Friday, June 23, 2006

Kita dan Hidup

Kehidupan kita ternyata banyak sekali sisi dan perniknya. Misalnya masa kecil kita dari lahir sampai umur lima tahun dipenuhi dengan kegiatan bermain, mencari teman, mengenal benda, bersosialisasi dan seterusnya. Masa ini yang jelas egois kita masih menonjol dan ibaratnya semuanya harus menuruti kemauan kita. Aku dan keinginan aku-lah yang harus dituruti, atau aku bakal menangis keras-keras bila mainan atau barang yang kuinginkan tidak dituruti.

Enam tahun kedua yakni dari enam sampai dua belas tahun dimana kita masuk sekolah dasar proses kehidupan berlanjut. Ego kita masih besar namun perlahan akan berbenturan dengan ego teman-teman kita, aturan normatif lingkungan kita dan ajaran guru-guru kita. Tentunya kita semakin dewasa dan sudah bisa mulai berbagi, belajar berbagai perasaan, menegaskan cita-cita kita kelak ingin jadi apa dan seterusnya.

Demikian seterusnya sampai kita menempuh sekolah menengah, kuliah, lulus, mencari kerja, pacaran dan berumah tangga. Bahwa proses kehidupan kita ternyata berlanjut dan membentuk hirarki yang semakin komplek dan tinggi. Kita juga akrab dengan kondisi pencarian identitas diri, dimana digambarkan kita yang labil mencoba menjadi stabil dan menjadi dewasa.

Ada hal menarik bahwa manakala kita mencoba melakukan perenungan bahwa ternyata hidup kita bukan lah semata untuk kita. Bahwa kita menjalani kehidupan haruslah seimbang dan selaras baik dengan sesama kita, dengan lingkungan sekitar, dengan alam semesta dan terutama dengan aturan yang digariskan Tuhan Semesta Alam. Sekalipun kita telah mencapai tahap tertentu dimana kita dikatakan berhasil, mapan, mencapai tempat terhormat dalam masyarakat dan seterusnya, manakala kita tidak menyeimbangkan unsur tadi, maka kita bakal merasa ada yang kurang.

Pagi hari bangun, mandi, sarapan dan kerja. Di kantor tekun bekerja dalam ruangan, bahkan makan siangpun di ruangan kerja. Larut malam baru pulang dan bahkan sabtu atau minggu kadang ke kantor lagi atau ketemu rekan bisnis di caffe atau lapangan golf dan seterusnya. Pola ini ternyata sangat pincang dan betapa tidak seimbangnya warna kehidupan kita.

Ternyata kita perlu pergi ke Masjid, Vihara atau Gereja, sesuai agama kita. Kadang kita harus ngobrol dengan tetangga kita, bahkan dengan anak kecil depan rumah kita. Kita juga kadang perlu jalan-jalan di kampung sebelah perumahan kita, menyusuri kali, duduk-duduk di pinggir kali, melempar kerikil ke tengah kali dan kegiatan sepele lainnya. Kita memang membutuhkan menyatu dengan alam sekitar kita, menghirup lepas hawa pagi atau sore hari.

Bahwa kehidupan kita tidaklah berhenti pada karir hebat kita atau dibatasi dinding rumah dan pagar kita. Kehidupan kita adalah alam ini semuanya dan sesama manusia. Kita dan orang lain adalah sama dan saling membutuhkan dan saling membantu. Teroboslah batas-batas yang mengekang hidup kita. Jabatan, istana, vila, rumah mewah, mobil bagus, status sosial, orang kota dan seabreg atribut lainnya merupakan kurungan emas belaka. Sehingga bagi siapa saja yang merasa sudah mencapai tahap tertentu kehidupan dan merasa ada yang hilang dan kurang maka tengoklah sesam kita, tengoklah pak Fulan tukang sayur, pak kromo buruh bangunan, rangkulah mereka, menyatulah dengan alam, turunlah ke kali dan celupkan kaki kita, niscaya alam dan saudara kita akan melengkapi sisi yang hilang. Kadang menangislah malam hari ke Sang Pencipta, niscaya bathin kita terteduhi. Selamat bekerja !
Read More ..

Wednesday, June 21, 2006

Pasar Mobil Kemayoran

Siang itu pada jam istirahat seperti biasa kita keluar makan. Menu kali ini, karena kemarin-kemarin serba ikan, dicoba ke warung makan padang waykawan dan memesan nasi, telur dadar, perkedel dan sayuran. Selain kolesterol kita juga menghindari keborosan he he, maklum buruh kecil hidup di kota yang serba mahal. Usai santap siang mampir ke mbok yang jual buah dan ambil sepotong papaya, ya biar seimbang nasi dan buah.

Usai makan diajak rekan melihat-lihat pasar mobil kemayoran. Berlima kita jalan menuju bagian barat utara dari Jakarta ini. Habis parker survey dimulai. Melihat luas dan jumlah kendaraan barangkali ini bursa mobil bekas terbesar di tanah air. Sang temen langsung melihat-lihat Honda Oddisey built up Jepang. Hmm mobil lansiran 2003 ini begitu anggun dan mewah. Ngiler juga sih, namun begitu dengar harganya 240 jutaan kontan ngga jadi ngilernya, sudah jelas nggak bakal kebeli.

