidak lupa pagi-pahi sholat subuh di Pom bensin di Tegal yang mendapat rekor dari Muri karena kebersihan dan kenyamanan toilet, tempat ibadah dan tempat rehatnya.
Read More ..

Monday, May 14, 2007

Garbage,,,

Pagi tadi saya kebetulan mampir bengkel langganan. Seperti biasa penjaga bengkel, pak Haji namanya sedang memanaskan air. Teh tubruk satu pak Haji teriak-ku sambil mencari tempat duduk. Sementara saya asyik ngobrol dengan seorang mekanik ketika menyadari mak-nyess bau sampah habis terguyur hujan lebat. Baunya khas, ya bau sampah lah, yang jelas sangat tidak sedap. Untunglah tadi sudah sarapan di tempat lain. Teh tubruk hangat tetap saya minum sampai habis, teh aroma sampah hmm. .

Lain waktu sebelumnya bila anda melewati jalan tol, anda akan disuguhi aroma sampah yang baunya menyebar radius sekian kilometer. Diskusi sampah memang jarang orang membicarakannya meskipun ada disegala sudut termasuk depan hidung kita.

Di Bandung pernah kejadian tumpukan sampah menimpa rumah di sekitarnya, saking tingginya tumpukan sampah. Masyarakat juga pernah menumpukkan sampah begitu saja disepanjang jalan umum. Praktis terjadi kehebohan dan gangguan karena demo sampah di jalan-jalan.

Kita tentunya tahu belaka ada suatu tempat pembuangan sampah yang begitu luas dan menggunung. Konon terdapat ratusan pemulung dipembuangan tersebut. Kabar terakhir tempat tadi ditutup sementara pemerintah Jakarta sedang melobi daerah lain untuk dijadikan pembuangan sampahnya. Spontan saja ditolak, lha siapa sih yang rela dan mau tempatnya dipakai untuk pembuangan sampah.

Ya pengelolaan sampah di negeri ini begitu buruk. Sampah dibuang di sembarang tempat mulai dari kebun, sungai, selokan, laut, kolam dan bila perlu halaman tetangga. Pernah adakah semacam grand desain sampah? Nonsense. Kenapa tidak seorangpun memikirkan sampah ini. Kenapa enak saja pemerintah menunjuk atau menentukan tempat anu untuk pembuangan sampah. Pun masyarakat sungguh sering seenaknya membuang sampah bukan pada tempatnya.

Bau sampah hanyalah sedikit contoh dari ekses pengelolaan sampah yang amburadul. Kesehatan lingkungan, banjir, kebersihan dan seterusnya adalah deret dari dampak sampah yang tidak dikelola.

Pernah dengar dulu ada importer yang mengimpor sampah? Hmm masih ada saja manusia semacam itu yaa. Alih-alih mengimpor barang produktif, lha ini sampah diimport,,,

Kalau kita mencontoh pengelolaan sampah negara lainnya - banyak. Bisa disebut Jepang. Jepang memiliki mesin pengolah sampah. Sampah dikelompokkan menurut jenisnya ada plastic, kaleng alumunium, kardus dan bahan lainnya. Umumnya mereka bisa mendaur ulang bahan tadi. Dunia industri didorong membuat karton, kaleng, atau bungkus yang bisa didaur ulang.

Plastik bisa diadur ulang menjadi perkakas dari plastic. Karton, alumunium dan kardus juga bisa. Rumah tangga diharuskan membuang sampah sesuai jenis sampahnya. Mobil sampah secara teratur mengambil sampah rumah tangga juga industri dan didaur ulang.

Kita harus memikirkan pengelolaan sampah saat ini juga. Bila tidak, lingkungan kita akan semakin dipenuhi sampah. Jangan berpikir aji mumpung masih ada daerah yang dipaksa sebagai tempat pembuangan sampah, atau masih ada sungai/kali, atau ada laut dan seterusnya.
Read More ..

Friday, May 11, 2007

Again,,,environment !

Beberapa hari lalu E-Radio mewawancarai pakar lingkungan/tata kota, Bapak Marko. Dijelaskan bahwa setiap tahun tanpa kita sadari kota Jakarta mengalami turun sekitar 1,3 cm. Bila sepuluh tahun penurunannya sekitar 13 cm. Konon lagi permukaan laut setiap tahun mengalami kenaikan sebagai dampak pemanasan global. Katakanlah dalam sepuluh tahun naik juga 13 cm maka sebenarnya jarak daratan dan permukaan laut selama sepuluh tahun mendekat sekitar 26 cm.

Curah hujan juga disinyalir sang pakar akan mengalami peningkatan intensitas ditambah periode waktunya makin pendek. Misalnya dalam sekali musim hujan curah hujan katakanlah xxx dan berlangsung selama 6 bulan. Waktu demi waktu curahnya akan menjadi xxx + 1 dan berlangsung hanya dalam waktu 5 bulan. Sampai suatu ketika curah hujan sudah begitu tinggi dan berlangsung hanya dalam 1 atau 2 bulan saja. Kira-kira apa yang terjadi, tidakkah kota Jakarta dan sekitarnya berpotensi untuk tenggelam suatu ketika. Hal ini rasanya benar belaka. Musim hujan tempo hari, bulan Pebruari 2007 pernah hujan nonstop 12 jam !! Musim hujan kemarin konon kedalaman banjir Jakarta mencapai 6 meter. Ada yang memprediksi lima tahun mendatang yakni 2012 kedalaman banjir akan mencapai 11 meter!

Semuanya tidak terlepas dari pengelolaan lingkungan hidup di sekitar kita. Sebagai makhluk yang dianugerahi sumber daya alam beserta lingkungan hijau nan subur selama ini kita terlena. Hutan ditebangi dan kayunya dijual. Jumlah hutan merosot drastis. Kita lalai untuk menanam kembali pohon pengganti hutan gundul. Tambang kita keruk, air kita cemari, udara kita polusi dan seterusnya.

Bumi kita berpijak ya hanya ini. Kerusakan yang terjadi sudah sangat parah. Resapan air makin menipis. Di kota besar semua tanah dan situ mulai tertutup beton dan bangunan. Semuanya berlomba-lomba demi bisnisnya. Semuanya melupakan bahwa alam dan lingkungan kita memiliki batas. Manakala hutan menipis, udara terpolusi, air tercemar maka mulai terjadi apa yang disebut pemanasan global. Es di kutub mencair dan permukaan laut naik. Jumlah daratan semakin berkurang. Sementara manusia belum mampu hidup di air kan.

Bicara terlambat kita sudah terlambat. Buktinya lingkungan kita begitu rentan. Hujan deras satu jam semua sudut banjir. Masyarakat pun dirugikan dengan macetnya segala sudut jalan. Biaya social makin tinggi. Kualitas kehidupan menurun.

Kita masih belum aware. Kita masih berpikir seolah kehidupan hanyalah generasi saat ini. Bagaimana dengan generasi berikutnya. Bagaimana dengana anak cucu dan seterusnya. Dulu ada ungkapan bijak bahwa alam dan lingkungan bukanlah warisan buat kita, namun titipan anak cucu kita.

Selagi masih terdapat pakar yang peduli, hendaknya kita semua sadar. Bahwa kerusakan lingkungan sudah begitu parah. Tanpa kepedulian dan kesadaran kita segalanya akan semakin terlambat. Ada yang menghitung bahwa 17 tahun ke depan air tanah akan semakin susah. Konon kelak kita hanya bisa mengkonsumsi air setengah gelas per hari. Umur harapan hidup-pun akan semakin pendek.
Read More ..