Habis Oddisey kita ke Honda Stream built up jepang juga. Mobil keluaran tahun 2001 dengan mesin 2000 cc ini mempunyai sun roof dan jok leather. Harga yang ditawarkan 145 juta perak. Nggak jadi ngiler lagi, habis nggak kebeli juga. Lain tempat ada Honda jazz keluaran 2004 warna biru. Kata dealernya sih harga sekitar 115 juta, ehh nggak kebeli juga. Heran nih semua harga kok ngga kebeli yaa. Ya jelas lah wong saldo di bank memang tidak ada je, sementara gaji bulanan pas-pasan. Ini bagi saya loh, tapi bagi temen saya nampaknya memang sudah nyiapain budget tuh, buktinya serius nyarinya. Ya sudah saya sih ikut gembira saja, siapa tahu bila jadi kebeli saya berkesempatan diajak sekali-kali naik mobil built up.

Perburuan-pun dilanjutkan terus dan sempat menjajal oddisey lagi, Honda city, stream lagi, Mitsubishi grandis dan beberapa model lainnya. Kalau diamati mobil yang dipajang umumnya bertahun produksi paling lama 5 tahun, jadi kondisinya umumnya memang masih bagus dan tentunya harga jualnya juga masih tinggi. Kadang ironi juga dikala bangsa kita dilanda krisis tak berkesudahan sekelompok masyarakat masih cukup mantap bergelimang kehidupan mewah. Banyak dari mereka berganti-ganti mobil mewah setiap tahun.

Ada satu unit range rover vogue dipajang, konon harga barunya tembus 1,5 milyar perak. Ada jaguar, mercy, bmw, land cruiser dan banyak lagi mobil yang harga barunya berkisar 1 milyar-an. Tentunya kita tidak menyalahkan pedagang mobil bekas ini, wong mereka juga mencari nafkah dengan jual beli mobil. Hanya kadang sedikit disayangkan sementara saudara kita masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan, sekelompok masyarakat elit kita mabuk membeli mobil-mobil built up nan mahal bahkan untuk ukuran Negara kaya macam Amerika dan Eropa. Range Rover dan Jaguar itu buktinya, kita lihat tidak banyak orang dari negara maju berkesempatan memiliki mobil mewah tersebut. Namun kalau mereka berargumen- lha uang-uang gue sendiri mau dibelikan barang kan terserah gue toh- hmm ya sah juga kali, lha gimana uang mereka sendiri.

Baiklah, diskusi kesenjangan kadang cukup menyita perhatian kita, maka kita coba ambil sisi positifnya saja. Bahwa cukup positif keberadaan bursa mobil bekas kemayoran ini, karena menjadi tempat pilihan bagi yang belum mampu membeli mobil baru. Umumnya pedagang juga memberikan garansi meski 3 atau 6 bulan. Umumnya lagi dokumen kendaraan juga lebih terpercaya ketimbang pedagang pinggir jalan. Karena toh masih banyak kelas kijang dan panther yang harganya di bawah 100 juta dipajang di sana. Jadi bagi rekan-rekan yang ingin mencari mobil second atau sekedar mencari perbandingan dan survey harga, silakan kelilingi pasar mobil kemayoran. Waktu setengah hari memang tidak cukup untuk mensurvey semua mobil yang dipajang. Selamat berkarya!
Read More ..

Tuesday, June 20, 2006

Terima Kasih

Sering kali kita lupa menyampaikan terima kasih kepada orang tua, keluarga, saudara, guru kita, atasan kita, bawahan, masyarakat, negara dan seterusnya. Kita tidak akan pernah ada tanpa mereka semua. Seorang diri, kita bukanlah siapa-siapa dan tanpa daya. Kita sepantasnya mengucapkan terima kasih kepada ibu dan bapak. Oleh kedua beliaulah kita ada dan dibesarkan menjadi manusia yang konon merupakan makhluk sempurna di muka bumi. Dikala kita masih bayi lemah maka kedua orang tua kita yang mengasuh penuh kasih sayang. Menginjak usia sekolah ganti bapak dan ibu guru kita yang memberikan kita ilmu pengetahuan. Masyarakat juga turut mengasuh dan memberikan kita kehidupan sosial. Menjadi besar, lulus sekolah atau kuliah kita akan terjun di masyarakat baik dalam kehidupan pekerjaan maupun sosial kita. Berikutnya, kita tidak terelakan pastilah bakal berkeluarga, berpasangan dengan istri atau suami kita.

Terlepas dari kesemuanya itu terima kasih terbesar patut kita dihaturkan kepada Tuhan Pencipta Alam. Sebagai manusia beragama tentunya kita memiliki Tuhan Yang Esa yang kita sembah. Tidak hanya kita, bahkan alam semesta, jagat raya, galaxy langit bintang raya, pantaslah mengucapkan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa. Kita hanyalah makhluk kecil, lemah dan tiada berdaya seyogyanya selalu ingat akan terima kasih ini.

Apakah terima kasih hanyalah berupa ucapan belaka, tentulah tidak. Terima kaish kepada Tuhan bisa ditunjukkan dengan bukti iman dan taqwa kita, yakni menjalankan semua perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA. Terima kasih kepada orang tua harus ditunjukkan berupa kepatuhan, pengabdian dan balas budi yang sepadan terhadap mereka. Kita berkewajiban ganti merawat keduanya disaat mereka sudah tua. Secara bersamaan kita berkewajiban merawat anak cucu kita. Beginilah suatu siklus kehidupan kita yang hakekatnya begitu indah penuh anugrah- bagi yang mensyukuri.

Terima kasih kepada masyarakat dapat diungkapkan dengan karya nyata kita yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.Terima kasih kepada guru kita adalah dengan mengamalkan dan menjalankan ajaran mereka bagi kebaikan kita dan orang lain. Masih tertinggal satu lagi bagaimana terima kasih kita kepada Negara? Negara yang mana , ya Negara kita Indonesia ini. Memang ada suatu ganjalan manakala kita bicara tentang Negara kita ini. Negara yang penuh dengan berbagai permasalahan dan masih teramat rumit sampai hari ini. Wrong or right is our country, demikian kata bijak yang pernah ada. Jadi lupakan saja apa yang sudah diberikan Negara atau pemerintah kepada kita, yang terbaik patut kita berikan. Sebagai warga Negara yang baik kita pantas membayar pajak, mematuhi hukum, serta berpartisipasi dalam membangun bangsa ini.

Terima kasih, adalah bentuk nyata dari kewajiban kita sebagai insan yang fana ini. Makin banyak terima kasih yang kita lakukan, makin banyak kewajiban yang dapat kita lakukan. Janganlah kita menjadi orang yang tidak mengenal terima kasih dan hanya selalu memikirkan ego kita belaka.
Read More ..

Monday, June 19, 2006

Susah Diatur

Susah diatur atau diatur susah, demikian umumnya profil masyarakat kita. Diatur di sini dalam konteks ketertiban perilaku dan sosial. Paling mencolok lagi-lagi bisa dilihat di jalan-jalan perkotaan. Sepeda motor yang memenuhi jalan mengambil jalur lawan. Kaki lima yang selalu muncul di setiap ruas jalan yang ramai. Mencegat angkutan umum tidak pada tempatnya. Budaya antrian yang belum memasyarakat. Perilaku membuang sampah, kebersihan atau meludah sembarangan. Serta seabreg perilaku dan kebiasaan yang tidak tertib lainnya.

Yang terjadi adalah kesemrawutan dimana-mana. Kesemrawutan juga terjadi tidak hanya di dalam pasar misalnya, diluar pasar - pinggir jalanpun barang dagangan menumpuk dan mendesak jalur kendaraan. Akibatnya kendaraan terhambat, ditambah ngetemnya angkutan umum praktis kemacetan parah sering terjadi di lokasi pasar dan jalan sekitar. Hal ini juga diperparah dengan kondisi trotoar (tempat pejalan kaki) yang umumnya tidak tersedia/minim di berbagai kota berdampak pejalan kaki tidak aman dan jauh dari nyaman.

Bila ditarik kebelakang kenapa umumnya perilaku sosial masyarakat kita serba semrawut, ternyata banyak penyebabnya. Dimulai dari kesenjangan kesempatan kerja yang mengakibatkan banyak warga desa urbanisasi ke kota mencari kerja. Akibatnya kota bakal kewalahan dan overload menampung pendatang maupun warga aslinya. Konon Jakarta malam hari hanya berpenduduk delapan juta, namun siang hari menjadi lebih dari lima belas juta, wahhh bagaimana tidak membludag.

Tidak meratanya distribusi pembangunan fisik dan non fisik baik di pula jawa dan luar jawa, di kota dan di desa, juga menyumbang terkonsentrasinya penduduk di kota besar. Banyak terjadi di daerah selama puluhan tahun tidak bertambah sarana transportasi, infrastruktur dan sarana sosialnya. Pertambahan terutama terjadi di ibukota Negara, ibukota propinsi atau ibukota daerah saja sementara di kota atau daerah pendukung dibiarkan seadanya. Kebijakan pendatapan daerah ditarik ke pusat juga menyumbang ketimpangan kemajuan pembangunan daerah-pusat. Daerah yang memiliki sumber daya alam namun kota yang menikmati hasilnya.

Berbagai kebijakan, keberpihakan dan keputusan tersebut secara tidak langsung berdampak terhadap kehidupan sosial masyarakat. Ibaratnya masyarakat berjuang mencari sesuap nasi saja sedemikian sulitnya kok mesti harus tertib, antri dan teratur. Hal ini secara alamiah bakal sulit terwujud.

Sehingga bagaimana membuat kehidupan di berbagai sudut perkotaan dan pedesaan serba tertib, serba teratur, taat peraturan bukanlah hal yang mudah. Harus ada upaya mendasar, konsisten dan terus menerus bagaimana kehidupan masyarakat semakin tertata rapi, adil dan sejahtera. Bila selama ini upaya pertumbuhan/growth yang menjadi fokus, sudah saatnya distribusi hasil-hasil pembangunan harus menyentuh daerah dan pedesaan. Bila banyak daerah semakin berkembang fasilitas fisik-non fisiknya maka warga daerah setempat tidak perlu lagi mengadu nasib dengan urbanisasi ke kota.

Sentra-sentra ekonomi jangan dipusatkan hanya di kota besar/pelabuhan namun terus terdistribusi ke daerah dan pedalaman. Sangat naïf melihat banyak kerusakan jalan terjadi didaerah dan pedalaman sementara mobilisasi produk harus terus berjalan. Akibatnya terjadi biaya tinggi ekonomi dan menghambat lajunya roda ekonomi daerah. Jalan, terminal, listrik, air bersih dan infrastuktur-lah yang mendesak dibutuhkan perbaikan dan pengembangannya bila berharap distribusi pembangunan tercapai. Bila hal-hal fisik ini tidak segera mendapat perhatian maka tidak mengherankan bila kehidupan sosial kita di kota dan desa saat ini dank e depan bakal terus amburadul dul dull. Selamat siang.
Read More ..

Friday, June 16, 2006

Kijang Innova

Tahun 2005 adalah tahun yang kritis bagi sebuah model mobil yang akrab dijuluki mobil sejuta umat ini. Di tahun ini kembali ditentukan apakah kijang, sebuah mobil yang didisain khusus bagi masyarakat Indonesia, akan terus menjadi mobil idaman keluarga. Perubahan yang dilakukan memang cukup drastis dan inovatif, makanya nama tipenya-pun adalah Kijang Innova yang merupakan gabungan dari evolusi dan innovasi.

Pertama keluar tahun 1977 mobil kijang konon penuh dengan perjuangan merebut hati masyarakat. Konon lagi mobil itu dijual hanya sekitar tiga juta perak dan bentuknya masih pick up kotak. Berikutnya tahun 1980-an dibuat kijang minibus juga dengan gaya kotak kotak, dimana saat itu akrab dengan sebutan kijang buaya dan kijang doyok. Bila mengenang awal lahirnya kijang memang begitu fenomenal karena dimulai dengan desain seadanya.

Baru sekitar tahun 1987 keluar varian kijang super yang bentuknya sudah lebih “manusiawi” he he dan mulailah kijang menjadi best seller. Dengan mesin yang tangguh, chasis hebat dan bisa mengangkut orang se-RT jadilah kijang idola kendaraan keluarga kita. Tahun 1992 dikembangkan apa yang disebut Toyota original body dimana proses pembuatan body tidak lagi menggunakan dempul namun sudah menggunakan las layaknya sedan. Periode 1992 sampai 1996 terkenal model yang disebut kijang Grand Extra dimana modelnya lebih dipermanis lagi, ada fitur RPM, power steering, dasbor sedan ditimpali perubahan mesin dari 1500 cc menjadi 1800 cc pada tahun 1995.

Ketika regulasi otomotif digulirkan pemerintah yang melahirkan pemain baru seperti Timor, Hyundai diikuti lahirnya mobil-mobil murah macam sedan Timor dan Hyundai, kijang terkena dampaknya. Guna menyambut tantangan ini kijang melakukan evolusi yakni keluar varian kijang kapsul pada tahun 1997. Kembali masyarakat kita terguncang dengan mobil fenomenal ini dimana kijang tembus 1 juta unit diterima oleh pasar. Kijang kapsul menjadi favorit manakala semua fitur yang ditawarkan begitu memuaskan kebutuhan masyarakat akan mobil keluarga yang ideal.

Tidak kurang dari berbagai brand segera melakukan serangan dan persaingan. Dari kubu Isuzu yang sudah menjadi pesaing sejak 1991 terus mengembangkan model minibus dengan mesin yang akrab dijuluki rajanya diesel. Kijang kapsul juga dibuntuti ketat oleh Mitsubishi dengan meluncurkan model Mitsubishi kuda. Dari kelas SUV tidak mau kalah keluar Nissan Terano, Opel Blazer, dan Chevrolet Tavera yang kesemuanya sedikit banyak bersinggungan pasar dengan kijang.

Namun terbukti kijang kapsul yang terus dibuat sepanjang 1997 sampai 2004 menjadi dominan baik dengan mesin bensin maupun diesel yang dikembangkan dengan teknologi injeksi. Akhirnya gempuran dan serangan berbagai pesaing yang menghadirkan mesin canggih dan model update dijawab kijang dengan mengevolusi dan meng-innovasi modelnya menjadi Innova.

Model baru ini cukup kritikal manakala hadir dengan mesin canggih dan model MPV. Semula banyak kalangan menduga apakah model ini dapat meneruskan kesuksesan pendahulunya atau bakal kandas. Dari kubu Toyota sendiri konon model Innova merupakan hasil survey dan riset panjang sekian tahun sebelum akhirnya melahirkan model fenomenal ala MPV ini. Kenapa ada proses evolusi barangkali kijang yang semula berbentuk SUV berevolusi ke MPV diserta mesin yang makin canggih layaknya mesin sedan. Konon idealnya kijang kapsul atau super karena mesinnya yang sangat sederhana dengan teknologi tahun 1970-an, dengan ibaratnya mekanik pinggir jalan pun mampu menangani mesin ini. Sehingga kenapa evolusi mesin sederhana menjadi canggih sempat diragukan apakah bakal diterima pasar.

Nampaknya pabrikan berlogo tiga elips ini memang jarang sekali gagal dan selalu sukses dengan produk apapun yang mereka lempar. Konon lagi di tahun 2005 lebih dari 30 ribu pengantri kijang innova rela setor tanda jadi buat membeli Innova ini. Tentunya hal ini langsung membuktikan bahwa Kijang Innova berhasil sepenuhnya mengemban misi evolusi dan innovasi. Sayang dampak dari kenaikan bbm langsung menghempaskan daya beli pasar, sehingga tahun 2006 penjualan semua produk kendaraan langsung turun drastis. Namun kita setuju bahwa memang kijang tiada duanya. Lantas seperti apakah perjalanan berikutnya dari Innova ini kita akan segera tahu dalam satu dua tahun ke depan.
Read More ..

Thursday, June 15, 2006

Masa Depan Kita

Dalam perjalanan ke kantor saya terusik melihat kondisi jalan kita yang makin macet ditimpali semrawutnya jalanan dengan motor, kaki lima, bus ngetem atau sampah berserakan dimana-mana. Hari demi hari berlalu makin nampak kesemrawutan bertambah parah tanpa adanya suatu disain, upaya, program pemerintah baik daerah atau pusat membuat keadaan lebih baik.

Sejak tahun 1992 saya masuk Jakarta dan Bekasi, tidak banyak perubahan dilakukan kecuali kemunduran dan makin banyaknya orang menyerbu Jakarta, semuanya dengan niat mencari kehidupan karena di tempat asalnya tidak banyak lapangan kerja. Ketimpangan itulah yang melanda kita dari dulu dan semakin tajam hari ini. Kejamnya ibu tiri masih lebih kejam ibukota demikian slogan yang akrab kita dengar. Kehidupan di Jakarta sangatlah keras dan kejam sehingga terciptalah manusia-manusia egois nan temperamen. Sedikit saja konflik akan berakibat amarah-amarah terlontar.

Transportasi yang ada semakin tidak nyaman. Bus-bus tahun 1970-an masih banyak yang dioperasikan, kok yo lolos kir yaa bus umur 25 tahun dengan asap buang hitam pekat bersilewaran bahkan lewat samping Istana Negara. Kondisi jalan lebih parah lagi dimana setiap saat jalan tol dalam kota Jakarta selalu padat merayap nggak ada jedanya dari pagi, siang, sore maupun malam hari. Kalau mau lancar barangkali kita harus lewat jam 05.00 subuh atau jam 00.00 malam, baru tuh jalanan lancar.

Ada juga goro-goro dari pemerintah yakni dengan membangun sarana busway yang mengambil satu ruas jalan di jalur padat. Sudah jalanan sempit dibeton lagi dan banyak pepohonan yang ditebang demi area busway. Adalagi monorail yang pembangunannya hampir dua tahun dan tidak kunjung selesai, hanya mempersempit jalan dan menambah kemacetan.

Akibatnya masyarakat beralih mengendarai kendaraan pribadi ya mobil atau motor yang jumlahnya jutaan. Sungguh kualitas kehidupan yang ada terus semakin menurun karena biaya sosial yang makin tinggi, stress, konflik dan beratnya menjalani kehidupan keseharian.

Lapangan kerja yang relative sedikit tidak dapat menampung jumlah lulusan dari perguruan tinggi. Birokrasi nan rumit menghambat datangnya investasi asing sementara pebisnis lokal tidak kunjung mampu bersaing di tataran global. Kita melihat proses pemiskinan banyak terjadi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Di kota keluarga yang tidak mampu menyekolahkan anak akan semakin berat kehidupannya. Di desa sawah dijual untuk kuliah, usai lulus nganggur dan menambah beban berat keluarga.

Generasi muda kita kurang minat pada bidang-bidang produktif macam sains, kedokteran, teknologi maupun industri, dan lebih hingar bingar dengan model profesi instant macam dunia entertainment—nyanyilah, dancinglah, DJ-lah. Band band pemula booming dan menjadi idola kaum muda kita. Kaum muda lebih banyak yang nongkrong di café, mall ketimbang meneliti dan menggeluti buku di perpustakaan, laboratorium maupun kampus. Generasi muda kita telah kehilangan identitasnya dan terbungkus dengan gaya kebarat-baratan yang tidak jelas arahnya.

Pemerintah kita puluhan tahun berkutat dengan soal birokrasi dan formalisasi ketimbang tindakan konkrit membangun dan mensejahterakan rakyatnya. Slogan berantas KKN- kolusi, korupsi dan nepotisme tinggalah slogan dan tidak pernah jelas siapa koruptornya, sementara asset dan anggaran Negara benar-benar raib, sungguh suatu fenomena yang sangat aneh.

Akhirnya gempa bumi, bencana alam, banjir, gunung merapi, gas lumpur-pun datang bertamu dan meramaikan pesta hiruk pikuk negeri nan gamang ini. Bentar lagi akan bergabung tambahan tumpukan hutang luar negeri yang akan turut bernyanyi di pesta ini.

Pesimistik, optimistik hanyalah abstraksi biasa dan bakal tidak dapat menutupi kenyataan dan realitas yang ada. Dengan seabreg realitas di sekitar kita, masa depan akan tak terhindarkan. Apakah kehidupan hanya akan kita nikmati saat ini saja ? atau masih adakah tanggung-jawab terhadap anak cucu generasi mendatang? Tengoklah hari esok dengan nurani.
Read More ..

Wednesday, June 14, 2006

Cipanas – Garut


Kali ini, kita satu departemen di kantor, setelah sekitar tiga tahun tidak melakukan gathering di luar kota akhirnya terealisir juga. Tujuan gathering adalah kota Garut, tepatnya di cottage sumber alam, Cipanas, Garut. Kita berangkat semuanya sekitar 22 orang ditambah tiga anak-anak dari anggota tim kita. Hmm seru kali ya, ngebayangin bakal traveling ke kota kecil nan adem, setelah sekian lama terjebak dalam rutinitas pekerjaan.

Berangkat sabtu pagi berkendara bersama sungguh mengasyikan. Jam 09.00 rombongan beranjak dari kantor, Jakarta dengan tujuan pasti—Garut.

Perjalanan cukup lancar karena waktunya meskipun sabtu bukanlah saat liburan panjang sekolah. Tol cikampek lancar meskipun kendaraan agak padat, maklum hari sabtu gini banyak warga Jakarta yang liburan ke Bandung. Menuju tol cipularang di belokan sadang terjkadi kecelakan dimana 1 mobil carry merah terbalik, sehingga sempat menimbulkan antrian kendaraan. Jam 11.00 kita sampai di ujung tol Cileunyie, Bandung dan langsung memborong tahu sumedang yang banyak dijual disepanjang jalan.

Sambil menyatap tahu hangat, kendaraan terus diarahkan ke Nagrek dan belok menuju Garut. Sebelum jam 12.00 siang sampailah kita di Garut dan acara yang ditunggu adalah makan siang. Menu ikan bakar, ikan goreng, pepes jamur, sambal, petai, karedok, tempe-hmmm menu khas sunda yang lezat disantap siang hari nan lapar.

Usai menghajar menu sunda wah perut kenyang nih, langsung rombongan terus menuju cottage di perbukitan pinggiran kota Garut.

Nyam nyam cottagenya nyaman adem namun dikeliling oleh kali buatan, kolam renang ber-air hangat. Kamar mandipun menyediakan air hangat dimana kita bisa berendam dan mengendorkan otot capek kita. Kenyamanan perut kenyang, mandi berendam air hangat dan cottage yang nyaman masih ditambah akomodasi yang keren dan ransom makan nan melimpah, he he he rakus yaa,,,

Puncak dari kegiatan refreshing tersebut sebenarnya adalah bertepatan dengan hari-hari babak penyisihan piala dunia (World CuP) nah lo,,,ternyata ada maunya ya. Usai berendam kita rileks, main kartu turf, lihat TV, makan roti, minum air, apa sajalah- sambil berleha-leha. Kitapun menyebar bak laron, ada yang jalan-jalan ala pijat refleksi, ada yang renang, mancing, membaca, ngobrol pokoknya sesuka-nya.

Sorenya kita makan malam dan bebas, ada yang di restaurant dan ada juga makan bekal dari Jakarta, semuanya enak dan asyik.

Malamnya jam 20.00 WIB adalah malam yang indah dimana disiarkan langsung oleh SCTV pertandingan bola. Gebrakan pertama adalah Inggris melawan Paraguay. Hmm tentunya seru kan dua kesebelasan top berlaga. Pertandingan memang berlangsung asyik dan berakhir skor 1 – 0 untuk Inggris.

Jam 23.00 WIB kembali digelar pertandingan antara Trinidad dan Swedia. Meski berlangsung keras dan ada kartu merah buat Trinidad, namun Swedia gagal meraih poin dan harus puas dengan hasil draw 0 – 0. Hmm sayang juga yaa padahal Trinidad tinggal 9 pemain saja. Hampir semua dari kita tahan melek dan tetap di depan TV sambil tiada henti minum kopi, milo, makan kripik singkong, apa saja pokoknya, sambil mata melotot TV. Jam 02.00 WIB berikutnya giliran Argentina dan Pantai Gading menghibur kita semua, he he.

Seru pastinya tim unggulan Argentina harus menghadapi kuda hitam Afrika, Pantai Gading. Gaya bola Amerika Latin yang Indah dan cepat dipadu dengan permainan Afrika yang powerful dan pantang lelah menghasilkan pertandingan sempurna—sesempurna nuansa gathering kita. Hasil 2 – 1 akhirnya buat sang unggulan Argentina.

Puas sudah agenda rileks kita. Jam 04.00 pagi mata kita sudah nggak kuat lagi dan tertidurlah pulas masing-masing dengan mimpinya. Hmm sebentar saja tidurnya dan mulai bangung jam 5 atau jam 7 pagi. Apalagi kegiatanya selain segera berendam air panas di pagi hari. Badan segar nan bersih, dilanjutkan sarapan pagi. Menunya apa, ya jelas nikmat pagi-pagi makan nasi pecel, dengan keripik teri medan, daging, ayam, kerupuk dan oseng tempe. Lengkap sudah acara kita, tinggalah foto-foto dan bergegas packing barang bawaan kita menuju pulang ke Jakarta. Tidak lupa mampir dulu beli oleh-oleh khas Garut, apa yaa nah betul dodol, selai pisang, kue lapis maupun camilan lainnya. Belanja 60 ribu dapat 1 tas plastic besar jee.

Jam 09.00 pagi kendaraan dipacu kencang dan jam 11.30 sudah tiba kembali di Jakarta. Saat ini kita masih menunggu final battle world cup tanggal 10-Juli besok. Selamat bertanding tim piala dunia, berpestalah secara fair dan penuh spirit !!
Read More ..

Friday, June 09, 2006

Pembangunan Fisik

Lebih dari enam dekade sudah kita menikmati udara kemerdekaan. Kita selalu ingat bahwa sejarah kita mengalami penjajahan yang cukup lama baik oleh Portugis, Belanda, Inggris maupun Jepang. Negara penjajah tersebut umumnya mengeruk dan menghisap kekayaan alam kita. Mereka juga membuat kita bodoh dan tertinggal dengan negara lainnya dalam membangun dan memakmurkan rakyatnya. Akhirnya kita berhasil menikmati udara kebebasan dan bahkan sudah berjalan puluhan tahun.

Dalam era kebebasan kita telah memiliki beberapa presiden, mulai dari Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gusdur, Megawati sampai yang sekarang Pak Susilo Bambang Yudhoyono. Tentunya dalam era kepemimpinan sekian presiden tersebut tidak sedikit pencapaian yang telah diraih. Ini bila kita hanya melihat sempit sebagai satu bangsa yakni kita sendiri. Namun bagaimana kila kita melihat perbandingan/benchmarking dengan negara lainnya. Sudahkah pencapaian tersebut seimbang dan sejalan dengan kemajuan bangsa lainnya. Ternyata kita semua tahu bahwa kita sangatlah jauh tertinggal.

Sekedar mempermudah perbandingan tersebut marilah kita mengambil contoh yang mudah dimulai dari berapa panjang kita berhasil membangun jalan tol. Ternyata sekian puluh tahun merdeka kita baru berhasil membangun jalan tol sepanjang 600-an kilometer. China konon berhasil membangun 10 ribuan kilometer. Malaysia dan Thailand juga membangun lebih panjang dari kita. Jangan dikata Jepang dan Amerika yang tentunya memiliki jalan tol jauh lebih panjang lagi.

Stadion bola yang kita miliki-pun sangatlah minim. Kita Cuma punya stadion gelora bung Karno senayan yang sedikit pantas sebagai stadion. Lainnya di Surabaya atau di Medan hanyalah stadion kelas biasa. Sebentar lagi bakal hadir pesta akbar piala dunia 2006 di Jerman dan kita bisa melihat Jerman memiliki tidak kurang dari dua belas stadion berkelas internasional. Demikian juga negara Eropa dan Asia yang umumnya memiliki stadion sepak bola bertaraf internasional.

Jembatan panjang yang kita miliki barangkali adalah jembatan sungai musi di Sumatera, atau jembatan di kepulauan Batam. Dari dulu kala bermimpi ingin membuat jembatan di atas selat sunda dan madura, namun mimpi tinggalah mimpi. Malaysia memiliki jembatan sepanjang lima belas kilometer yang menghubungkan pulau Penang dan Daratan Malaysia. Jangan dikata negara lainnya semacam Jepang, Inggris, China, Amerika atau Australia yang infrastrukturnya sangat hebat, termasuk jembatan dan sarana transportasi lainnya.

Kota metropolitan yang kita punya ya Jakarta. Inipun nggak jelas arahnya sebagai kota yang nyaman. Bisakah ditunjukkan dimana pejalan kaki bisa berjalan dengan nyaman di kota Jakarta? Rasanya sulit karena kota sudah sangat semrawut dengan kemacetan lalu lintas, kaki lima, jutaan sepeda motor maupun pengaturan lalu lintas yang tidak kunjung disiplin. Sepuluh tahun terakhir praktis tidak banyak perubahan di kota kebanggaan ini kecuali kemacetan yang makin tidak manusiawi dan pembabatan jalur hijau yang berdampak semakin panasnya udara ibukota kita ini. China, yang beberapa tahun terakhir menggeliat dengan pembangunan fisik luar biasa. Hal ini berkat dukungan dari pemerintah yang bersih, disiplin, tegas serta kepatuhan hukum. Alhasil banyak kota metropolitan yang hebat dibangun di China. Shanghai, dimana sering kita lihat di TV merupakan kota nyaman bagi pejalan kaki, ruangan hijau namun tetap menampakan sebagai kota modern dengan jalan lebar dan gedung tinggi. Hongkong, Beijing dan kota-kota lainnya-pun yang tidak kalah modern dan nyaman.

Pembangunan fisik adalah bentuk nyata dari hasil pembangunan suatu pemerintahan. Bila pada awalnya negara kita melimpah dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia, namun kenapa pembangunan fisiknya sangat minim. Kemanakah larinya sumber daya alam yang kita miliki dulu. Kemana raibnya? Jadi enam puluh tahun merdeka, enam rejim presiden dan tak terhitung kekayaan alamnya hanyalah menghasilkan banyak penduduk miskin, pengangguran, kesenjangan dan kesemrawutan sosial pada hari ini. Pesimis? Jawabnya ya tergantung, masih adakah sisa hati nurani dan moral untuk menyelamatkan bangsa ini agar tidak semakin terpuruk.
Read More ..

Friday, June 02, 2006

Gempa Jogya

Pagi itu saya berada di RS Hermina Bekasi ketika di TV ditayangkan telah terjadi gempa bumi di Bantul, Jogyakarta. Gempa dengan kekuatan 5,7 pada skala Ritcher telah meluluhlantakkan Bantul, Jogya, Klaten dan sekitarnya. Kabarnya gempa dirasakan secara luas di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Begitu hebatnya goncangan gempa sehingga lebih dari 5000 saudara kita di daerah tersebut meninggal ditambah puluhan ribu rumah roboh. Datangnya gempa sungguh tidak terduga sama sekali bakal melanda kota yang terkenal dengan pariwisata dan mendapat sebutan Daerah Istimewa, dimana gubernurnya sekaligus merupakan seorang raja dari daerah tersebut yang bergelar Hamengku Buwono. Gempa yang mengguncang juga menjadi sangat mengejutkan dikala kita setiap hari dalam sebulan terakhir disuguhi kegiatan gunung Merapi yang menyeburkan lava panasnya. Gunung tersebut juga berlokasi di sekitar Jogya serta bahkan sudah dalam status awas dan siap meletus meski sampai hari ini baru menyeburkan lava panas sejauh dua atau tiga kilometer dari kawahnya.

Belum lupa kita dengan bencana alam tsunami di Aceh yang merenggut sekitar 170 ribu saudara kita meninggal, kembali kita terhenyak dengan bencana gempa bumi. Dua musibah terbesar beruntun datang dan menguji kita sebagai rakyat maupun umat manusia yang beragama serta dianugerahi sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai umat beragama tentunya semua bencana yang datang merupakan cobaan yang harus kita hadapi dengan tegar. Air mata dan duka sah saja kita deraikan namun tetap harus penuh kesabaran dan ketabahan, bahwa tidaklah bencana dicobakan melebihi batas kemampuan kita, demikian para pemimpin agama mengajarkan.

Jogya, Klaten, Solo- tiga kota yang terkenal dengan daerah yang aman, nyaman, adem penuh pepohonan, sawah dan perbukitan menjadikan kota tersebut impian bagi kita menghabiskan masa tua pensiun kita. Rakyat dari kota tersebut juga terkenal ramah dan kental dengan tradisi kegotongroyongan. Hal ini spontan terjungkir-balik dengan datangnya musibah gempa 27-Mei kemarin. Lantas apakah musibah yang datang artinya akhir dari segalanya? Tentunya justru sebaliknya. Bahwa dimanapun kita tinggal dan berdiri, kita harus selalu siap dan waspada akan datangnya bencana alam baik berupa gempa, banjir, gunung meletus, angin badai yang tak terduga. Pun Negara kita memang berlokasi di daerah rawan gempa, rawan banjir, badai, gunung merapi dan seterusnya.

Kewaspadaan kita juga tentunya harus dituangkan dalam bentuk kegiatan nyata agar bila datang suatu musibah, kita secara sigap mengatasi dan memulihkan baik korban dan daerah bencana secepatnya. Sudah dirasa sangat perlu keberadaan suatu badan atau institusi baik pemerintah maupun swasta yang menangani datangnya setiap bencana yang datang. Institusi ini haruslah dilengkapi dengan tenaga trampil, peralatan pendukung, logistic, dan pos/lokasi di daerah rawan gempa. Jangan sampai penanganan gempa hanya berjalan populis dan tanpa standard yang baku dan teruji.

Belajar dari bencana tsunami dua tahun silam sampai saat ini masih diberitakan kondisi pemulihan berjalan tersendat dan rakyat korban bencana masih banyak yang belum terpulihkan sebagaimana mestinya. Gempa Jogya juga serupa dimana sudah sekian hari kejadian masih banyak korban yang belum tersentuh oleh bantuan dasar maupun penanganan medis. Kita akan bisa melihat pemulihan dari gempa Jogya ini, apakah sama parahnya dengan pemulihan tsunami Aceh atau bisa lebih baik lagi.

Yang terpenting lainnya adalah kesadaran dan kewaspadaan dari kita semua bahwa bumi yang kita pijak bukanlah selalu aman tentram namun setiap saat bakal tidak terduga datangnya berbagai bencana alam. Bila kesadaran dan pemahaman sudah tertanam baik maka segala tindakan dan perilaku kita akan selalu memperhitungkan faktor bencana alam ini. Semoga sebagai bangsa kita semakin dewasa dan mampu menyelesaikan segala permasalahan sebaik-baiknya.
Read More ..